He is Durgs Addict

544 19 0
                                    

-Taufik's POV-

"Pik nanti sore jadi ya kita berbincang-bincang, sekalian aku mau ke gramed harus beli perlengkapan gambarnya Alya" Suara mba Agni memecahkan keheningan dikesibukan pekerjaan kita masing-masing "pokoknya kita pulang on time jam 5!" Timpalnya tegas sambil memutar bangku dan menatap ku dengan tatapan melotot.

"Iya...iya gampang" jawabku.

Tak terasa hari semakin sore dan pekerjaan kantor pun bisa selesai tepat waktu. Meskipun ada beberapa yang belum selesai, but I'll do it later.
Akhirnya kita sampai di tempat pusat perbelanjaan modern khas ibukota, yup... Mall, yang letaknya tidak jauh dari tempatku bekerja.

"Pik ke gramed dulu yuk, jadi nanti gampang ngobrolnya tenang" Ajak mba Agni. "Atau kamu mau ada yang dibeli juga? mumpung masih di mall"

"Gak ada mba, aku cuma mau beli beberapa alat buat mandi aja. Tapi nanti aja beli di minimarket depan komplek sekalian pulang"

"Oh, ok deh" jawab mba Agni tersenyum sambil mengacungkan jempol.

Setelah jalan-jalan mencari perlengkapan mba Agni untuk anaknya menggambar kita berakhir di coffeshop di mall tersebut.

"Pik jadi gimana hubunganmu sama jaya? It's all fine kan buat kamunya" Tanya mba Agni yang super kepo namun juga peduli denganku kalo semuanya baik-baik saja untukku.

"Baik lah mba... kalau tidak baik, aku sekarang mungkin gak disini" jawabku.

"Terus awalnya emang gimana kok bisa sampai end end gitu sih" makin curious

"Aku sama Jaya dari Kuliah sudah bareng, aku tau dia broken home, mamah papahnya bercerai saat dia duduk dibangku SMA. Walaupun dia mapan, dia mandiri, tapi ada satu yang gak lepas dari dulu yang buat aku takut kalo selalu sama dia. Dan hal satu itu juga susah buat lepas darinya. Aku gak tau harus apa, aku sayang sama dia. 9 tahun mba kita sama-sama, dari jaman kuliah, cari kerja bareng. Sayang banget sama dia kalo inget masa-masa itu, but that one thing yang bikin hati ini sakit, yang bikin aku selalu worried" Jelasku ke mba Agni pelan sambil menatap gelas pelastik es kopi yang aku pesan, tak terasa ada setetes air yang jatuh dari mata.

"Ya apa pik yang bikin ganjel hati kamu itu...??" Jawab mba Agni sambil mengelus punggunku dan tangan satu nya memberi tisu ke padaku.

Aku tersadar, dan aku berusa mengelap air mata yang mulai banyak berjatuhan dari mata ku, berusaha menatap mba Agni, dan berbicara.

"He is drugs addict" Jawabku pelan dan menatap mba Agni tersenyum.

"Astaga..." respon mba Agni kaget, perlahan satu tangannya menutup mulut nya.

"Itu mba yang buat aku ganjel, aku sayang sama dia, dan aku mau dia berubah" jawabku sambil memalingkan wajah ku kembali ke gelas pelastik kopi yang aku pesan dan meminumnya.

"Kamu udah putus berapa bulan?"

"Aku sama Jaya sudah loss contact hampir 6 bulan" Jawab ku, "awalnya dia susah menerima. Tapi aku jelaskan, 'we're just on a break kamu dapat kembali kapan saja kalo hubungan kamu dengan obat-obatanmu itu sudah berakhir' but here I am no explanation, no text, no call. Standing on the pavement all alone, hufttt.." Tambahku ke mba Agni mencurahkan yang selama ini aku pendam.

My One & Only TransporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang