Ia duduk dengan santai. Lalu membaca buku novel yang ia pilih tadi. Di tengah asiknya ia membaca novel, ada suara yang membuyarkan fokusnya.
"Gue gabung," ucap seorang di depan Lauren. Membuat sang empu mendongak ke atas.
"Lo ke Perpustakaan juga Mau?," Tanya Lauren heran.
"Iya. Males gue di kelas. Ribut mulu sama Jovan"
"Ohh," jawab Lauren acuh. Lalu, ia melanjutkan aktivitas nya.
"Ren, mau dengerin cerita gue gak? Lebih tepatnya curhatan hati gue"
"Nggak, nanti aja. Ini di Perpustakaan. Dimarahin penjaga baru tau rasa lo," tolak Lauren.
"Ah, alesan lo Ren. Penjaganya lagi pergi kok. Dengerin cerita gue ya," pinta Maulidya.
Namun, percuma saja. Sampai ia menggunakan jurus andalannya yaitu puppy eyes sampai lebaran pun, Lauren akan tetap kukuh dengan pendiriannya.
"Ah, yaudah lah Ren. Gemes deh gue lama-lama sama lo."
"Gue kan emang gemesin," jawab Lauren sambil menunjukkan muka imutnya. Hal itu membuat tangan Maulidya gatal untuk mengusap muka Lauren.
Dengan nyawa yang penuh, Maulidya mengusap wajah Lauren. Membuat sang empu menatap tajam Maulidya.
"Hahaha... Enggak Ren. Gue bercanda doang kali," watados Maulidya saat diberi tatapan tajam oleh Lauren.
"Maulidya! Ini perpustakaan, bukan pasar!," Seru penjaga perpustakaan kepada Maulidya. Maulidya hanya nyengir tidak jelas.
"Iya Bu Gendut, iya... Saya diem nih bu," jawab Maulidya asal ceplos. Lauren yang mendengar jawaban dari Maulidya melongo tak percaya. Lauren pun menonyor kepala Maulidya pelan. Yang ditonyor mengaduh pelan.
"Ren, kok gue ditonyor sih,"keluh Maulidya.
"Lo bego apa?! Itu guru lo Mau, masa lo jawabnya nggak sopan dikit sih," omel Lauren.
"Lah? Gue salah? Kan gue jawabnya benar. Kok diomelin sih?" Tanya balik Maulidya.
"Nih, gue punya kaca. Intropeksi dulu ya, nanti pasti lo tau kesalahan lo dimana," jawab Lauren sambil menyodorkan kaca kecil miliknya. Singkat, tetapi jlebb dihati.
Maulidya dengan senang hati menerima kaca dari Lauren. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah satu.
'Lumayan kan, bisa ngaca tanpa harus ke toilet yang jauhnya naudzubillah'Lauren kembali dibuat bingung dengan respon Maulidya. Ia pikir, setelah ia memberikan kaca kecilnya ke Maulidya, ia akan memikirkan kesalahannya tadi. Mengapa ia kena omel Lauren. Tapi ternyata dugaannya salah 100%. Maulidya dengan asiknya malah membenarkan rambut dan poninya. Lauren dibuat geleng-geleng kepala melihat tingkah aneh Maulidya. Tapi, ia mengendikkan bahunya acuh lalu kembali membaca novelnya kembali.
"Eh Ren, lo mau denger nggak kenapa gue kesini?" Tanya Maulidya sambil membenarkan poninya di depan kaca yang tadi Lauren sodorkan kepadanya.
"Nggak,"jawab Lauren acuh. Ia tetap saja membaca novel di tangannya.
"Kok gitu si? Dengerin ya,"paksa Maulidya. Lauren yang jengah dengan Maulidya pun berdiri lalu berjalan menuju ke arah meja penjaga perpustakaan, meninggalkan Maulidya yang sedang berbicara panjang di kursi awalnya.
Rupanya Maulidya tak sadar bahwa Lauren meninggalkan dirinya.
"Lo tau gak sih? Ternyata Nadia itu ting-" ucapan Maulidya terhenti karena ia tak melihat Lauren di sebelahnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LaurenZo
HumorSama sama memiliki sifat yang dingin dan keras kepala. Tetapi juga sama sama pintar dan sama sama hemat. Hemat bicara. Dua sejoli ini memiliki sifat yang sama namun ada pembeda diantara mereka. Apa pembedanya? Baca terus ceritanya, masukkan dalam p...