7.

19 5 0
                                    

Happy Reading....

Di mobil, hanya ada suara musik yang mengisi keheningan diantara keduanya. Davin yang fokus dengan kegiatan menyetir mobilnya, dan Lauren yang sibuk melihat jalanan sambil melamun. Hingga, mobil yang mereka tumpangi terhenti karena lampu merah yang menyala.

"Dek" panggil Davin memecahkan keheningan. Lauren menatap Davin sebagai jawabannya.

"Tadi siapa?"

"Hm?"

"Namanya"

"Siapa? Ngomong yang jelas deh kak" kesal Lauren karena Davin hemat sekali bicaranya.

"Tadi yang nganter kakak ke ruang guru siapa namanya?"

"Lo udah tau kan?"

"Siapa? Gue lupa. Maudia? Laudiya? Moana?" Tebak Davin. Lauren memicingkan matanya mendengar kakak nya mengarang nama Maulidya.

"Maulidya"

"Oh iya.. gue-" belum sampai selesai Davin berbicara, Lauren dengan enaknya memotong pembicaraan Davin.

"-Lupa. Pikun dasar" Lauren memutar bola matanya malas. Sedangkan Davin hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Lo punya nomernya?" Tanya Davin basa-basi. Lauren yang pekanya kadar tinggi, langsung memberikan handphone nya yang sudah ia buka nomer Maulidya.

"Makasih Adekku yang kadar peka nya tingkat dewa..." Puji Davin

"Hm"
"Kak, lo punya mata gak sih? Liat tu, dah ijo lampunya! Masih diem aja" sewot Lauren pada Davin yang tengah menyalin nomor telepon Maulidya. Dengan segera, Davin meletakkan Hp nya, lalu menginjak pedal gas.

"Iya iya, gini ya, jadi The Most Wanted Girl, udah dingin, galak"

Tau dari mana?, Ucap Lauren dalam hati

"Gue tau dari Maulidya. Tadi dia bilang" lanjut Davin seolah dia cenayang.

"Lo cenayang bang?" Curiga Lauren. Ya, begitulah... Terkadang Lauren memanggil Davin dengan Kak, kadang juga dengan Bang. Begitu juga dengan Davin, kadang ia memanggil Lauren dengan sebutan Dek, Ren, ataupun sayang. Lauren yang sering dipanggil Yang, hanya bisa mengumpat sumpah serapah dalam hatinya untuk abangnya.

"Gak lah. Gue nebak, di hati pasti Lo tanya kan darimana gue tau?" Tebak Davin

"Gak." Bohong Lauren.

"Alah... Gak u-" lagi lagi, ucapan Davin terpotong. Tetapi, bukan karena Lauren yang memotongnya. Tetapi, Hp Lauren yang berdering. Davin melirik Hp adeknya, dan naasnya. Ia ketahuan sedang melirik Hp adeknya.

"Diem, dan jangan bicara" ucap Lauren dengan melontarkan tatapan tajamnya. Lauren kembali menatap ponselnya yang berdering, terdapat nomor yang tak ia kenal meneleponnya.

Ini nomer siapa?

"Angkat aja dek. Siapa tau penting" saran Davin. Dengan ragu, Lauren mengangkat telepon yang terus saja berdering.

"Hallo?"

***
Di kantin tepatnya. Maulidya mengomel-ngomel tiada henti pada Jovan dan Varrel.

"Lo pokoknya harus ganti rugi sama bakso gue! Titik" putusnya. Sedangkan yang omel malah tertawa terbahak-bahak karena tingkah laku Maulidya.

Ya, setelah Lauren pergi dengan kakaknya, ia kembali lagi ke kantin karena ingin membeli bakso. Ia segara menuju ke stand penjual bakso, lalu memesan bakso kesukaannya. Namun, mungkin hari ini hari kesialannya, tiba-tiba Varrel and the genk datang ke meja makannya. Lalu, dengan tanpa dosanya, Varrel merebut bakso yang hendak Maulidya makan. Tak lupa, ia juga mengajak Jovan untuk memakan bakso hasil rebutannya dari Maulidya.

LaurenZoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang