CIY | Sedingin Es

998 140 18
                                    

Michelle menarik kedua sudut bibir Aurista agar terlihat tersenyum kepadanya bukan tanpa alasan. Dia sangat tahu kalau temannya itu tidak menyukai segala hal berbau buku. Dan sekarang mereka berdua sedang berada di pusat perbelanjaan yaitu toko buku.

"Udah deh mending lo cepat beli buku yang lo maksud, karna gue mulai nggak betah di sini."

"Baru juga kita sampe."

"Gue mending ngumpul sama mereka aja lagi, lo sih tarik gue segala ke sini. Lagian Myta sama yang lain masih serius ngomongin tentang perlombaan bulan depan. Napa nggak minta temanin Fia?"

"No, maunya lo yang temanin gue."

"Biar gue yang bayar buku lo gitu? Langsung aja ke intinya nggak perlu mutar omongan."

Michelle tertawa geli, "Nggaklah gue beli sendiri. Makan aja tadi lo yang bayarin kita."

"Masalah makan sih kecil, gue hanya mau keliatan baik depan semua."

"Elo duduk di sini, gue cari bukunya dulu janji nggak pake lama."

"Ya udah cepatan awas kalo lama."

"Iya kesayangan gue."

Segera duduk Aurista mengeluarkan ponsel tertera banyak pesan masuk salah satunya dari Julian.

Dirinya selalu melakukan hal apa pun tanpa berpikir terlebih dahulu. Salah satunya memberikan kesenangan pada mereka memang mengidolakannya. Contoh seperti saat ini dengan cara memberikan nomor ponsel pribadinya.

Tidak masalah selama itu tidak melebihi batas akan dia lakukan. Tapi sekarang Aurista mulai berpikir untuk segera mengganti kembali nomor ponselnya. Karena dia mulai merasakan bosan diganggu terus setiap waktu.

"Cewek cantik, bro!"

"Mana?"

"Itu yang duduk depan kita."

"Samperin yuk!"

Ketika suara sengaja besar itu ingin mendekat Aurista refleks beranjak berdiri dan berjalan menjauh.

"Dasar, semua cowok sama aja nggak bisa liat yang lebih."

Mengedarkan pandangan Aurista mulai mencari keberadaan Michelle.

"Di mana sih dia?" Gumamnya berjalan masuk ke deretan rak buku.

Berusaha mencari keberadaan Michelle tapi tetap tidak kunjung terlihat.

"Kamu kenapa sih? Aku mau ditemani beli baju, masa kamu nggak mau? Aku ini pacar kamu."

"Pergi dari hadapan gue sekarang."

"Kamu kok gitu?!"

"Gue bukan pacar lo. Lepasin tangan lo dari lengan gue sekarang atau pilih gue lepasin kasar?"

"Nggak mau!"

"Lepas."

"Kamu kok gitu sama aku?!"

"Nggak punya telinga ya? Dia bilang lepasin."

Aurista berharap suara barusan bukan berasal dari mulutnya. Tapi ketika mata itu menatapnya bingung Aurista mulai ingin mengutuk mulutnya sendiri.

"Elo siapa?! Dia pacar gue! Suka-suka gue dong mau ngapain!"

"Pacar yang nggak diakuin?" Aurista mulai mengejek.

"Elo —" Perkataan cewek di hadapan terhenti saat tangan itu melepas kasar tangannya.

Aurista yang kaget spontan mengambil langkah mundur karena cowok itu tiba-tiba mendekatinya hanya sesaat, sebelum tangannya ditarik kasar lalu dia dibawa pergi menjauh.

Crash Into You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang