CIY | Umpan Pembuka

548 122 17
                                    

Aurista gelisah dalam tidurnya. Sesekali dia mengubah posisi tetap saja tidak bisa benar terlelap tidur.

"Gue napa sih?!" Beranjak duduk bahkan menendang selimut hingga terjatuh.

"Semua gara-gara Eru sialan! Gue jadi nggak bisa tidur!"

Kembali menjatuhkan tubuhnya Aurista memandang langit kamar. Wajah, suara, tatapan mata semua terus membuatnya kepikiran.

"Lama-lama gue bisa gila!"

Drrtt ... drrtt ...

Ponselnya terus bergetar sejak tadi tanpa melihat siapa menghubungi Aurista tahu itu dari Julian pacarnya. Tadinya setelah dia memutuskan hubungan dengan cowok itu di sekolah semua urusan telah selesai. Aurista tidak akan lagi peduli bahkan tidak ingin tahu apa pun itu mengenai mantan. Julian menjadi kesekian kali pacar berujung dengan berakhirnya suatu hubungan. Menambah deretan mantan-mantannya berada dalam lingkungan sekolah.

"Pacaran itu bikin bosan. Gue nggak pernah rasain senang dalam jalin suatu hubungan. Pertanyaannya apa bakal terus kayak gini? Napa gue nggak sama dengan yang lain? Napa saat pacaran gue nggak rasain sebahagia orang-orang? Debaran konyol, perasaan malu-malu, senang, semangat, semua itu nggak gue rasain. Percuma punya banyak mantan tapi nggak pernah rasain hal itu bahkan sedikitpun yang ada hanya nafsu doang."

Ketukan pintu mengalihkan pikiran Aurista.

"Masuk."

"Non belum tidur ya? Maaf Bibi ganggu tengah malam begini tapi telepon rumah berbunyi, Tuan berada di rumah sakit."

Beranjak turun dari tempat tidur Aurista mendekat, "Papa?"

"Yang menghubungi barusan Tuan Malik."

"Aku mau ketemu Papa."

"Tuan Malik sudah menyediakan mobil, Non bisa bersiap terlebih dahulu."

Mengganti pakaian tidurnya Aurista memakai jeans selutut dipadukan kaos putih polos serta jaket tebal. Karena dia merasakan kedinginan lalu membawa tas kecil berisikan dompet dan ponsel setelah itu bergegas pergi.

Salah satu bodyguard Papanya telah menunggu di depan membukakan pintu mobil untuknya. Bahkan sepanjang jalan Aurista tidak berniat sama sekali buka suara. Ini pertama kali dia mendengar berita telah terjadi apa-apa terhadap Papanya.

¤ ¤ ¤ ¤ ¤

Aurista menghentikan langkah kaki karena melihat Eru juga berdiri di depan sana.

Kenapa cowok itu ada di sini juga? Sejenak dia merasa bingung hingga satu pemikiran membuatnya baru ingat cowok menyebalkan itu bagian dari kerjaan Papanya. Dan dia juga harus mengingat sebuah fakta jika cowok aneh itu adalah penjaganya. Ini benar gila Aurista terus berdebat dengan pikirannya sendiri. Dia berusaha meredakan kekesalan hati setelah itu dengan malas berjalan mendekati mereka.

"Apa yang terjadi Om?"

Malik berdiri dari kursi duduknya dan berusaha tersenyum, "Maafkan Om untuk semua kekacauan ini."

"Kata maaf bisa nanti aja. Aku hanya butuh penjelasan apa yang terjadi? Papa kenapa?"

"Papamu tertembak."

"Oh, huh?!"

"Saat pulang Om tidak menemani menuju mobil karena parkir kami berjauhan. Hingga suara tembakan itu terjadi dan saat Om menghampiri Papamu telah tergeletak begitu saja."

"Papa sekarang gimana?!"

"Masuklah dan jangan panik, Tuhan masih melindungi dirinya dan sudah ditangani oleh dokter."

Crash Into You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang