CIY | Gue Benci Lo!

759 136 26
                                    

Setelah memberikan ciuman pada Julian Aurista keluar dari dalam mobil. Melihat jam di pergelangan tangan masih awal kali ini dia tidak pulang larut malam lagi seperti biasanya.

Berjalan menuju halaman rumah tanpa bersusah payah mengetuk pintu cewek itu masuk berharap Papanya sudah tidur. Melepas kedua high heels agar tidak menimbulkan suara Aurista berjalan menuju tangga. Baru saja dia akan menaiki tangga ketika samar-samar mendengar suara sang Papa sedang menghubungi seseorang. Melihat ke arah pintu kamar yang tidak ditutup rapat Aurista melihat lampu kamar tersebut masih dalam keadaan menyala.

Tersenyum berjalan menuju kamar Papanya seperti biasa dia akan mengucapkan selamat malam, menunjukkan kepada Papanya bahwa dia bisa menepati janji untuk tidak pulang terlalu malam.

"Saya jelas merasa khawatir Rista anak saya satu-satunya. Saya tidak ingin sesuatu terjadi padanya."

Senyum cewek itu hilang bersama dengan tangannya memegang kaku gagang pintu.

"Sebelum dia berumur delapan belas tahun, saya ingin Anda membereskan semua kekacauan ini. Saya serahkan semua tanggung jawab dan rasa kepercayaan saya pada Anda, Pak Malik."

Aurista mengenal seseorang bernama Malik, dia adalah asisten terpercaya Papanya lalu apa hubungan dirinya dengan Malik?

Kenapa Papanya begitu khawatir terhadapnya? Aurista bahkan sudah berumur 17 tahun dia sudah bisa menjaga diri sendiri.

Mengintip dari balik pintu Papanya masih terlihat menghubungi Malik, tidak ingin mengganggu memilih berjalan menuju kamarnya.

¤ ¤ ¤ ¤ ¤

"Cantik banget sih! Nggak pernah bosan gue liatnya."

Aurista tersenyum, saat beberapa Kakak kelasnya baik cewek maupun cowok memuji dirinya secara terang-terangan.

Berjalan santai menuju kelas Aurista melihat kelas dalam keadaan kosong. Sedikit bingung cewek itu melihat semua kursi sudah penuh dengan tas teman-temannya lalu ke mana mereka pergi?

Drrtt ... drrtt ...

Ponselnya tiba-tiba bergetar meraihnya nama Michelle tertera dilayar.

"Halo Chell?"

"Elo di mana?! Jangan bilang lo masih di rumah?! Buruan berangkat sekolah! Keadaan darurat!"

"Gue baru sampe di kelas lo lagi di mana?"

"Lapangan basket! Lo ke sini sekarang! Pacar lo Julian lagi berantem!"

"Oh, malas bukan urusan gue juga."

Suara teriakan itu terdengar membuat Aurista sedikit menjauhkan ponsel dari telinga, jika tidak telinganya akan terasa sakit.

"Elo nggak bakal sikap cuek kayak gini kalo tau, siapa yang sedang jadi lawan Julian kali ini!"

"Siapa?"

"Eru! Cowok yang beberapa hari ini buat lo terus kepikiran!"

"Apa?!"

Mematikan sambungan telepon Aurista berlari keluar kelas.

Julian berkelahi dengan Eru?! Bagaimana mungkin?!

Tiba di sana lapangan sudah dipenuhi murid sekolahnya. Aurista bahkan kesulitan untuk masuk di antara kerumunan.

"Sial! Minggir woi! Kasih gue jalan!!" Teriaknya.

Ramainya penonton justru membuat Aurista tersungkur jatuh. Tidak berhenti sampai disitu saja dia kembali berusaha menerobos masuk hingga berhasil.

Hal pertama dia lihat adalah Julian memukul wajah itu, mengunci tubuh itu di bawah kuasanya, berlanjut tangannya tidak berhenti menghajar secara brutal.

Crash Into You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang