"Serap semua energi positif dari alam semesta, hilangkan semua yang negatif dari dalam jiwa."
Mark mengikuti instruksi dari pendeta yang ada di hadapannya, menghirup sebanyak mungkin udara bersih dari atas pegunungan, merasakan segarnya produk asli bumi ini lalu mengembuskannya setelah paru-parunya menyimpan segala energi yang ada.
Salah satu pelajaran penting menjadi seorang dapunta adalah memiliki hati dan pikiran yang jernih, satu titik iri bahkan dengki tidak diperbolehkan tertinggal di dalam memori. Ketulusan untuk meninggalkan segala macam nafsu duniawi juga diajarkan disini agar nantinya lahir manusia suci sebagai penetral bumi.
Di dalam sekolah agama ini Mark tidak lagi punya harta yang mewahnya hingar-bingar seperti saat di Jawa, hidupnya sangat sederhana dengan hanya mengenakan lima potong baju putih serta mengonsumsi tumbuhan saja. Awalnya sulit untuk menerima beratnya perbedaan cara hidup yang begitu drastis, dulu dia makan segalanya, mau itu sayur, buah, susu, daging, bahkan tuak juga dia masukkan saja ke dalam perut. Namun sekarang untuk makan telur saja rasanya sudah berdosa.
"Anakku, sangat penting untuk kita sebagai makhluk di dunia agar awas terhadap sekitar. Udara yang kita hirup, yang jika dipikir adalah benda mati di dalamnya pasti ada makhluk hidup yang sama berharganya seperti kita disini.", Mahaguru Mahidara memberi nasihat kepada murid-muridnya.
"Guru, jika seperti itu, bukankah berarti hampir segala hal yang kita lakukan akan menimbulkan dosa? Seperti saat kita makan contohnya, itu tetap saja menyakiti makhluk hidup kan?"
Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan murid bangsawannya itu, tubuhnya berdiri lantas mendekat ke arah sebuah tanaman hias di pagar kayu kuil tempat mereka bermeditasi. "Ada kalanya memang manusia perlu berdosa karena kita bukan Tuhan, Agni. Mau sesuci apapun raga dan jiwa, tidak ada yang bisa menandingi Sang Pencipta bukan? Itulah yang jadi titik perbedaan kita dengan kekuatan gaib di langit."
Anak sulung Chanyeol menganggukkan kepalanya, paham dengan pelajaran baru dari Mahaguru di pondok pendidikannya itu. Saat keadaan kembali tenang tanpa percakapan yang berarti, suara perut milik Mark terdengar keras memenuhi ruangan, membuat semua orang yang berada disana tertawa kecil.
"Maaf Guru, saya lapar.", cicit Mark kepada yang tertua disana, tangannya menyentuh perutnya yang terasa sangat kosong dan hanya berisi udara saja.
"Sekarang memang waktunya kalian untuk makan siang. Jadi, nikmatilah hidangan di ruang makan. Pelajaran hari ini selesai."
Satu per satu murid keluar dari kuil dengan teratur, dimulai dari yang paling dekat dengan pintu dan terakhir yang menghadap langsung pada Mahaguru yang menatap hamparan sawah terasering yang menghiasi tempat pendidikan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Asmara | Nomin☆
FanfictionNomin Mataram Kuno AU! Sang raja Yawadwipa Tunduk karena cinta warn: ceritanya agak berat karena temanya kerajaan nusantara dan mengandung androgynous! jaemin original story by woodzyjeno