Jeno berjalan dengan pasti untuk menuju pintu gerbang istana, dia akan pergi menemui Jaemin yang sudah menunggu di pondok hutan yang mereka temukan malam hari itu. Hentakan kaki kuda dan gemerincing logam dari pakaian kebesaran bangsawan Hindu mengalihkan perhatian penjaga pintu yang sebelumnya sedang menginterogasi seorang imigran yang izin tinggalnya sudah kadaluarsa.
"Penjaga, tidak usah menunggu saya untuk nanti menutup gerbang. Hari ini saya akan bermalam untuk bermeditasi seharian penuh.", Jeno tersenyum dari atas punggung kuda. Kali ini dirinya akan puas bersenang-senang bersama si cantik karena sudah mendapat izin penuh dari ayah, serta jadwalnya kosong tiga hari ke depan.
"Baiklah, perintah Ndoro adalah kewajiban penuh bagi saya."
Jeno menundukkan kepalanya sekali, menghormati sang penjaga pintu yang walaupun kastanya jauh dibawah tetapi lelaki itu jauh lebih tua dari dirinya. Dia beserta kudanya lalu melenggang pergi ke arah barat tempat Jaemin sudah menunggunya.
Di sisi lain, pemuda androgini yang sudah sampai di pondok terlebih dulu sedang duduk di sebuah kursi dan ditemani pasangan induk-anak gajah liar yang kebetulan tinggal disana. Induk gajah tersebut sedang sibuk makan dari dedaunan pohon di dekat Jaemin, sedangkan anaknya mengelusi wajah bersinar si cantik dengan belalai kecilnya.
Jemari lentik bercincin logam dihiasi rantai yang terhubung dengan gelang yang dikenakan Jaemin balik mengelus kepala hewan cantik yang bijaksana tersebut. Anak gajah menurut dan melipat kakinya sehingga posisinya lebih di bawah, mempermudah Jaemin untuk memanjakannya lebih jauh.
"Cantik, aku senang melihat kamu dan ibumu yang memiliki hubungan baik. Aku punya kekasih yang cantik hatinya juga, tapi sayangnya hubungannya dengan sang ibu tidak baik sepertimu.", gumam Jaemin.
Pernah suatu hari Jeno yang dasarnya memiliki karakter yang tertutup dan lebih peduli dengan kebahagiaan orang lain dipaksa oleh Jaemin untuk menceritakan latar belakang keluarganya. Waktu itu mereka sedang berduaan di sebuah permukiman kecil antah berantah yang jaraknya sekitar tiga jam dari pusat kerajaan Mataram Budha, mereka melihat seorang anak kecil yang jatuh dan menangis keras sebelum akhirnya sang ibu datang dan menenangkan tangisannya. Pandangan Jeno saat itu tiba-tiba berkabut, getir karena ingat mana pernah Uttejana memperlakukannya seperti ibu tadi, masa kecilnya hanya dipenuhi Mark, Jayasri, Chanyeol, dan kitab ilmu.
Namun pada akhirnya Jeno jujur tentang masalahnya, tentang sang ibu, tentang kakaknya yang pergi, dan tentang rasa syukurnya yang begitu besar karena telah bertemu Jaemin yang sangat banyak mengembalikan binar kebahagiannya. Hati Jeno puas, walaupun hubungan mereka ini sulit, tetapi Jeno mengatakan dia bahagia setengah mati. Mengingat itu Jaemin jadi banyak tersipu, pipinya bersemu merah dan sedikit melamun karena ingatan lucu tersebut.
Suara dari anak gajah yang cemburu melihat Jaemin tidak fokus lagi kepadanya membuyarkan lamunan si cantik. "Kamu marah ya? Maafkan aku tadi sedikit melamun, itu dia indukmu sudah selesai makan. Kamu harus kembali kepada koloni kalian kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Buntara Asmara | Nomin☆
FanficNomin Mataram Kuno AU! Sang raja Yawadwipa Tunduk karena cinta warn: ceritanya agak berat karena temanya kerajaan nusantara dan mengandung androgynous! jaemin original story by woodzyjeno