Nyatanya, Yunseong malah ngelanjutin sampai sisa delapan putaran lagi. Dia milih duduk tanpa alas apapun di lapangan seorang diri. Lagipula, kalau tidak ada yang mengawas kenapa harus patuh?
Goo Jungmo sepertinya total melupakan amanat dari Bu Yoona. Mungkin si ketua kelas sudah lupa dunia karena bertemu dunia barunya.
"Bang, ngapain?"
Yunseong menoleh, menatap Keum Donghyun yang juga sedang menatapnya heran. Saking asiknya bergerumul pada haluannya, ia bahkan tidak menyadari kalau sosok adik kelasnya menghampiri.
"Dihukum." jawab Yunseong singkat
Bukannya pergi, Donghyun malah tersenyum jahil. "Dihukum ngapain, bang? Dihukum jadi orang gila?"
"Apa-apaan?"
"Lo senyam-senyum sendiri terus daritadi, bang. Gue kira udah mulai gila atau malah kerasukan." Donghyun mengendikkan bahu sekilas.
Yunseong menampilkan raut kesal, tangannya sudah mengepal main-main. Donghyun yang tau apa yang akan terjadi selanjutnya memilih lari sambil tertawa setelah merasa puas karena berhasil mengejek kakak kelasnya itu.
Donghyun itu tetangga Yunseong, harusnya Donghyun belum masuk SMA karena masih terlalu muda tetapi dulu ia masuk sekolah terlalu cepat karena selalu ingin menempel pada Yunseong dan satu sahabatnya lagi yang merupakan tetangga mereka juga.
Bukan, Donghyun bukan si jenius yang dengan mudahnya masuk akselerasi seperti kebanyakan alasan.
"Emang gue udah gila. Mana ada sih yang masih bisa waras habis ngeliat malaikat wujud manusia?" gumam Yunseong penuh damba lagi.
Akhirnya Yunseong meninggalkan lapangan, ia memutuskan untuk pergi ke UKS saja sambil menunggu jam istirahat. Lumayan, dia bisa tiduran sebentar daripada harus diam di lapangan yang terasa sangat panas.
Sampai di sana Yunseong bersorak dalam hati, kebetulan yang jaga adalah Kim Dongyun sang tetangga selain Keum Donghyun.
"Dua tempat udah dibooking, bang. Kalo mau yang paling ujung aja." ucap Dongyun saat Yunseong memasuki ruangan, sudah terlampau hafal apa yang akan Yunseong lakukan bila datang ke tempat ini.
"Yoi. Gue mau latihan jadi orang yang pro rebahan."
"Mana bisa. Ada yang lebih pro daripada lo, juara 1 atlet rebahan se-dunia."
"Siapa?" Yunseong bertanya tak acuh, ia sebenarnya hanya ingin menanggapi ocehan Dongyun.
"Temen gue. Gak bakal gue kasih tau lo, nanti lo suka. Ribet."
Yunseong mendecih sinis, sebelum membaringkan diri ia sempat berkata pada Dongyun hingga membuat bocah itu menahan umpatan dan teriakan. "Gue kan sukanya sama lo, dek." katanya main-main.
Betulan main-main. Mana mungkin Yunseong bisa punya perasaan lebih pada Dongyun yang sudah ia anggap adik sendiri begitu pula Dongyun yang sudah punya pacar, justru dalam pandangannya Yunseong itu tidak ada bagus-bagusnya.
"Gue aduin Changuk lagi lo, bang, biar mampus lo pulang-pulang muntaber lagi." ancam Dongyun
"Tega banget lo, dek, gue diracunin sama pacar lo. Kasih tau dia sana, habis itu nggak bakal boleh nyolong wifi rumah gue lagi." balas Yunseong mengancam juga sedangkan Dongyun memilih berdamai sambil memberikan cengirannya karena tidak mau harus berpisah dengan jaringan wifi rumah Yunseong yang kecepatannya tidak perlu diragukan.
Yunseong baru saja akan memejamkan mata kalau saja Dongyun tidak kembali membuka mulut dan mengatakan, "Bang, bunda nanyain pacar lo mulu ke gue. Pacaran makanya, capek gue tiap jawab cuma nggak ada terus." setelah itu Yunseong mendengus dan memilih lanjut memejamkan mata saja ketimbang harus membalas celotehan Dongyun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantu Untuk Bunda | hwangmini
Fanfictionft. hwang yunseong x kang minhee __ Hwang Yunseong si cuek yang kelewat datar. Tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada siapapun. Namun, siapa sangka kalau kena hukuman hari itu malah membawa keberuntungan. "Tuhan, apakah ini menantu untuk bunda?"...