07| salah paham

519 96 8
                                    

Serius, Jungmo sudah mau tepar saja rasanya. Mati mendadak setelah presentasi pelajaran sosiologi tadi. Nyawanya seperti sudah tidak berada di tempatnya lagi, melayang entah kemana mungkin ikut kemana proyektor berada.

Pagi-pagi bukannya segar otaknya malah langsung diberi beban, sudah berasap kepalanya.

"Mo ... heh! mati nih anak." Yunseong geleng-geleng kepala melihat tingkah Jungmo yang sudah merebahkan kepala di meja.

"Beb, urus kematian gue. Nyawa gue ilaaaaaangggg!" rengeknya pada teman satu mejanya itu.

Jelas saja sikap Jungmo seperti ini, ia saat presentasi tadi malah dijadikan bahan cari muka para murid kehausan pujian dari guru. Sejak awal ia membuka sesi tanya jawab banyak yang berbondong-bondong memberikan ia pertanyaan susah nan berbobot.

"Kantin dulu." ajak Yunseong yang kini berdiri menjulang di depan Jungmo.

"Gendooonggg~" pinta teman satu mejanya itu sambil menangkat tangan gestur ingin digendong.

Yunseong mendecak lantas meninggalkan Jungmo yang meraung kesal dan tak lama malah teler di mejanya.

_____

"Min, bakso gak?" tawar Dongpyo setelah mereka mendudukkan bokong masing-masing, tumben sekali kantin agak renggang mungkin karena ada sebagian yang ikut rapat osis dan sebagian lagi mulai berlatih untuk lomba.

"Enggak dulu, mau beli roti aja deh gua." Minhee bangkit dari duduknya kemudian melangkahkan tungkai jenjangnya ke warung pojok.

Warung pojok memang biasa ramai, bangku panjang di sana justru digunakan jadi ajang nongkrong mendadak para kumpulan siswa-siswa.

"Oy! buru-buru amat, ler?"

"Mau nafkahin Mogu dulu gue." ini suara yang Minhee kenal, suara Yunseong.

Seusai ucapannya itu entah kenapa Minhee jadi tidak bersemangat sama sekali. Ia menunduk, mengambil sebungkus roti keju dan langsung membayarnya. Persetan dengan minuman! ia terlanjur galau lagipula nanti bisa minta pada Eunsang.

Buru-buru ia meninggalkan warung pojok, meninggalkan kumpulan yang ada di sana mengobrol sambil membawa namanya, Minhee sudah tidak dengar sama sekali.

"Eh, yang tadi bukannya doinya si Yunseong? tanya Hangyul sekaligus oknum yang tadi menyapa Yunseong.

Seungwoo mengikuti arah pandang Hangyul, "Oh. Kang Minhee, temennya adek gue."

"Yaelah si Yunse tadi malah gak liat dia sih, kalo lebih lama 'kan gue bisa nyaksiin lagi gombalan maut tuh bocah." gerutu Seungyoun.

Jinhyuk yang sedang memakan kuaci sontak ikut mengangguk setuju. "Iye, butuh asupan yang gemes-gemes nih gue. Kumpul sama kalian kayak preman semua." setelah itu terdengar sorakan.

Seungyoun berkomentar, "Lagian ngapain anak osis rapat mulu, si Lidi jadi gak bisa sayang-sayangin pacarnya 'kan."

"Ya lu yang malah antusias banget sama percintaan mereka tuh kenapa? Gabung jadi shipper-nya Yunseong sama Minhee juga lo?" Yuvin memutar bola matanya malas.

"Iyalah!" balas Seungyoun sengit.

"Move on makanya biar gak jadi orang yang cuma bisa nyaksiin keuwuannya orang lain."

Menantu Untuk Bunda | hwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang