Sebulan dekat dengan Hwang Yunseong, Minhee mulai sedikit banyak tau tentang pemuda itu. Bisa dibilang hubungan mereka belum ada kemajuan apapun, masih biasa walaupun sering melontarkan kata-kata yang bisa membuat merah masing-masing.
Kali ini sepertinya prosesnya agak jauh. Yunseong yang tampak suka terang-terangan rupanya punya rencana yang lebih terstruktur. Tidak seperti awal yang nampak akan mengutarakan langsung tanpa berpikir banyak, sebenarnya ia tipe orang yang menimbang banyak hal.
Minhee juga tidak menuntut apapun toh hubungan keduanya masih terlalu baru, ia paham mungkin mereka membutuhkan waktu lebih untuk memikirkan bagaimana hubungan ini akan berjalan kedepannya. Semakin bertambah angka di umurnya, ia merasa semakin dewasa saja.
"Dek, kamu udah punya pacar ya?" tanya ibunya tiba-tiba saat keluarga kecil itu sedang berkumpul bersama di ruang keluarga.
Rutinitas malam minggu, Minhee akan mengganggu acara berpacaran kedua orang tuanya dengan ikut menimbrung. Lagipula sekecil apapun peluang mereka untuk berkumpul, ayah dan ibunya akan tetap berusaha agar bisa selalu punya waktu dengan keluarga.
Ayahnya yang tadi tengah fokus pada televisi yang menayangkan kartun diam-diam ikut pasang telinga mendengarkan obrolan antara sang istri dan anaknya.
Ditanya seperti itu sontak Minhee langsung mengalihkan pandang dari ponselnya. "Apa sih, Ma?"
"Ya habisnya kamu ituloh, Dek, daritadi Mama lihat kayak orang gak waras. Liatin hape terus, eh tiba-tiba ketawa-ketiwi. Eling, Min." Ibunya geleng-geleng kepala.
"Anaknya itu rebahan terus, Ma. Mana bisa punya pacar? Jelek gitu gak bakal ada yang mau juga," sahut Ayahnya kemudian.
Minhee mendengus kesal. "Ada kok!"
Daniel mengangkat alis kirinya seolah menantang. "Oh ya?" Nadanya mengejek membuat anak semata wayangnya semakin mengerutkan dahi.
"Ma~ Papanya tuh!" adunya pada ibunya yang menyaksikan perseteruan antar keduanya.
Sebagai ibu, Sowon menyentil dahi Daniel lalu bergulir menyentil dahi Minhee pelan. "Berantem terus. Pusing."
Ayah dan anak itu sontak mengelus dahi masing-masing diselingi ringisan padahal sebenarnya sentilan untuk Minhee tidak ada rasanya bahkan tadi tidak menimbulkan bunyi. Memang sudah ada bakat tukang mendrama, keturunan ayahnya.
"Kalau nanti pacaran terus nikah, harus sama yang chinese lho, Dek," ujar Daniel saat situasi mulai hening.
"Kok gitu? Papa ada keturunan chinese tapi mama enggak kok! 'kan mama orang Jogja. Masa aku gak boleh beda?" protesnya
"Papa yang chinese jadi gak apa-apa."
"Ya udah. Kalo gitu, aku yang chinese jadi gak apa-apa." Minhee menjawab dengan wajah tengilnya.
Daniel tampak berpikir. "Gini deh ... kalau sama cewek, ceweknya harus chinese tapi kalau sama cowok, cowoknya bebas."
Mendengar itu, Minhee mengembangkan senyum.
"Nah, tuhkan! Pacarnya cowok tuh, Ma." Ayahnya berseru seperti berhasil memecahkan sebuah teori.
Sowon menggelengkan kepalanya, baru paham dia kalau suaminya itu tadi tengah mencoba memancing anaknya. Kurang mengerti juga pasalnya ia yakin Daniel merupakan dokter bedah bukan dokter psikolog yang berbakat memancing pasien.
Line!
Baru saja ingin menyahut lagi tapi Minhee harus mengurungkan niatnya karena ponselnya berbunyi menandakan ada notifikasi masuk. Ia menyorot nyalang pada ayahnya sekilas kemudian lanjut kembali ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menantu Untuk Bunda | hwangmini
Fanfictionft. hwang yunseong x kang minhee __ Hwang Yunseong si cuek yang kelewat datar. Tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada siapapun. Namun, siapa sangka kalau kena hukuman hari itu malah membawa keberuntungan. "Tuhan, apakah ini menantu untuk bunda?"...