O5 | tolong awasi

559 101 7
                                    

Pagi ini beda dari hari-hari sebelumnya, Yunseong tampak antusias sekali untuk pergi ke sekolah padahal biasanya ia kerap kali lesu atau tetap mengantuk namun sekarang beberapa kali ia malah mengalunkan beberapa nada lagu dengan pelan.

Putra tertua dari keluarga yang diketuai oleh Hwang Minhyun mulai menatapnya aneh. "Kenapa lo? bahagia bener gue liat-liat. tungguㅡ aYAH BELIIN YUNSE MOBIL BARU?" pekik Joochan memandang tidak terima sosok yang baru saja datang bergabung ke meja makan.

Sang ayah mendengus namun tampak tidak peduli dan lanjut memberi kecupan manis di wajah putri bungsunya yang tengah memakan roti panggang buatan Eunbi. "Princess, kamu kalau udah gede gak boleh kayak abang ya. Berisik mulu tiap pagi, gak baik."

Joochan mendecak. Ia beralih mengambil roti panggang yang ada di atas piringnya kemudian mengolesnya dengan selai kacang. Sungguh, adiknya pagi ini benar-benar tidak seperti biasanya yang hanya akan memasang wajah datar ketika di meja makan atau malah kadang membuatnya prihatin karena wajah Yunseong yang tampak menyedihkan karena tidak punya ekspresi lain.

"Bun, Yunse pagi-pagi udah gak waras!" adu Joochan pada Eunbi yang baru menghampiri meja makan setelah melepas apronnya.

Eunbi menggeleng sambil terkekeh ringan. "Kamu tuh kayak gak pernah kasmaran aja sih, bang. Adikmu itu lagi jatuh cinta masa gitu aja gak tau. Dulu kamu juga selalu semangat ke sekolah karena mau ketemu Sohye 'kan?"

Walaupun sudah diberi pengertian oleh ibunya, Joochan tetap saja memandang ngeri pada Yunseong yang kini sedang senyum tak jelas di sebrang sambil memakan roti panggang berselai coklat, tangan kanannya sesekali memainkan rambut adik perempuannya yang ada di sebelahnya.

"Aku selesai, pamit ya." tukasnya namun secara tiba-tiba ia merampas kunci mobil yang ada di atas meja mengundang sorotan tajam dari Joochan yang sedang meminum susu hangat. "Bang, pinjem mobil! Gue males manasin mobilnya." suara Yunseong sudah mengecil seiring dengan suara langkah kaki yang menjauh.

Amarah Joochan rasanya sudah naik dan berkumpul di ubun-ubun. "HWANG YUNSEONG!!" teriaknya.

"Heh. Berisik banget sih, bang. Mobil banyak gak usah kayak orang susah, kalo males manasin mobil suruh pak Ahn aja. Biasanya juga Yunse minta tolong kok hari ini emang niat dia mau ngejahilin kamu aja." tegur ayah Minhyun dengan tenang tanpa mempedulikan si sulung yang sudah pundung.


______

Minhee yang malas sekarang malah makin malas karena sedang di jam pelajaran olahraga. Diantara banyaknya mata pelajaran yang dia kuasai, hanya pendidikan jasmani yang paling dia tidak suka. Alasannya tentu saja karena malas. Ia malas mengganti baju, malas jalan ke lapangan, malas pemanasan, dan banyak lagi kemalasan yang ia tumpuk di satu pelajaran.

Apalagi hari ini materinya tentang bola voli, lengkap sudah kemalasannya. Membayangkan tangannya akan sakit karena harus menggebuk bola itu saja sudah membuatnya menghela napas.

"Heh! Kebiasaan lo lemes mulu." tegur Eunsang.

Minhee tidak membalas, ia makin menyenderkan tubuhnya di tribun lapangan outdoor. Tangannya menumpu pipi, sungguh tampak tidak bersemangat sama sekali.

"Eh, lo sepupunya si dukun sekolah 'kan?" tanya seorang siswi yang duduk di sebelah Minhee tiba-tiba.

Ia mengangkat alis tak paham. "Siapa maksudnya?"

"Kang Taehyun."

"Oh ... bocah itu. Iya, gue sepupunya. Kenapa?"

Menantu Untuk Bunda | hwangminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang