0.9#SM

28 3 0
                                    

“I love you for a thousand. more like
Christina Perri song”
***

“udah selesaikan mainnya? Sekarang pulang!” Martha mendorong tubuh storm keluar kamarnya tapi sulit.

“lo harus ikut gue” ujar storm . Martha menatapnya sambil mengerutkan dahinya “kemana”

“salon” ucap storm

“Salon?! Lo mau pedicure medicure tersungkur disana?” Martha menutup mulutnya yang ternganga. Storm mendelik tajam

“Ya ga lah! Lo bakal gue bikin cantik malam ini”

“Jadi maksud Lo sekarang gue ga cantik?!” tanya Martha sewot

“Emang engga” sahut storm santai. Martha memalingkan wajahnya kesal.

“emang mau ngapain? Make Levis sama kaos doang gaboleh?” lanjutnya

Storm mengacungkan telunjuknya sambil menggerakkan ya kekanan dan kiri “gaboleh, apa kata eyang gue kalo ngelihat Lo make gituan”

“Gue sih ga peduli apa kata orang. Selagi menurut gue nyaman ya gue pake. Bagus atau ga nya diri gue Cuma gue yang bisa nilai. Gue Cuma mau jadi sendiri didepan eyang Lo. Bukan orang lain” penuturan Martha membuat storm mengacak ngscak rambutnya gemas.

“Tanggapan Lo terlalu berlebihan tau ga. Gue Cuma mau ngevermak sedikit doang. Diizinin ataau ga nanti gue tanya sama mama Lo”

Storm menarik Martha keluar kamar dan menuju ke tempat Karin berada. Storm tampak berbincang sebentar dengan mamanya Martha dan ia selalu saja memegang tengkuknya mungkin menghilangkan rasa canggung? Sementara Karin tampak senang berbicara dengan storm.

“Mama bilang apa?” tanya Martha usai perbincangan itu habis.

“Lo ga diizinin karna papa Lo belum pulang, tapi katanya mama Lo bakal bantu ngerias wajah Lo”

“Ngerias?”

Storm mengangguk “make up”

“Make u—apa?! Ga ga! Ngapain pake make up make up segala?! Ini gue sebenarnya mah makan malam apa kondangan sih?” storm mengusap wajahnya

“di poles dikit doang Martha, dengerin apa kata gue!” ucap storm kesal dengan cewe yang saat ini ada di hadapannya.

“Lo Cuma pacar gue storm, bukan suami gue! Stop ngatur ngatur. Ini baru sehari loh kita pacaran? Bisa ga sih Lo berhenti buat bertindak semau Lo?” storm pergi dari pandangan Martha dengan jarak sekitar 3 meter.

‘dia marah kok hati gue malah ngedisco? Pengen banget rasanya gue cubit pipinya karna gamau nurut sama gue, tapi gemes' gumam storm sepekan mungkin. Dia sengaja pergi agar Martha tidak mendengarnya. Kemudian menghampiri Martha lagi.

“Lo dengerin kata gue kita bungee jumping, diving, sama snorkling ya monggu ini. Weekend” tawar storm menekankan kata weekend. Martha berdecak sebal tawaran itu sungguh meggiurkan. Bagaimana ia bisa menolaknya?

Dengan pelan Martha mengangguk, akhirnya Karin mendandaninya dan memberikan Martha dress polkadot selutut. Sedangkan storm? Ia izin pulang ingin bersiap siap juga.
***
Pukul 19.30

Martha keluar dari kamarnya lantaran Karin Yang memanggilnya berkali kali. Karena storm sudah menunggum saat turun dengan pelan menggunakan anak tangga, tatapan tajam milik ayahnya benar benar mengintimidasi seolah olah siap menerjang nya.

Ayahnya memang overprotective jika anak perempuan satu satunya ini berhubungan dengan seorang pria. “Martha” panggil Biran ayahnya dengan pelan namun sedingin es.

Martha meneguk ludahnya beberapa kali. “I iya yah?” sahut martha.

“Pulang nanti jelaskan semuanya sama ayah. Secara detail ga boleh ada yang terlewatkan. Mengerti martania faradilla?’ ujar Biran menatap Martha.

Martha tau jika ayahnya sudah menyebut nama belakangnya sudah pasti harus dilakukan dan tidak boleh dibantah. Ia mengangguk dan segera menyalami kedua orang tuanya. Lalu berangkat menuju storm.

Sesampainya di teras rumah, mata storm dan miliknya saling beradu. Storm mematung. Dress polkadot yang dipakai martha entah kenapa dihadapan storm tampak begitu menawan.

Begitu juga Martha yang melihat storm memakai kaos hitam polos dengan dilapisi jaket yang berwarna putih dan cekana jeans selutut membuatnya tampak seperti model pria.

“Kata Lo ga boleh make jeans?” protes martha. Storm menaikkan sebelah alisnya.

“Kapan?” tanyanya bingung. Martha mengepalkan tangannya geram.

“Tadi sore!” kesalnya,storm tertawa lumayan keras. Semakin ia tertawa rahangnya semakin terlihat tegasnya.

“Kan yang ga boleh lo, bukan gue.” “lo make baju apa aja tetap jelek”

Martha tersenyum sinis, “pikiran Lo gabisa boong tuh kak petir” “yauda gue ganti baju lagi ni” Martha berniat ingin berbalik tetapi tangannya ditarik kuat oleh storm sehingga tubuhnya jatuh kedalam pelukan storm

“Gue bercanda you look great tonight. Perfect like Ed Sheeran song” storm berbisik pelan ditelinga Martha.

Tanpa mereka sadari seseorang sedang memperhatikan mereka sambil mengepalkan tangannya. “Bi Martha udah dewsa bukan anak kecil yang dulu sering kamu manjain lagi” Karin mengusap pundak Biran yang tampak mengeraskan rahangnya tidak terima

“She is my little daughter Karin. Always be my little daughter. Yesterday,now,and forever” ujar Biran.

“Itu Dimata kamu, kenyataanya sekarang ia sudah beranjak dewasa bukan? Dan dimasa ini juga kamu sudah mengenal aku, your lover. Ga ada yang salah dengan itu bi. Cobalah untuk mengerti” Karin memeluk Biran dari belakang mencoba menenangkan amarah sang suami.

StorMartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang