“Kadang gue bingung sama diri sendiri,
Gue gamau liat dia sama orang lain,
Tapi gue gasuka sama dia.”
***“Mah Martha pulang” Martha melepas sepatu dan kaos kakinya, meletakkannya ke rak sepatu. Martha melihat ada sepasang sendal tradisional yang sudah ja ketahui milik siapa, Oma.
“Udah pulang mar? Sini duduk dulu Oma mau ngomong berdua sama kamu” mamanya martha--Karin—menyuruh anak gadisnya duduk usai menyalami Oma dan dirinya.
Nukannya menemani, Karin justru bangkit dari posisinya menuju ke arah dapur. Saat ditanya 'mau apa?’ Karin hanya menjawab 'memasak untuk kamu makan' kini hanya tersisa Martha yang diam menunduk dan Omanya yang tidak berhenti menatapnya.
“Martha gimana sekolahnya? Lancar?” Omanya mebuka pembicaraan dengan basa basi terlabij dahulu. Padahal Martha tau Omanya tidak ingin menanyakan itu
“Lancar kok Oma, ga ada hal buruk” Martha hanya menajwab sekenanya saja. Ia ingin tahu apa lagi masalah di dirinya yang akan Omanya bicarakan.
“Kamu udah tau kan kalo kamu harus masuk fakultas kedokteran?” Oma masih bertanya dengan pandangan yang mengintimidasi
“Tau Oma, tapi Martha gamau” Martha dengan santainya melepas seragamnya yang langsung disuguhi kaos berwarna hitam melekat ditubuhnya dengan tulisan berbordir warna emas 'i am not afraid of you'
“Kenapa gamau? Oma sudah menyiapkan dana untuk mu melanjutkan ke fakultas kedokteran Martha. Jadi kamu bisa mendapatkan pendamping hidup yang baik, tidak salah memilijm tidak sepeti papa kamu yang salah memilih pendamping, kerjanya hany dirumah saja bergumul dengan peralatan rumah seperti pembantu” ucapan Oma yang menyindir Karin mamanya membuat Martha langsung menoleh ke arahnya yang sedang menunduk sambil terus memasak.
“Maaf Oma apa Oma ga merasa kelewatan dengan hal ini? Oma boleh marahin Martha dan ngehina Martha, tapi jangan mama”
“Papa butuh pendamping hidup kaya mama itu biar bisa saling melengkapi. Papa sebagai kepala keluarga dan mama’ ibu rumah tangga. Kalo dua dua disibukkan dengan pekerjaan terus kapan keluarga itu bahagia? Kebahagiaan itu tidak harus dengan uang Oma.”
“Papa ga salah pilih pendamping, dan mama’ bukanlah pendamping yang salah. Disaat papa cape pula g kerja , mama selalu Dateng buat bikinin papa teh dan memijat papa. Kalo misalnya mama juga bekerja dan keduanya pulang dalam keadaan lelah, siapa yang bakal menguru rumah? Pembantu? Pembantu juga punya kehidupan Oma dan tolong jangan sangkut pautkan kuliah Martha dengan mama lagi.”
“Martha masih kelas 10 Oma, Martha gasuka ko seandainya setiap Oma kerumah Oma selalu menghina mama. Ini rumah kami Oma, rumah yang papa beli dengan hasil kerja keras dan dukungan penuh dari mama” jelas Martha dengan sangat lembut dan menusuk.
Ia mengatakan itu dengan lantang, namun percayalah tubuhnya sedang bergetar hebat saat ini.
“Karin tolong beritahu anakmu ini sopan santun dan bilang padanya ia tetap harus masuk fakultas kedokteran” Omanya pergi dengan emosi.
Karin mamanya Martha datang menghampiri Martha “sayang lain kali jangan begitu lagi ya? Mama gamau kamu sampe ikut ikutan kena imbasnya. Mama udah biasa ko—“ gadis berambut sebahu itu memeluk erat pinggang ibunya yang sedang berdiri. Tubuhnya bergetar. Ia menangis.
“Martha... Ga suka setiap.. Oma kesini.. Oma selalu menghina dan.. mencaci mama, Oma jahat ya ma?.. kenapa sih Oma benci banget sama mama?... Apa karena mama.. bukan dokter.. kaya papa?” tanya Martha sambil sesenggukan.
“Shtt jangan nangis ah, sejak kapan anak mama jadi cengeng begini? Mana anak mama yang ceolas ceplos? Oma kamu memang begitu dari dulu, lama lama juga nanti bakal berubah kok. Martha laper kan? Mama bikin ayam gulai kesukaan kamu” karin—mamanya—mengelus puncak kepala Martha dengan lembut. Martha merasa mamanya terlalu sabar dengan sikap mama mertuanya. Namun tidak dengan Martha.
Gadis yang masih setia didalam dekapan ibunya ini menggeleng pelan. “Mama belum jawab pertanyaan Martha kenapa Oma keliatan benci banget sama mama, apa karena mama bukan dokter papa? Dilihat bagaimanapun sikap Oma terhadap mama melebihi batas wajar mah..”
Bukannya menjawab, Karin justru tersenyum sembari mengangkat dagu Martha untuk menatapnya “oma kamu sebenarnya baik, hanya saja sesuatu membuatnya menjadi seperti itu. Karena Oma kamu tidak tahu harus melampiaskannya kesiapa, dan kebanyakan anak dan menantunya sukses kecuali mama yang hanya ibu rumah tangga jadi mama yang kena. Kamu sebagai cucu gaboleh dendam sama Oma. Martha buktiin kalo Martha, anak seorang ibu rumah tangga bisa dukse tanpa harus jadi dokter. Ya?” Martha mengangguk mendengar penjelasan ibunya. Ia kagum dengan mamanya yang sangat sangat baik.
“Ma, Artha malam mau kerumah temen boleh kan?” Martha mengendorkan pelukannya.
“Cowo kan?” tanya Karin, Martha mengerutkan kedua alisnya
“Mama tau darimana?” bingung martha, karin malah tersenyum jail sambil menunjuk ke arah seorang anak laki laki yang menatap lantai Sam memasukkan kedua lengannya ke saku.
Martha melongo. Kemudian dengan kesal ia menghampiri storm “lo ngapain disini?!” tanya Martha
Storm tersenyum “kata lo, Lo mau ngajak gue main pers?” ujar storm santai Martha bungkam.
“Yaudah buru masuk! Gausah banyak omong!” Martha masih kesal. Ia ingin tidur siang menjernihkan pikirannya. Malah diganggu.
“Hidung Lo merah kaya tomat” storm tertawa mengejek membuatnya membuat Martha malu.
Sesampainya di kamar Martha, storm tercengang melihat isinya yang penuh dengan kaset kaset game, PC, dan dindingnya yang penuh dengan poster anime pria seperti seiri dari Kuroko no basket, reiji dari Gundam battle fight, Natsu dan gray dari fairytail, takuti dari star driver, todoroki dari Boku no Hero, kaneki dari Tokyo ghoul, Levi dan Eren dari attack on titan, houtaro Reiko dari hyouka dan masih banyak lagi.
Storm kesal kenapa tidak fotonya saja yang dipasang ?. Ia mencabut satu tersebut kemudian merobeknya. Martha yang menyaksikannya melotot tak percaya “ eh eh ! Husbando gue! Kenapa diribekin?!” Martha menganga sambil menatap storm sebal.
“Gue cowo Lo Martha!cowo Lo! Apa-apaan make poster poster cowo 2d kaya begini?” kesal storm melipat kedua tangannya didepan dada.
“Suka suka gue dong! Ini kamar gue! Mau gue rombak ala ala Disney princess juga hak ! Lo itu Cuma pacar pu—“ pintu diketuk menampilkan Karin yang tersenyum sembari membawa 2 gelas berisi jus jeruk
“Cie anak mama baru masuk sekolah 7 hari udah dapet pacar aja, cakep lagi. Masa sama poster cemburu sih?” mama Martha tertawa Martha menatap mamanya.
“Mama...”
“Iya iya mama pergi nih”
“Gue gamau tau Lo harus dibeliin poster yang sama kayak yang Lo robekin tadi! Itu limited edition storm!” Martha geram. Sedangkan storm ? Ia malah tersenyum.
“Hey hey gue Lo panggil nama gue tanpa embel embel kak. Coba ulang lagi?” goda storm. Martha tidak menanggapinya, ia langsung mengambil beberapa kaset PS yang rekomendasi dan langsung memainkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
StorMarta
Novela Juvenil(update setiap hari) Martania Faradilla atau kerap dipanggil Martha ini adalah seorang gadis yang suka melakukan hal hal yang gila seperti bungee jumping, sky diving, clubbing di keramaian om om! Gadis ini benar benar membuat Storm Albano. Sang raj...