"Mah, aku berangkat dulu ya? Sarapan paginya udah kan?" Randi dengan semangat mengambil sarapan paginya dan bersalaman kepada ibunya.
"Iya udah, hati-hati yah, jangan lupa dimakan. Oh iya, ibu kayaknya bakal engga ada nanti pas kamu pulang sekolah, ada meeting di kantor dari jam 2 sampai jam 6 sore, nanti si mbak bakal masak sayur sop kesukaan kamu, jangan pulang telat ya!" Bersalaman dengan Randi dan mengusap kepalanya berkali-kali.
"Iya bu, aku juga mau nganter barang ke Desa Cana abis pulang sekolah, mama jangan lupa makan ya!"
"Jauh banget ke desa Cana, barangnya punya siapa sih? Emang nganterin apa?"
"Punya bu Sifa, gak tau ini dibungkus kardus lumayan besar, semoga isinya bukan bomb ya mah, wkwkw.."
"Ahahahaha, yaudah nanti ketinggalan lagi kamu sekolahnya, hari ini kamu kan ada jadwal ulangan harian."
"Oh iya mahh.. Kok mamah tau sih?"
"Ada deh.. Yaudah sono gih cepetan!!"
"Oke mah."
*sebenarnya mamah suka ke kamar kamu tiap malam*07.30 bel berbunyi. SMPN 2 Aksioma telah memasuki waktu penutupan gerbang sekolah, semua siswa yang telat dinyatakan terlambat dan akan mendapat bimbingan dari pihak konseling.
"Huft, Puji Tuhan.. untung saja hari ini ada acara disekolah, jadi aku bisa selamat-"
"Selamat? Pak, tuh ada yang telat." Terdengar suara seseorang dibelakangku.
"Pagi pak, boleh saya masuk?" Bertanya dengan tatapan sombong kepadaku.
"Silahkan.." Jawab pak satpam.
Saat dia melewati Randi, terlihat jahitan nama Bobi.
*Bobi..? selama 2 tahun aku bersekolah disini aku baru mendengar namanya.*
"Duluan boy!" Bobi dengan sombong memasuki gerbang sekolah.
"Hmm pak, saya gak boleh masuk nih?" Tanya Randi.
"Yasudah, beruntung kamu bareng dengan dia, jadi secara tidak langsung kamu diperbolehkan masuk."
"Maksudnya apa ya pak?"
"Udahh.. Bersyukur aja kamu bisa masuk ke sekolah meskipun terlambat, cepat masuk takut guru Konseling liat!"
"Oke deh pak, makasih ya!" Sambil berjalan memasuki gerbang.
*Aneh sekali, memangnya Bobi siapa sih, sampai semua takluk kepadanya..*"... Jadi sudah tau yah pentingnya berkomunikasi? Semoga di bab ini kalian dapat..." Ibu Dena menutup jam pelajaran hari itu.
"Males banget sama bab ini, bagaimana nasib anak-anak nolep (*no life = tidak punya kehidupan) dan ansos (*anti sosial)." Ucap Teja, anak rumahan, nolep dan ansos padahal dia cowok dan suka malu kalau keluar rumah.
"Jangan begitu, anak nolep masih bisa diajak komunikasi kok, asal kalau lagi komunikasi jangan main gadget!" Tegas Randi.
"Itu lagi ngapain dibelakang? Paham tidak tugas kalian apa di bab ini?" Sambil menunjuk ke posisi Teja dan Randi.
"Eh, lu sih ngajak gw ngobrol!" Ucap Teja terkejut.
"Apaan sih, engga ngaca lu?!" Tegas Randi
"Ibu tanya, paham tidak tugas kalian apa?"
"Suruh wawancara bu sama penjual jajanan disekitar lingkungan sekolah dan rumah." Jawab Seline, murid pintar namun sombong akan kepintarannya.
"Saya tanya Randi dan Teja, kenapa kamu yang jawab? Tidak usah sok pinter Seline!"
"Baik bu maaf, lagian jam ibu sudah habis nih, sudah 8.45, udah buruan jawab lu Randi.. Teja!"
"Wah berani sekali kamu ya Seline!" Ibu guru merasa terpancing emosinya sebab Seline mengatur-atur dirinya.
"Orang cuma ngasih tau doang weih!" Ucap Rere sahabat Seline.
"Tau, rese banget!" Ucap Dio pacarnya Seline.
"Heh kalian gak berhak seperti itu.." Ucap satu orang murid perempuan yang selalu hormat pada setiap guru alih-alih ingin mendapatkan nilai yang bagus.
"Berisik banget hish.." Ucap Yuri risih.
"Asik keributan.." Senyum Iwan terlihat senang akan adanya keributan dikelasnya.Satu kelas ribut besar saat itu, hingga jam istirahat termakan selama 10 menit, ocehan mereka tidak ada berhentinya sampai ibu kepala sekolah melewati kelas yang ricuh itu bersama dengan guru Konselling.
Melihat keributan tersebut, pada jam 9.00 semuanya dipanggil untuk memasuki ruangan rapat, seluruh anak kelas 8T beserta guru yang ada pada keributan tadi.
"... Kalian kami skors selama 1 minggu belajar dirumah, akan ada tugas selama 7 hari itu, saya harap kalian melaksanakan tugasnya dengan baik dan dikumpulkan kepada Pihak Konselling pada hari Senin nanti."
"Baik bu.." Seraya anak-anak kelas menjawab.
"Untuk ibu Dena, saya harap lebih sabar dan memperhatikan jam pelajaran."
"Baik bu." Jawab bu Dena menunduk kesal dan murung.Pulang sekolah Randi kali ini, tidak seperti biasanya. 9.30 merupakan waktu yang sangat amat awal untuk pulang sekolah. Randi memikirkan bagaimana nanti respon kedua orang tuanya.
Sambil mengayuh sepedanya, ia masih berpikir keras, bagaimana ini bisa terjadi? Mengapa ia se-nakal ini?
Tiba-tiba,
*bushh..* suara cipratan air dari jalan yang diinjak oleh mobil Bobi.
"Haha! rasain tu orang miskin!"
"Bobi! Kamu kok begitu?" Ucap seorang perempuan didalam mobil Bobi.
"Stop Bobi, kamu keterlaluan, berhenti sebentar!"
"Iya deh iyaa."Mobil Bobi berhenti seketika di perempatan jalan. Perempuan yang ada di mobil itu segera menghampirinya.
"Kotor banget, mau saya antar ke rumah dan laundry-kan bajunya tidak, nak?"
"Ngga bu, makasi-, bu Dena?!?" Terkejut melihat perempuan didepannya ternyata Bu Dena.
"Randi?!" Ibu Dena pun terkejut.
"Kalian udah saling kenal? Eh bu, ayo dong cepetan, Bobi laper niih!" Bobi memohon agar ibunya cepat karena Bobi lapar.
"Bu Den, maafkan kesalahan Randi ya, Randi menyesal mengobrol pada saat akan pergantian jam pelajaran ibu.."
"Dan juga kelas kami.."
"Oh jadi elu biang kerok yang bikin ibu gw dihukum Bu Kepsek?" Sambil meraih baju Randi dan mengangkatnya ke atas.
"Eh Bobi! Turunkan!"
"Gak mau bu, ini kan yang bikin ibu dikurangi poin Citra guru ibu?!"
"Engga penting Bob, tolong lepaskan yah, ibu mohon."
"Yaudah nih, Bobi kasihan-in ya!" Bobi melepaskan terkamannya.
"Maafin ibu juga ya, tidak pantas ibu marah-marah dikelas juga, yaudah nih uang buat nge-laundry baju kamu, ibu pamit dulu.."
"Ih bu, gak usa-"Tangan Bu Dena ditarik oleh Bobi menuju Mobil. Lalu mereka melanjutkan perjalanannya. Sementara Randi masih berpikir, apa masalah sebelumnya yang membuat Bobi membenci dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Randi (Sequences: High School And University)
Short Story"... udah? segitu doang? haha, lemah!" "gila lu, kok bisa hebat banget.." Randi remaja kelas 2 SMPN 2 Aksioma yang paruh waktu bekerja sebagai pengantar barang dari desa ke desa lain. Meskipun orang tuanya kaya melintir, dia tidak ingin menghabiskan...