Keesokan harinya, Randi berkemas untuk bersiap berangkat pergi ke kost-an dekat Universitas Padjajaran yang telah di sewa sebulan sebelum SBMPTN.
"Semua barang-barang udah dikemas kan, Ran?" Tanya ibu Randi.
"Iya mah, tenang aja.. Kalo ada yang ketinggalan bisa langsung balik lagi ke rumah, lagian engga terlalu jauh ini ke tempat kost-an."
"Eh, jangan gitu, ngabisin ongkos buat di kost-an kamu aja. Coba di cek lagi ya, takut ada sesuatu yang kelupaan mau dibawa."
"Iya deh." Randi kembali berkemas.
Sesaat sedang mengecek kembali bawaannya, Randi melihat beberapa foto-foto yang terpajang di dinding kamarnya. Terlihat momen-momen indah bersama keluarga, teman, dan saudaranya.
"Ran, udah nanya belum ke temen-temen kamu siapa aja yang keterima di Unpad, biar ada teman juga."
"Oh iya, tunggu ya aku telpon mereka dulu."Randi mulai menghubungi mereka dengan Video Call.
"Haii!! Gimana kabarnya nih temen-temen, selamat pagi yaa.. Semoga kita bisa berbagi kebahagiaan dipagi pertama setelah melihat hasil UTBK ini." Sapa Seline dengan mimik muka dan nada yang sangat ceria.
"Anyeong! Baik nih, selamat pagi juga semuanya! Sehat-sehat ya!" Ranti membalas sapaan dengan ceria juga.
"Baik juga nih. Oh iya, siapa yang masuk Unpad?" Tanya Teja.
*didalam hati Randi, "Duh, se-Univ sama Teja nih. Semoga jurusannya beda."
"Gw Ja, emang sahabat mah gak bakal jauh-jauh larinya wkwkwk."
"Ahahahaha..." Seline, Ranti, Teja dan Dio tertawa serempak.
"Oh iya, siapa yang masuk UIN Bandung?" Tanya Ranti.
"Gw Ran, wkwk emang bener kata Randi tadi."
"Wihh.. Nanti se-kost-an bareng ya, Sel!"
"Oke, untung kita udah survei waktu itu, jadi udah ada pegangan kalo kita keterima."
"Iya nih wkwk."
"Ide siapa dulu dong.." Ucap Teja dengan mimik muka sombong.
"Idih.. Hahhahaha.."
"Eh, udah dulu ya. Gw lagi berkemas nih sebenernya buat barang-barang dan pakaian di kost-an. Ja, nanti lu se-kost-an sama gw ya?"
"Ngikut aja gw mah Ran."
"Oke, goodluck ya temen-temen!" Sapa penutup Randi karena buru-buru.
"Oke Ran!" Jawab Teja
"Makasih Ran. Goodluck juga!" Seru yang lainnya."Oh iya bu, aku mau bawa tiga polaroid ini deh." Menunjukkan tiga foto polaroid; yang pertama foto bersama keluarganya, kedua foto bersama Ranti, dan yang ketiga foto bersama Ranti, Teja, dan Rere pada saat merayakan ulang tahun Rere.
"Itu kan pribadi, engga papa kok. Apalagi yang mau dibawa? Mama takut kamu nanti engga betah dan homesick pas di kost-an."
"Udah deh kayaknya. Oh iya mah, aku minta restu Mama buat restuin Randi mencari ilmu disana. Mama yang tenang yah, jangan khawatirin Randi. Randi sudah bisa jaga diri, tetap kawal Randi kalo emang Randi sudah bilang libur atau free, Randi bakal telepon atau video call Mama kalau Randi sempat juga. Kalau ada masalah darurat, panggil Bang Kiki ya, nanti kalau sudah tertolong atau sudah tidak terlalu darurat, telepon Randi."
"Iya Ran-" Peluk terakhir Randi kepada ibunya sebelum pergi ke kost-an, tangisnya kembali bercucuran di punggung ibunya.
"Mama akan sempat-in juga teleponan sama kamu. Jaga kesehatan, jangan sering begadang atau kelayapan. Terus jangan sampai salah bergaul dengan orang, semoga kamu bisa wisuda sebelum waktunya."
"Amin.. Terimakasih Ma!"
"Amin.. Sudah, kasian Bang Kiki nunggu tuh."
"Santai aja, Bu! Wkwkw."Mereka berdua berangkat menuju kost-an. Ditengah perjalanan, Randi dan Bang Kiki tidak sedikit bercakap-cakap. Diantara lain keduanya membicarakan..
"Bang, nanti kalau saya sudah di kost-an, nitip Mama ya, kan Abang tetanggaan sama Mama saya. Terus, sempatkan buat hubungi Randi." Ucap Teja memastikan ibunya dilindungi oleh Bang Kiki.
"Santai aja, kayak ke siapa aja. Ibu Dini sudah saya anggap sebagai ibu saya sendiri kok." Balas Bang Kiki.Sesampainya disana dan setelah menurunkan semua barang-barang dan perlengkapan Randi, Randi pamit kepada Bang Kiki.
"Ya Bang? Titip Mama sekali lagi."
"Iya iya. Kuliah yang bener!"
"Iya bang siap."
"Mantep!"Baru saja dua meter mobil Bang Kiki berjalan, tiba-tiba ada mobil yang menyerempet mobil Ibunya Randi.
"Anjrit!" Lari Randi menghampiri kedua mobil tersebut.
"Aduh!!! Kamu gimana sih Bob bawa mobilnya? Selalu engga bisa bener-bener santai!" Ucap Sari yang kepalanya kejedot airbag.
"Sori Yang! Tadi aku liat notif Hago bentar."
"Bego!"
"Hehe, maaf."
"Udah diem, sono samperin orangnya, minta maaf!"
"Iye deh, iye."
"Bang Ki, gak kenapa-napa?" Tanya Randi panik.
"Santai. Engga kenapa-napa, dia yang salah kok." Jawab Bang Kiki dengan santai.
"Weh weh, ada apa nih Ran?" Tanya Teja.
"Udah sampe juga lu?" Tanya Randi
"Ya kan tadi sebenernya mobil bokap gw dibelakang mobil Mama lu, cuma gw engga mau bilang wkwk."
"Oh.."
"Aduh!! Cuma keserempet pada rame banget! Belum aja gw aduin mobilnya."
"Eh anak setan, lu yang salah Bob. Udah deh, gw malu dan udah gak kuat lagi. Kali ini terakhir gw naik mobil sama lu, alias kita putus!" Ucap Sari keluar dari mobil Bobi.
"Sialan! Sial banget gw hari ini." Ucap Bobi kesal.
"Berapa juta buat ganti itu Bang? Eh.. Ada dua anak culun juga disini, ngapain lu pade, hah?" Tampak songong Bobi sambil melirik uang yang didompetnya.
"Ran, mending kita ke kost-an beresin barang-barang kita. Gak papa kan Bang Ki?" Ucap Teja mengajak Randi untuk meninggalkan mereka berdua.
"Iya gak papa, santai-santai."
"Oke deh." Terima Randi atas ajakan Teja.
"Yee.. Anak culun! Belum aja gw tampar pake kartu kredit."
"Paling semuanya kadaluarsa." Ucap Teja meninggalkan mereka berdua.
"Sialan!"
"Lain kali kalau berkendara yang bener, Dek!"
"Ngga usah ngajarin bang, gw juga bisa kali. Mau gw bayar berapa tuh.. Goresan Kucing?"
"Lima juta aja."
"Ngga ngotak lu!"
"Tadi nanya. Kalo engga punya uang, engga usah belagak jadi orang kaya."
"Gw ada, cuma noncash. Mau gw tarik dulu ke Bank?"
"Lama lu, bilang aja gak punya duit! Dasar bocah overdosis!" Ejek Bang Ki lalu meninggalkan Bobi seorang diri.
"Oke, sialan yang ketiga."Setelah memasukkan dan menata barang-barangnya, mereka pun pergi untuk mandi dan makan.
"Duhh.. Lumayan cape juga yah, padahal belum kuliah.." Ucap Randi kelelahan terbaring telentang di kasurnya.
"Lemah banget lu brou!" Sahut Teja yang merasa biasa saja karena memang terbiasa bekerja sampingan sebagai kuli bangunan.
"Iya deh.. Yang biasa kerja.."
"Wkwkw, makanya kerja!"
"Lahh.. Gw juga kerja sampingan juga, anjrit! Nganterin barang dari desa ke desa. Itu dulu sih.."
"Nahh.. Itu kan dulu!"
"Iya deh. Gw mau mandi dulu ya, badan gw basah banget nih.. Bau." Randi mengambil handuk dari kopernya.
"Yaudah, bareng dong.."
"Stress lu!"
"Aelahhh.. Canda.."
"Ye!" Randi pergi meninggalkan Teja.Sesaat setelah Randi menutup pintu, Randi bertabrakan dengan kedua tetangga kost-an-nya.
"Anjrit!" Sabun mandi Randi jatuh ke lantai
“ANJIR!!! sakit banget gila lu, pantat gua sakit coy” Ezan yang masih berusaha bangkit,
"Wooee.......” saat hendak berteriak, Tapi...
Rezan melihat keduanya karena canggung, spontan yang terlintas dipikiran Ezan, “....oy oy oy amboy amboy, maksud saya eh"Rezan yang tadinya mau marah-marah tidak jadi , karena sepertinya tampang mereka lebih tua darinya.
“Ohh..hmm...M-mmohon maap pak sebelumnya omongan saya kasar banget tadi” Rezan langsung minta maaf dan terasa begitu canggung.
"Pak? Kita masih mahasiswa loh" jawab Fathan.
"Oh ia, Rezan"
"Kuliah dimana?" Tanya Fathan.
"Masih SMA" jawabnya singkat.
"Yaampun sayang banget sabun batangan gue" Randi memandang sabun batang nya yang sudah jatuh ke lantai.
"Belum 5 menit" Fathan langsung gesit mengambil.
"Dikira makanan" Celetuk Rezan.
"Eh maaf ya tadi bener bener gak sengaja" Fathan mengawali dengan meminta maaf duluan.
"Iya sama" jawab Rezan.
"Kalian mau mandi?" Tanya Randi yang melihat Fathan dan Rezan membawa handuk.
"Iya nih" jawab mereka berdua bersamaan.
"Gimana kalo adil, kita gambreng, yang beda sendiri mandi pertama" Usul Randi sengan semangat.
"Kan kamar mandinya ada dua" Rezan mengelak.
"Katanya keran airnya rusak jadi gabisa masukin air baru" jawab Fathan.
"Oke"Dan Fathan memang yang menang, Akhirnya sisa tinggal Rezan dan Randi yang menunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Randi (Sequences: High School And University)
Kurzgeschichten"... udah? segitu doang? haha, lemah!" "gila lu, kok bisa hebat banget.." Randi remaja kelas 2 SMPN 2 Aksioma yang paruh waktu bekerja sebagai pengantar barang dari desa ke desa lain. Meskipun orang tuanya kaya melintir, dia tidak ingin menghabiskan...