Keesokan harinya.
08:00Denting jam berdiri berbunyi menandakan waktunya makan pagi keluarga Randi. Chila yang sudah memasak waktu pagi telah selesai menyediakan makanan dimeja makan. Randi menyantap sarapan pagi yang diselimuti rasa kehampaan atas hilangnya seorang yang berpengaruh dalam hidupnya. Masih dalam keadaan setengah tidak percaya atas kepergian ibundanya. Randi terkadang terlihat sering melamun akhir-akhir ini.
"Ran. Ayo abisin makanannya." Ucap Teja sambil menepuk pundaknya.
"Eh, iya Ja." Ucap Randi tersadar dari lamunannya.Hari yang cerah seakan mendukung pemakaman ibunda Randi agar berlangsung secara lancar. Detik-detik pengantaran jenazah Ibu Dini akan dimulai. Hitam-hitam berbondong mengiringi peti jenazah beliau. Yang terkenal sebagai ibu yang dermawan kepada setiap orang. Tak aneh jika banyak orang yang mendo'akan dan datang diperistirahatan terakhirnya. Termasuk nenek Kiki, Kiki, dan Ranti meskipun keduanya dalam keadaan diborgol.
Randi berada dibarisan belakang peti dan diikuti oleh teman-temannya. Sedangkan barisan terakhir beberapa polisi yang menjaga tahanan mereka agar tidak kabur. Setelah 15 menit, akhirnya sampailah semuanya ke TPU Gajah, tempat dimana peristirahatan terakhir ibunda Randi. Setelah ditempatkan dimana semestinya, Randi mulai mengeluarkan butir-butir bukti kehilangan seorang ibu melalui matanya sambil menaburkan satu keranjang bunga.
"Semoga Tuhan memberkati dan memberi Rahmat atas kepergian ibu. Amen." Setelah selesai, segelintir demi segelintir orang mulai meninggalkan pemakaman ibunda Randi. Tinggal-lah teman-temannya masih menunggu Randi sambil berdo'a. Tetapi ternyata ada satu polisi yang masih menjaga mereka. Polisi yang menjaga mereka ternyata polisi yang menyuruh Rezan untuk menyuruh Randi untuk menghubunginya.
"Ran. Gw lupa kalau kemarin lu suruh menghubungi polisi yang jagain kita tu." Ucap Rezan.
"Oh.. Oke nanti kalian duluan aja ya, terima aja ya semua layatan orang-orang." Ucap Randi.
"Iya Ran." Ucap Rezan sambil mengangguk.
"Ja, lu temenin gw ya?" Ajak Randi kepada Teja.
"Iya Ran." Jawab Teja setuju.Setelah Randi berpamitan dengan ibunya, Randi pun pergi meninggalkannya dan teman-temannya bersama polisi. Guna mengungkap kasus pembunuhan ibunya.
Dari dugaan pertama sampai penyidikan berhasil dilalui Randi dengan lancar. Terdapat bukti bahwa kasus ini merupakan pembunuhan berencana yang dilakukan oleh Kiki dan Ranti. Ranti yang berhasil membuat Randi jalan dengannya agar pada saat Kiki meluncurkan aksinya, tidak ada siapa-siapa dirumah Bu Dini. Alhasil, mereka berdua divonis penjara seumur hidup.
Randi yang masih mengutuk keluarga Kiki atas insiden kematian ibunya, merasa tidak sudi jika harus melihat mereka hidup berdampingan dengan Randi. Randi pun berencana bahwa besok akan langsung ke kostan dan tidak akan kembali lagi ke rumahnya selama ia belum wisuda. Randi sempat berpikir rumahnya akan disewakan untuk menunjang biaya kuliah dia. Dan beruntungnya ada salah satu bos pabrik yang menyewa rumahnya untuk dijadikan rumah produksi perusahaannya.
Setelah itu, banyak orang yang datang melayat atas kepergian ibunda Randi. Mulai dari kalangan tetangga-tetangga sampai teman-teman se-perkuliahan berikut beberapa dosennya. Satu demi persatu Randi terima segala bentuk afeksi terhadap dirinya atas kepergian ibunya.
Hari demi hari Randi lewati dengan rasa kehilangan yang sedikit demi sedikit menghilang. Sampai pada akhirnya Randi lulus kuliah, berbahagia bersama teman-temannya.
"Chil, Zan, Than, Ja.. Makasih banyak udah nemenin gw dari nol sampe saat ini. Jangan pernah berubah jadi orang asing ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Randi (Sequences: High School And University)
Historia Corta"... udah? segitu doang? haha, lemah!" "gila lu, kok bisa hebat banget.." Randi remaja kelas 2 SMPN 2 Aksioma yang paruh waktu bekerja sebagai pengantar barang dari desa ke desa lain. Meskipun orang tuanya kaya melintir, dia tidak ingin menghabiskan...