Hangout (Part 2)

0 0 0
                                    

Tiba-tiba, terdengar suara pagar yang seperti ada yang membukanya didepan rumah Randi.
*Srett..*
"Bu? Denger gak?" Tanya Randi terkejut dan penuh rasa penasaran.
"Iya, coba kita cek, Ran" Ajak ibu Dini dengan tatapan penasaran juga.

Mereka berdua pun pergi menuju sumber suara yang mereka dengar. Tetapi setelah dilihat dari jendela.
"Engga ada apa-apa kok bu."
"Tapi kita denger ada suara kan?"
"Iya.. Coba Randi cek ke depan ya bu."
"Oke ibu tunggu disini liatin kamu dari jendela."
"Oke sebentar."

Randi pun berjalan ke depan rumahnya menuju pagar dengan langkah yang menerka-nerka dan sigap jika terjadi sesuatu.
"Bu. Cuma ada surat nih." Randi memberitahukan ibunya bahwa hanya sebuah surat yang diletakkan didekat pagar rumahnya sambil menoleh kanan-kiri berharap terlihat yang menaruh surat itu, namun nihil karena tidak terlihat siapapun disekitar pandangannya.
"Oh.. Yasudah, cepat masuk Ran."
"Oke bu."

Randi berjalan kembali masuk rumah untuk memberikan suratnya kepada ibunya.
"Ini bu. Kotor banget kayak udah jatoh dari tanah yang berdebu."
"Hmm.. Sebentar ibu baca dahulu."
Surat itu berisi:

Kabeungharan moal dibawa ka akherat.

Dan terlihat setetes darah yang membekas di pojok kanan bawah surat seperti menandakan bahwa itu tanda tangan yang menulis suratnya.

"Hmm.." Ibu Dini merasa heran dan penasaran tentang siapa dan apa tujuan suratnya dikirimkan kepadanya.
"Kenapa bu? Coba Randi baca."
"Eh.. Engga papa. Mungkin cuma orang iseng. Ibu simpan saja ya, tidak usah dibaca."
"Bu.. Nggak boleh begitu, takutnya memang penting isinya."
"Udah engga usah dipikirin. Engga penting juga isinya."
"Hmm.. Yaudah, hayu lanjut makan lagi bu."
"Kamu laper banget kayaknya. Hayu!"
"Iya nih hehe.. Padahal Randi udah makan mie sama Teja di kostan sebelum kesini."
"Mie aja kamu. Sudah habis belum yang satu kardus?"
"Belum bu. Randi makan yang Teja dulu mie-nya wkwk.."
"Kasian Teja.."
"Ahahaha.. Iya bu."

Mereka pun melanjutkan makan dan setelah itu mulai bercakap-cakap seputar kehidupan dan perkuliahan dahulu dan sekarang. Hingga pada akhirnya Randi harus kembali ke kostan karena memiliki janji dengan Ranti.

"Ran.. Barang-barangnya sudah diperiksa kembali?"
"Iya sudah bu. Randi pamit yah, soalnya Randi ada janji sama temen."
"Iya tidak apa-apa. Jangan sering pulang jika tidak ada hal yang amat penting. Bensin sekarang naik dan ibu takut kamu kecapean."
"Iya bu. Randi mungkin homesick hehe.. Tapi semoga engga ya bu lain kali. Nanti Randi kabarin kalau sudah sampe kostan."
"Baik.. Jadi anak baik ya, Ran. Bikin ibumu bangga."

Randi pun berangkat kembali ke kostan. Namun, ternyata ia sudah mengambil surat yang ditemukannya pada saat siang tadi. Bu Dini yang sudah mulai pikun itu tidak sadar bahwa suratnya diletakkan ditepat meja dapur. Randi yang waktu itu setelah makan ingin buang air kecil mengambil surat itu. Lalu surat itu Randi baca ditengah perjalanan kembali ke kostan.
"Hmm.. 'Kekayaan tidak akan dibawa ke akhirat'? Kira-kira siapa ya yang menulis surat ini. Horror juga karena ada darah disuratnya." Randi curiga dan khawatir ibunya kenapa-napa.
"Engga lah, engga mungkin. Ibu baik ke semua orang. Ya Tuhan, semoga ibuku selalu dilindungi dan diberkati. Amen.."
Tiba-tiba Randi lengah membawa mobil hampir terperosok ke pinggir pembatas jalan.
"Astaga." Ucap Randi terkejut dengan berkeringat.
"Pertanda apa ini.." Pikiran Randi pun mulai kemana-mana.
Untungnya jalanan sepi dan tidak ada mobil yang melewatinya sehingga tidak menyebabkan kecelakaan. Namun tiba-tiba...
*Kringg.. Kringgg...* Terdengar suara ringtone handphone Randi berdering dan menampilkan halaman panggilan dari Ranti. Randi pun langsung menjawab teleponnya.
"Halo Ran?" Ucap Ranti memastikan bahwa Randi dapat menepati janjinya.
"Iya ada apa Ran?"
"Jangan lupa ya, aku nunggu di kostan."
"Iya Ran, sebentar lagi sampai, udah siap-siap?"
"Udah, aku tinggal nunggu kamu jemput."
"Ohh oke, sebentar yah."
"Iya, hati-hati jangan ngebut."
"Iya Ran."
"Oke bai."
"Bye.."

Randi berusaha untuk meluruskan kembali mobilnya menuju jalanan. Lalu Randi melanjutkan perjalanannya menuju kostan Ranti.
Sekitar 10 menit, tibalah kedatangan Randi ke kostan Ranti.
"Maaf yah, tadi gw hampir kecelakaan."
"Sumpah? Dimana anjir?"
"Dijalan lah, masa di gorong-gorong."
"Sialan. Udah gw mau naek nih, didalem mobil aja lanjut ngobrolnya."
"Yaelah naek tinggal naek."
"Hehe iye deh."

Wanita kelahiran Jakarta itu tidak menyangka bahwa malam hari itu ia akan ditembak oleh Randi yang mana Randi dengan Ranti memang sudah friendzone-ship sejak SMA. Namun karena Randi memilih fokus kepada sekolahnya, jadi ia belum memikirkan akan jadian dengan Ranti.
"Kita mau kemana, Ran?" Tanya Ranti kepada Randi.
"Ke Jembatan Cinta Cigondewah."
"Mau ngapain kesana?"
"Hmm.. Liat aja nanti."
"Hadehh, oke deh."

Sesampainya disana...
"Ran? Lu engga bakal bunuh gw kan?" Tanya Ranti curiga karena Randi tiba-tiba menepi di Jembatan Cinta Cigondewah secara misterius.
"..." Randi diam-diam mengambil sebuah satu tangkai bunga yang sudah dibeli sebelum
"Ran??" Sekali lagi Ranti menanyakan apa yang sebenarnya yang akan Randi lakukan.
"Mau engga jadi pacar aku?" Ucap Randi dengan nada lembut sambil memberikan bunga itu kepada Ranti.
"Apaan sih Ran? Becanda lu?" Rasa terkejut Ranti campur aduk dengan kelakuan Ranti yang menandakan bahwa ia salting karena Randi membuat ia melting.
"Engga, Ran. Ini alesan gw ngajak lu ke Jembatan Cinta ini."
"Hmm.. Gimana yah? Terima jangan?"
"Terima dong? Aku sebenernya udah lama nyimpen perasaan ini. Cuma gara-gara kamu sekarang deket sama Teja jadi aku ngerasa bahwa kamu sama Teja uda-"
Dengan tiba-tiba, Ranti meraih bibir Randi dan mulai menciumnya agar dia berhenti berbicara.
"Iya, gw terima. Jangan ngomong aku ya sekarang, kayak biasa aja." Ucap Ranti.
"Ehm.. Oke-"

Tiba-tiba salah satu seorang petani melewati mobil mereka dan mengetuk kaca mobil Randi.
*Tok tok tok tok..* (Bukan bakso ya)
"Eh." Ucap Ranti terkejut dan langsung melihat kaca mobil yang petani itu ketuk.
Petani itu tidak sengaja pas sekali melihat mereka sedang bermesraan didalam mobil. Randi pun menyudahi kegiatan itu dan menurunkan kaca mobilnya.
"Iya pak?" Tanya Randi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Istighfar, ini tempat anker." Ucap Petani sambil menatap misterius.
"Masa sih pak? Barusan siang saya lihat banyak pasangan berciuman disini?" Tanya Randi menjelaskan bahwa tadi siang ia melihat banyak pasangan berdiri dan melakukan kissing Jembatan Cinta itu.
"Halusinasi. Kamu kira ini negara barat yang bisa kissing dimana saja?"
"Tapi pak saya Nonis-"
"Bertaubatlah dijalan agamamu. Saya ingatkan ini tempat anker. Cari tempat lain jika ingin melanjutkannya sebelum kalian dihampiri malapetaka."
"B-b-baik pak, maafkan saya dan pacar saya." Ucap Randi gugup dan merasa takut akan hal buruk yang akan terjadi padanya.
Petani itu langsung berjalan meninggalkan mereka berdua didalam mobil.
"Kita langsung pergi aja ya, jangan disini."
"Lagian malah diajak kesini. Udah hayu pindah."
"Oke."

Mereka berdua pun meninggalkan Jembatan Cinta Cigondewah itu lalu menuju El Hotel Royale. Keduanya bercumbu mesra layaknya suami istri dihotel tersebut dan setelah itu Randi memutuskan untuk menginap dihotel itu selama satu malam. Malam itu malam yang begitu indah bagi mereka.

Randi (Sequences: High School And University)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang