Recom(M)ence

771 47 19
                                    

Bulan ini kembali diawali dengan gerimis. Bau tanah basah karena diguyur hujan seharian menyusup ke indra penciumannya.

Dia, Myoi Mina.

Gadis yang sedari pagi duduk di bangku panjang dekat bahu jalan itu sedang menunduk. Menatap dalam-dalam selembar kertas yang menggelisahkan hatinya. Dari semua kenyataan yang telah ia terima selama ini, mungkin ini adalah yang terberat. Kepada siapa ia harus mengadu? Orang terdekatnya saat ini adalah sang ibu. Namun, jika ibunya tahu akan hal ini, maka penderitaannya akan jauh lebih menyakitkan. Sana? Yah memang perempuan itu bisa dibilang sahabatnya. Susah senang mereka lalui bersama, tapi saat ini Mina merasa Sana bukanlah solusi dari masalahnya.

Mina meremas kertas di tangannya. Hembusan napas kasar keluar. Dan jalan satu-satunya ialah menemui siapa ayah dari anak yang sedang dikandungnya.

--

Dengan berat hati Mina mengetuk pintu kamar itu. Apa dia di sana? Dan kalo dia ada, aku harus bagaimana?

Tepat pada ketukan terakhir, sebelum Mina memutuskan untuk pulang. Pintu terbuka lebar. Sosok yang pernah dan masih ada di dalam hatinya muncul. Masih sama, dengan rambut sedikit berantakan karena bangun tidur dan birunya kian memudar.

Mina menyadari tatapan bingung dari orang di depannya. Ia menunduk, kemudian menyampaikan tujuannya, "aku, butuh ngobrol sama kamu"

Tanpa banyak bertanya, Mina tahu bahwa ia tidak mendapat penolakan. Ia menunggu sebentar di depan pintu, lalu mereka berdua pergi ke sebuah kafe atas usul Mina dengan harapan obrolan mereka akan lebih santai.

Cheesecake dan es macchiato sudah tersedia, sedangkan Mina hanya memesan es americano, dan hampir kembung rasanya perut Mina, tapi belum juga ia membuka suara. Sementara orang di depannya duduk dengan santai bersama piring yang kini hampir kosong di hadapannya.

"Chaeng.." Mina menelan ludahnya, hingga yang dipanggil menoleh ke arahnya.

"aku, aku gatau harus gimana" Mina membuka dengan nada yang tak sengaja tinggi saking gugupnya.

Chaeyoung sadar kegelisahan Mina. Ia dengan santai melempar senyum, "ya santai min, aku juga gatau kamu harus gimana"

Yang sedang gelisah kini menatap tajam mantan kekasihnya. Ia merasa lelucon yang dilempar Chaeyoung tidak lucu sama sekali, "aku hamil"

Benar. Chaeyoung hampir menumpahkan minumnya. Mulutnya terbuka dan helaan napas keluar, "eng- itu serius?", tangan diulur, tak tahu harus berkata apa, Mina hanya menyerahkan kertas lusuh tadi pada Chaeyoung.

Mina semakin gelisah karena Chaeyoung tidak menunjukan reaksi apa-apa, wajah datar yang sulit dibaca.

"ya.. aku si" kertas diletakan di atas meja, "terserah kamu aja.. mau itu anak aku atau bukan aku bakal tetep bantu"

Mendengar itu, Mina meradang. Wajahnya memerah. Amarahnya meluap seketika, "gila kamu ya?! kamu pikir itu bukan anak kamu?!" Susah payah Mina menahan suaranya, kemudian melempar pandangannya ke arah lain.

"Mina.." tampak berat serta banyak keraguan, Chaeyoung menarik lagi kalimat yang belum sempat ia lontarkan.

Siapa yang mau menjelaskan ke siapa? Mereka sama-sama egois. Chaeyoung mengira untuk apa bertanya jika Mina pernah berhubungan dengan orang lain, sedangkan Mina, untuk apa ia menjelaskan siapa anak yang dikandungnya jika pelakunya jelas di depan mata.

"kamu balikan sama aku mau nggak?"

Kaget? Iya, meski tanggung jawab Chaeyoung yang Mina harapkan, tapi yang baru saja membuatnya terkejut.

Chaeyoung mulai serius. Ia mencodongkan tubuhnya ke depan. Kedua siku bertumpu di atas meja, "sebut aja aku bajingan Mina karena aku mempertanyakan anak itu.. tapi kamu tau kan dulu aku marah karena apa?"

Let It Dark (michaeng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang