Asahi terbagun merasakan perih di area bawahnya juga badannya yang terasa remuk.
Sudah biasa. Hampir setiap malam pria disebelah nya yang masih terlelap itu menyetubuhi dirinya. Tidak jarang Asahi kewalahan saat mengimbangi kebrutalan Haruto.
Melepaskan tangan Haruto yang melingkar di perutnya secara perlahan agar lelaki itu tak bangun, Asahi bangkit memungut pakaian yang berserakan di lantai. Dirinya harus cepat membersihkan diri sebelum menyiapkan sarapan juga bekal untuk kedua adiknya.
Asahi melihat dirinya sendiri di balik cermin, "Shh...," dirinya merintih ketika menyentuh goresan di lehernya. Guyuran air juga menimbulkan rasa perih di area kepala, mengusapnya secara pelan berharap perih di kulit kepalanya sedikit berkurang. Jambakan yang Haruto berikan tak pernah main-main. Dirinya masuk ke bath up dengan air hangat untuk merilekskan tubuhnya yang kaku.
Sepertinya Asahi sudah terbiasa dengan rasa sakit yang Haruto berikan. Yang masih dia bingung kan, apakah keputusan dia ikut bersama dengan Haruto adalah hal yang tepat.
"Haruto, kau mau kemana?" Asahi melihat satu-satunya teman yang ia punya mengemasi barang secara terburu.
"Shhtt..., pelankan suara mu."
"Mau kemana, Haru?" Ulang Asahi dengan nada lebih rendah.
"Ibu panti pasti akan membawa ku ke rumah sakit jiwa. Aku harus keluar dari sini sebelum itu terjadi."
"Junkyu brengsek! Aku tidak mau lagi bersetubuh dengan seorang pengadu." Gerutu Haruto disela ia mengemasi beberapa barang.
Aksinya berjalan lancar selama beberapa tahun belakangan sebelum salah satu korban lain yang ia lecehkan mengadu ke pihak panti. Tahu begitu, lelaki berumur 17 tahun itu cukup menyetubuhi Asahi saja setiap malam. Ia yakin lelaki lugu itu tidak akan mengadu kepada siapapun.
Asahi, lelaki manis yang tak banyak bicara. Entah sebab apa dirinya dijauhi oleh seluruh penghuni panti. Haruto satu-satunya orang yang bersedia menjadi teman Asahi juga berbagi kamar. Dan, setiap malam aksinya ia mulai.
Dirinya tidak mempunyai ketertarikan dengan wanita. Entah sejak kapan perilaku menyimpang nya itu dimulai, namun Haruto ingat kali pertama ia bersetubuh dengan Asahi. Tangisan lelaki manisnya saat petama kali dimasuki benar-benar tidak pernah lepas dari ingatannya.
"Ingin ikut denganku?"
"Apakah harus?"
Gerakannya terhenti. Menoleh ke sumber suara, Haruto mendekat.
"Kau tidak ingin?""Di-disini rumahku, Haru."
"Apa yang kau sebut rumah? Dimana kau yang tidak diterima oleh semua penghuninya? Dimana tidak ada yang peduli tentang dirimu kecuali aku?" Tangannya membelai pipi Asahi, turun kedagu lalu mendongak kan kepalanya yang tertunduk mendengar ucapan Haruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tart | Harusahi🔞
FanfictionWARNING ❗❗❗ BxB 21+ Violence, Sexual Harassment, Adult Content (Mature) "Apa yang kau sebut rumah? Dimana kau yang tidak diterima oleh semua penghuninya? Dimana tidak ada yang peduli tentang dirimu kecuali aku?" Tangan Haruto membelai pipi Asahi, tu...