Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Natasya kini berada tepat di depan mading, mencari namanya di deretan daftar kelas 12.
Perempuan itu tidak sendiri, Ia berdesak-desakkan dengan siswa lain yang juga mencari namanya.
"Di mana, sih, kelas gue," gerutu Natasya. Ia sudah lelah mencari namanya namun tidak kunjung terlihat.
Natasya menyerah, lebih baik ia menunggu sampai keadaan sepi daripada berdesakan dengan siswa yang lain.
Perempuan itu memiliki riwayat darah rendah. Jika terlalu lama berdiri, pasti rasa pusing akan datang dan bisa sampai pingsan.
Berkali-kali Natasya melirik jam yang melingkar di tangannya sambil menggerutu. "Audi mana, sih! Ke kantin tapi lama banget."
"Natasya!"
Seorang laki-laki yang tingginya lebih dari Natasya berjalan mendekat ke arahnya dengan membawa 1 botol air mineral.
"Lo udah dapet kelas?" tanya Nando.
Natasya menggeleng lesu. "Belum, gue pusing nyari nama nggak ketemu. Nunggu sepi aja," ujarnya.
"Mau gue cariin nggak?" tawar Nando.
Tanpa menunggu persetujuan Natasya, Nando beranjak dari duduk kemudian berjalan menuju mading. Laki-laki itu mulai mencari nama Natasya di sana.
Natasya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia sedikit bingung dengan perilaku Nando kepadanya.
Tidak berselang lama, Nando kembali dan memberi tahu di mana kelas Natasya. "Lo di kelas IPS 2 bareng sama Audi," ujar Nando.
Natasya mengangguk dan tersenyum. "Makasih, ya, Nan. Jadi ngerepotin," ujar Natasya tidak enak hati. "Bye the way, lo di kelas mana?" tanyanya.
"Gue di IPA 1, bareng sama Ricko," jawab Nando.
"Gila! Dari kelas 10 sampe sekarang betah banget di kelas unggulan," ujar Natasya sambil bertepuk tangan.
Nando terkekeh pelan kemudian mengacak rambut Natasya. "Biasa aja. Gue duluan, ya, udah ditungguin sama Ricko," pamit Nando.
"Makasih banyak, ya, Nan," ujar Natasya sambil tersenyum.
Nando mengangguk. "Sama-sama."
Laki-laki itu berjalan menjauhi Natasya yang masih diam di tempat. Ia mengedarkan pandangannya, melihat siapa saja yang sedari tadi memperhatikan kegiatannya dengan Nando.
"Untung aja nggak ada yang liat." Natasya menghembuskan napasnya lega.
Perempuan dengan tas berwarna toska beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kelas yang ditunjukkan oleh Nando, IPS 2.
Persetan dengan Audi yang entah ke mana, Natasya lebih memilih untuk ke kelas karena ingin mendapatkan bangku di belakang.
Di mading, masih banyak siswa yang mencari nama mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Natasya
Jugendliteratur-Proses Revisi- "Sebenarnya, hubungan lo sama Arga gimana, sih?" "Sebatas mantan." "Tapi, gue sering liat Arga ke rumah lo, begitu pun sebaliknya. Gue juga sering liat lo ke rumah Arga." ***