Choi Jongho

1K 68 2
                                    

I feel so unconfident should I just go back

I say I'll confess for sure

But it's pointless with no actions in the end

Can't keep my head up in front of you

Jongho menghela napas ketika menggenggam buket mawar di tangannya. Ini adalah hari dimana ia akan menyatakan perasaannya pada Yeosang. Ia tergila-gila pada yang lebih tua yang kebetulan juga pemuda paling populer di sekolah. Jongho takut karena yah, itu adalah Yeosang, anak laki-laki paling populer di sekolah. Penari terbaik di sekolah. Ramah, berteman dengan mudah sementara Jongho, adalah anak pendiam, pendiam yang hanya suka membaca. Semua orang menyukai Yeosang. Setiap gadis menginginkannya. Jongho akan menyaksikan gadis-gadis berjalan ke arah Yeosang, dan menggodanya. Ia akan melihat Yeosang tersenyum, dan berbuat ramah dengan para gadis. Hanya melihatnya dengan gadis-gadis itu, membuat Jongho semakin tidak percaya diri.

Ia akan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa tidak mungkin ia akan memiliki kesempatan dengan Yeosang. Maksudnya, Yeosang pintar, baik hati. Sementara itu, ia hanya Jongho. Jongho akan mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia hanya naksir, dan perasaan itu akan hilang, tapi ternyata tidak. Setiap hari, perasaannya akan semakin kuat. Dan saat itulah Jongho menyadari hal itu, bahwa ia lebih dari sekadar naksir. Ia sedang jatuh cinta.

Setiap kali Yeosang mendekatinya, Jongho akan menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menatap Yeosang. Setiap kali memandangnya, ia akan gugup, pipinya akan berubah merah padam, dan otaknya akan mati. Ia hampir tidak bisa berkata-kata setiap kali Yeosang berbicara dengannya. Ia akan mencoba beberapa kali untuk mengungkapkan perasaannya pada Yeosang, tapi setiap kali mencoba, ia hanya akan gagap, dan kemudian tidak ada kata-kata yang keluar.

I'm in love with you, why are these words so hard

I keep hesitating to say over and over again

Why is it so hard just to write a simple letter

I keep writing and tearing it over and over again

You may not feel the same as I do

I may never see you again, that's what I'm afraid of

Don't have the courage to tell you

"Apa kau siap, Jongho?" Tanya Mingi, salah satu teman Jongho.

"Aku... entahlah," ujar Jongho.

"Ada apa?" Tanya Mingi lagi.

"Aku takut. Aku takut ia tidak memiliki perasaan yang sama, dan aku hanya akan terlihat bodoh di depannya."

"Jongho."

"Bukan hanya itu Mingi. Aku selalu berlatih untuk mengatakan tiga kata itu berulang-ulang di kepalaku, namun aku masih tidak bisa mengatakan kata-kata itu padanya. Bagaimana jika... ia menghakimiku karena aku gay?" Tanya Jongho.

"Jongho, menurutku Yeosang tidak akan pernah menghakimimu. Ini tahun 2019, dan orang-orang bisa lebih menerima."

Jongho hanya mengangguk ketika melihat buket mawar yang ada di tangannya.

"Jadi, apa yang kau lakukan untuk membuatnya datang dan menemuimu di gym ini?" Tanya Mingi.

"Aku hanya menulis surat padanya, untuk menemuiku di gym ini karena ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Butuh waktu lama untuk menulis surat itu. Aku selalu memikirkan apa yang akan kutulis, tapi biasanya hanya akan merobeknya terus-menerus."

Mingi terkekeh ketika San, teman Jongho yang lainnya, berlari menghampiri mereka dengan senyum di wajahnya, memamerkan lesung pipit kecilnya yang lucu.

"Ia datang. Yeosang datang. Ia selesai latihan menari dan sekarang menuju kemari."

Mingi menoleh pada Jongho.

"Kau siap?"

Jongho menarik napas dalam-dalam sebelum berkata,

"Ya. Ya. Aku siap."

San tersenyum dan Mingi meremas tangan Jongho, meyakinkan sebelum mereka berdua berjalan keluar, tepat saat Yeosang membuka pintu.

My heart beats like a DRUM

Ketika melihat pintu terbuka, dan Yeosang berjalan di gym, Jongho merasakan jantungnya berdentum beberapa kali seperti genderang.

"Jongho? Kau yang ingin aku datang ke gym?" Tanya Yeosang.

"Uh... um... yeah..." Jongho tergagap sebelum mengulurkan buket mawar pada Yeosang.

Yeosang menatap buket mawar itu, terkejut.

"Apa ini untukku?" Tanya Yeosang.

"Y-ya..." ujar Jongho, saat ia merasakan pipinya memanas.

Pipi Yeosang berubah merona saat ia mengambil buket mawar dari Jongho.

"Terima kasih Jongho."

"S-sama-sama, Yeosang. Tapi, itu bukan alasan kenapa aku ingin kau datang ke sini," ujar Jongho.

Yeosang menatapnya.

"A-ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu, dan kuharap kau tidak membenciku atau menghakimiku atas apa yang akan kukatakan padamu."

"Jongho, aku tidak akan pernah menghakimimu atau membencimu."

"Oke... yah... kau lihat... um... um..." Jongho berusaha untuk mengatakannya.

"Maafkan aku... aku hanya gugup terutama, ketika aku berada di dekatmu," ujar Jongho.

"Di dekatku?"

"Ya... dan itu karena... aku... aku... aku... aku menyukaimu. Sangat. Yah... tidak suka..."

Yeosang hanya menatapnya dengan bingung, sementara Jongho menghela napas.

"Apa yang ingin kukatakan adalah, aku mencintaimu Yeosang. Aku telah jatuh cinta padamu dalam waktu yang lama, aku hanya tidak punya keberanian untuk memberitahumu, dan juga karena aku merasa aku tidak punya kesempatan denganmu. Maksudku, kau populer, penari hebat, dan aku hanya aku. Hanya Jongho. Sementara gadis-gadis itu cantik dan sepertinya menginginkanmu," ujar Jongho ketika menunduk, dibuat malu dengan pengakuannya.

"Jongho..."

Jongho menolak untuk menatap Yeosang, sudah tahu apa yang akan ia katakan.

"Tidak, aku mengerti... Kau tidak merasakan hal yang sama."

"Jongho."

Tak lama, Jongho merasakan jemari menyentuh dagunya, membuatnya menatap Yeosang. Yeosang bergerak mendekat padanya. Begitu dekat dengannya sehingga bibir mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Yeosang kemudian menutup jarak di antara mereka berdua. Jongho membeku ketika ia merasakan bibir Yeosang di bibirnya, tapi segera membalas ciuman. Yeosang melepas ciuman, tersenyum pada Jongho.

"Aku juga mencintaimu Jongho."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HEATHER 🌾 bottom!Yeosang [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang