Yeosang menghela napas saat duduk di tempat tidurnya dan San sambil meletakkan tangan di bawah perutnya yang besar. Pasalnya, Yeosang saat ini tengah hamil sembilan bulan. Kedua pemuda itu sangat bersemangat karena bayinya akan segera lahir. Tentu, Yeosang senang ia dan San membangun sebuah keluarga bersama, tapi ada satu hal yang terus-menerus terlintas dalam pikirannya.
Ia tidak tahu apakah itu karena hormonnya yang membuatnya emosional atau apa, tapi ia selalu punya pemikiran bahwa ia tidak cukup baik untuk San dan begitu bayinya lahir, San mungkin akan meninggalkannya ketika menyadarinya. Betapa jeleknya Yeosang. Ia ketakutan. Tidak ingin San meninggalkannya dan anaknya.
Pikiran-pikiran ini muncul terus-menerus, jadi Yeosang menghindari dan semakin menjauh dari San. Jarang cuddling dengan San dan menciumnya.
San mengkhawatirkannya ketika menyadari hal ini. Ia selalu berusaha untuk membuat Yeosang terbuka dan mengatakan ada apa, tapi Yeosang selalu mengesampingkannya dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja ketika jelas ada sesuatu yang mengganggunya. Pada akhirnya, San memutuskan untuk melepaskannya dan tidak memaksa Yeosang untuk mengatakan masalahnya.
Bagaimanapun, San saat ini sedang bekerja yang mana membuatnya meninggalkan Yeosang sendirian. Sendirian dengan pikiran nonstop soal San akan meninggalkannya. Yeosang menoleh untuk melihat fotonya dan San.
Yeosang tersenyum lalu senyumnya menghilang dengan cepat.
Tentu, San terlihat bahagia dulu dan sekarang. Tapi apa yang akan terjadi saat bayinya lahir? Apa ia akan meninggalkannya? Yeosang tidak mau itu terjadi. Ia sangat takut.
Sementara itu...
San baru saja pulang lebih awal karena bosnya tahu bahwa bayinya akan segera lahir dan memutuskan untuk mengambil cuti minggu ini yang mana ia mensyukurinya. Sekarang, ia bisa menghabiskan waktu bersama Yeosang.
Ia baru saja masuk ke dalam rumah dan tidak mendapati Yeosang duduk di ruang tamu, menonton TV seperti yang biasanya dilakukannya. San mengerutkan alisnya saat meletakkan kunci di atas meja bersama dengan tas kerjanya.
"Sangie?" San berseru saat berjalan lebih jauh ke dalam rumah.
Menuju kamarnya dan begitu sampai di sana, ia melihat kekasihnya duduk di tempat tidurnya, menangis.
"Sayang, ada apa?" Tanya San sambil menghampiri Yeosang dan duduk di sampingnya.
Yeosang menggelengkan kepala, tidak ingin memberitahu San apa yang mengganggunya saat tangisan lirih keluar dari bibirnya.
"Sangie, tolong katakan ada apa. Aku benci melihatmu kesal," ujar San sambil mengelus punggung Yeosang untuk menyamankannya.
"Aku... hanya... akhir-akhir ini, aku memiliki pikiran yang berulang dan aku tidak tahu apakah itu karena hormonku, tapi aku merasa seperti aku tidak cukup baik untukmu dan nanti saat bayi kita lahir, kau akan meninggalkan kami karena aku akan menjadi sangat jelek."
"Sayang, jangan berani-berani berpikir seperti itu. Kau cukup baik untukku dan aku tidak akan pernah meninggalkan cinta dalam hidupku dan bayi kita. Juga, kau tidak jelek. Kau cantik. Selalu sangat cantik apalagi dengan keindahan ini. Baby bump-mu," jelas San lalu mengelus perut Yeosang.
"S-sungguh?"
"Tentu saja."
Yeosang terisak saat menunduk lalu menatap San. "Maaf aku tidak memberitahumu dan malah menjauhimu Sannie."
San tersenyum saat menyeka air mata Yeosang dengan ibu jarinya.
"Tidak apa-apa sayang. Ingat saja bahwa aku selalu mencintaimu," ujar San lirih lalu dengan lembut mencium Yeosang, membuatnya tersenyum dan Yeosang menciumnya balik.
"Aku mencintaimu Sannie."
San tersenyum.
"Aku juga mencintaimu Sangie, dan si kecil." San mengusap lembut bump Yeosang, membuat bayinya sedikit menendang.
Keduanya tersenyum saat merasakan tendangan kecil.
"Bisakah kita cuddling dan menonton film bersama?" Tanya Yeosang.
"Tentu saja," jawab San dan bangkit lalu membantu Yeosang berdiri.
San tetap memegangi punggung Yeosang saat membantunya berjalan menuju ruang tengah.
Kemudian membantunya duduk.
"Mau nonton apa?" Tanya San.
"Little Mermaid?" Tanya Yeosang malu-malu.
San tersenyum. "Tentu saja sayang." Ia mengeluarkan DVD dan memasukkan kasetnya lalu menekan tombol play. Kemudian duduk di samping Yeosang dan saling berpelukan. "Aku penasaran apa bayi kita akan mirip denganmu." Ia meletakkan tangannya di perut Yeosang.
"Aku ragu. Ia pasti akan mirip denganmu."
"Tidak, kamu."
"Tidak, kamu."
"Kamu."
"Kamu."
"Kamu."
K—"
San menginterupsi Yeosang dengan menciumnya, membuat Yeosang terkikik.
"Mau mirip siapapun, aku akan selalu menyayanginya," ujar San.
"Sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEATHER 🌾 bottom!Yeosang [⏯]
Fanficbottom!Yeosang / Yeosang centric Buku terjemahan ©2018, -halahala_