Bagian 5 - Pengakuan Syifa

34 6 0
                                    

"Apa tujuan kamu mendatangi rumah Senja sabtu pagi?"

"Aku kesana untuk mengantarkan oleh-oleh tas dari Paris," jawab Syifa.

Kirana menjentikan jari. "Ah, aku ingat! Senja memang sudah lama mendambakan tas seperti milikmu itu. Dia juga sempat mengunggah foto selfie dengan tas pemberianmu di story instagram nya"

Berarti bukan Syifa pelakunya. Karena Senja masih sempat berselfie menggunakan tas tersebut dan mengunggahnya. Tapi, bisa saja kan setelah Senja ber-selfie, dia dicelakai lalu handphone nya di bajak untuk diunggah di sosmed?

"Benar. Dan aku tidak menyangka tas itu menjadi hadiah terakhir dariku untuknya." Syifa menunduk.

Dari dulu dia memang tidak berubah. Selalu menyukai barang-barang yang dimiliki oleh temannya. Dia juga masih seseorang yang suka menitip.

Aku tersenyum samar ketika mengingatnya.

Vasco memecah keheningan. "Lalu, apakah ada diantara kalian yang mengomentari story instagram nya?"

"Aku mengomentari story instagram nya." Syifa menyahut.

Kirana turut menyahut. "Aku juga."

Kirana menunjukkan handphone miliknya dan tertera komentar terakhir berupa kiriman foto dari Senja yang dikirim pukul 11.35 WIB. Aku mengecek foto ketika Syifa turun dari lantai 12 dan ternyata saat itu pukul 11.00 WIB.

Berarti memang bukan Syifa pelakunya. Karena setengah jam kemudian Senja masih sempat mengirim foto selfie dengan tas barunya ke Kirana. Tapi, bisa juga kan foto selfie yang dikirim setengah jam kemudian itu sebenarnya foto yang di ambil bebarengan dengan foto yang pertama tapi baru dikirim pelaku (Syifa) setengah jam kemudian untuk membuat alibi bahwa Senja masih hidup di jam tersebut. Lagipula di zaman seperti ini mana ada seseorang yang selfie hanya sekali.

"Kalau begitu kamu tahu tidak masalah yang sedang dialami Senja saat ini? Atau seseorang yang membencinya mungkin?"

"Kalau seseorang yang membencinya, menurutku tidak ada. Karena dia pribadi yang baik. Tapi, isi hati orang siapa yang tahu?" Aku mengangguk setuju. 

"Tapi, sepertinya dia sedang bermasalah dengan Damar. Senja menuduh Damar berbohong karena pulang ke Surabaya tanpa mengabari. Dan Damar pun beralasan kalau dia memang berencana membuat surprise. Salah paham seperti itulah"

Aku mencoba menelisik lebih jauh. "Mereka memang sering bertengkar?"

Syifa terlihat berpikir. "Sebenarnya jarang sih. Karena mereka berdua sama-sama mampu menahan emosi mereka dengan baik. Tapi.."

"Tapi, apa?" Aku menyahut cepat. Tak sabar dengan kalimat Syifa selanjutnya.

"Mungkin ini masalah terberat di hubungan mereka." Syifa menarik napas panjang. "Terbukti dengan sikap Senja yang tak kunjung memaafkan Damar."

Aku menyuarakan isi pikiranku. "Dilihat dari sikap Senja yang tak kunjung memaafkan, tidak mungkin kan kalau masalah diantara mereka hanya sekedar salah paham akibat surprise?"


---<>--<>---


Jangan lupa kritik saran nya buat author yuk yukk!!


Demi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang