PROLOG

61 10 0
                                    

Berita mengenai kematian sahabatku menuntunku untuk kembali ke tanah air, Indonesia. 

Aku meninggalkan FBI (Federal Bureau of Investigation), tempatku mengabdi selama 5 tahun terakhir dengan mengambil cuti dan berjanji akan menyelesaikan kasus ini dalam kurun waktu lima hari. Sesuai dengan waktu cuti yang diberikan atasan.

Sebenarnya tidak benar-benar lima hari. 

Dalam 5 hari waktu cutiku, itu sudah termasuk perjalananku dari Amerika menuju Jakarta lalu ke Surabaya kemudian naik angkutan darat ke kotaku. 

Jadi, lebih tepatnya aku hanya memiliki waktu kurang lebih 3 hari di Indonesia. Waktu cuti yang sangat singkat bagi pekerja tapi tidak jika mereka bekerja di FBI.

Keterangan yang tertera dalam koran harian yang kubaca tadi pagi benar-benar membuatku muak. 

Bagaimana mungkin di dalam koran disebutkan bahwa almarhumah meninggal bunuh diri?

Aku sangat mengenal sahabatku, dia adalah seorang yang sangat tegar dan kuat. 

Dari kecil, dia tak pernah mengeluh atas apapun yang dialaminya seberapapun berat beban yang dipikul. Dia selalu meyakini bahwa dibalik semua kejadian tak mengenakkan pasti ada hikmah dibaliknya.

Dia pernah berkata padaku, "Jika kita mau melihat sisi positif atas suatu masalah, sekecil apapun itu, pasti kita akan sangat berterima kasih kepada Tuhan atas kasih sayang-Nya yang sangat luar biasa kepada setiap hamba-Nya. Kita semua mengeluh karena selalu melihat masalah dari sisi negatifnya saja." 

Dia juga menambahkan, "Setiap masalah memiliki masa. Cepat atau lambat semua akan berlalu. Tidak akan pernah ada masalah yang abadi.

Kalimat almarhumah yang masih terngiang di pikiranku hingga detik ini.

Yang lebih penting, dia adalah seorang yang agamis. Bunuh diri merupakan dosa besar dalam agama yang kami anut sejak lahir. 

Jangankan bunuh diri, untuk sekedar melewatkan mengerjakan ibadah wajib 5 waktu pun, aku yakin tak pernah terbesit sedikitpun dalam pemikirannya.

Keanehan yang lain adalah kabar bahwa dia sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya. Sudah sangat jelas bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk bunuh diri. Pasti ada yang tidak beres!

Aku percaya bahwa yang kupikirkan adalah benar. 

Meskipun sudah bekerja di FBI selama 5 tahun, tapi aku selalu menyempatkan untuk bertemu dengannya ketika mendapat cuti pulang. 

Terakhir bertemu dengannya adalah 1 tahun lalu, dan dia masih seperti seseorang yang ku kenal dulu. Yang berubah darinya hanyalah wajah yang semakin menampakkan kedewasaan dan ukuran rambut yang lebih panjang.

Akan ku buktikan bahwa ini bukan hanya sekedar 'praduga'



---<>--<>---



Monggo kritik dan sarannya. Tapi sampaikan dengan bahasa yang baik dan sopan ya, soalnya authornya cewek jadi baperan wkwk

Demi SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang