4- Awal Baru

2K 176 0
                                    


Cinta tak harus memiliki, cukup dengan melihat yang kucintai bahagia, rasa cintaku seakan-akan terbalas walaupun bukanlah diriku yang membuatnya bahagia"

Saufatulila




"""***"""



Pagi ini aku, Adi, Hilman dan yang lain sudah siap berangkat ke sekolah. Benar-benar kami dibuat gugup dengan Akhi Ibnu. Beliau benar-benar membuat kami harus tepat waktu.

Di depan kami sudah terpajang nama di gerbang dengan gagahnya Madrasah Aliyah Al-Hikmah.

Kami memasuki sekolah itu, dan banyak sekali orang yang bersekolah di MA ini. Biarpun sekolah ini bukanlah negeri. Tapi sekolah ini juga tak kalah dengan yang negeri.

Kami hanya bisa berdiri di tengah-tengah lapangan. Kami bingung harus kemana.

"Kita gimana?" Tanya Hilman yang masih menatap ke arah depan

"Ana tidak tahu" ucap Adi

Tiba-tiba dua orang laki-laki berjas hitam menghampiri kami.

"Siswa baru silahkan kalian masuk ke aula, kalian jalan lurus dari sini nanti ada panitia yang akan mengarahkan jalan untuk kalian, fahimtum?" Ucapnya

"Fahimna"

Kami langsung berjalan ke arah yang disampaikan panitia itu.

Dan aula di sini begitu besar

"Sekolah ana dulu aulanya tidak sebesar ini" ucap Hilman

"Ana juga" ucapku dan Adi bersamaan

"Ayo kita duduk" ucap Rizki

Kami langsung di tempat yang kosong. Dan yang kosong hanya bagian belakang. Nasib memang. Tapi ini memang kesalahan kami karena tidak cepat masuk sekolah.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh" ucap seorang pembawa acara laki-laki

"Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh" jawab kami semua

Suara kami begitu besar karna di sini seperti lautan manusia. Banyak sekali. Aku tidak sanggup untuk menghitungnya.

"Selamat datang di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Modern Al-Hikmah, kami sangat senang dengan kehadiran kalian. Sebelumnya kita berkenalan terlebih dahulu seperti pepatah tak kenal maka tak......."

"Sayang" ucap kami kompak

"Oke, perkenalkan saya Fuad Al-Hasyim, saya kelas 12, saya di sini sebagai pembawa acara, nanti kita akan adakan game, siapa yang kalah diantara kalian, kalian wajib memperkenalkan diri, dan kami persilahkan kepada Buya Liham syubbanul Yaum selaku pengasuh pesa untuk membuka acara FORTASI atau Forum Ta'aruf Siswa"

Buya Liham, yah beliau adalah kyaiku. Dari wajahnya sudah jelas beliau orang yang berkharisma, bijaksana dan yang pasti berilmu.

Beliau berdiri di atas mimbar yang disediakan panitia.

"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh"

"Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarokatuh" jawab kami

"Santri putra dan santri putri ku, ilmu agama adalah ilmu bekal untuk ke akhirat, dan ilmu pengetahuan umum bekal kita untuk di dunia ini, dan di sini kalian bukan hanya mempelajari ilmu agama saja, di sini kalian juga akan mempelajari ilmu pengetahuan umum dan teknologi, gunakanlah fasilitas di pesantren ini, fasilitas itu untuk kalian"

Tepuk tangan begitu kerasa mengelilingi setiap sudut aula.

"Maka dengan itu, saya buka acara Fortasi atau Forum Ta'aruf Siswa tahun ini dengan basamalah

"Bismillahirohmanirahim"

Buya memukulkan ke arah gong. Dan bersuara.

Hiruk pikuk dengan pembukanan acara ini.







"""***"""



Suasana di Pesantren Darusalam 2 terasa berbeda, karena putra mahkota sudah tidak di pesantren ini lagi. Semua merasa kehilangan. Terlebih Zahwa yang sebagai Uminya, seorang yang melahirkannya. Dia begitu merindukan putranya itu.

"Umi, sudah jangan sedih" ucap Alyas

"Abi, gimana keadaan Ghifari, Umi sangat merindukannya"

"Insya Allah Ghifari baik-baik saja" ucap Alyas sambil membelai kepala Zahwa yang tertutup jilbab

Pasangan suami istri itu saling berpelukan. Biarpun mereka sudah tidak dikatakan muda lagi, tapi rasa cinta mereka tetap membara seperti layaknya cinta anak muda.

Di sisi lain, Indah sahabat kecil Ghifari, dia berharap Ghifari sudah membuka kado darinya. Di sangat merindukan Ghifari.

"Hei... ngelamun aja" ucap Lila sahabat Indah

"Ih... kamu ngagetin aja sih" ucap Indah

Lila duduk di samping Indah, dia menatap pandangan ke depan.

"Pasti kamu lagi rindu sama Gus Ghifari yah kan?" Tanya Lila

"Ye... tau dari mana kamu"

"Yaelah... semua yang ada di pesantren ini itu sudah tau kalau kamu dan Gus Ghifari saling mencintai, beruntung yah jadi kamu" ucap Lila

Sedangkan Indah masih terdiam. Dia memikirkan ucapan Lila. Apa benar Ghifari mencintainya? Tapi kenapa Ghifari tidak pernah mengungkapkan perasaannya? Bahkan dia terang-terangan menganggapku sahabat.

"Kamu salah, Gus Ghifari hanya menganggapku sahabat saja" ucap Indah sedih

Lila menatap wajah Indah. Sudah jelas Indah begitu mencintai Ghifari. Ada rasa kesedihan diwajahnya bahwa Ghifari tidak pernah memberikannya harapan.

"Indah, kamu sepertinya belum mengenal Gus Ghifari dengan baik"

Indah mengerutkan keningnya

"Aku begitu mengenalnya, kami sahabat semenjak kecil" ucap Indah

"Oh yah? Jika kamu benar mengenal Gus Ghifari kenapa kamu sedih karna Gus Ghifari belum memberikanmu kepastian"

"Yah karna Gus Ghifari tidak mengatakan kalau dia mencintaiku" ucapnya lirih

Lila menghela nafas

"Gus Ghifari itu berfikir dia masih remaja, masa depannya masih panjang, dia ingin mengejar cita-citanya terlebih dulu, dia mungkin mempunyai rasa sepertimu hanya saja Gus Ghifari hanya memendamnya, mungkin suatu saat nanti Gus Ghifari akan mengungkapkan rasa cintanya padamu" ucap Lila panjang

Indah terpaku dengan ucapan Lila. Benar apa yang dikatakan Lila.

"Syukron Lila" ucap Indah sambil memeluk tubuh Lila

"Iya udah lepasin, kaya teletabis aja pelukan" ucap Lila

Indah melepas pelukannya dengan senyuman yang terus mengukir dibibirnya.

Indah akan menunggu Ghifari untuk mengungkapkan perasaannya

"Aku akan menunggumu Gusku" teriak Indah begitu keras dan berlari menuju asrama karena dia malu jadi pertontonan karena berteriak.

Sedangkan Lila hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah ajaib sahabatnya itu. Lila tersenyum untuk kebahagiaan Indah. Meskipun dihatinya sakit. Lila begitu mencintai Gusnya itu. Tapi apa boleh buat Ghifari begitu dekat dengan Indah dibandingkan dirinya. Dan setiap melihat Ghifari bersama Indah, mereka begitu bahagia selayaknya sepasang kekasih.

"Cinta tak harus memiliki, cukup dengan melihat yang kucintai bahagia, rasa cintaku seakan-akan terbalas walaupun bukanlah diriku yang membuatnya bahagia" ucap Lila sambil menghapus air matanya yang tanpa diminta jatuh menghiasi pipinya.





Tulisan GhifariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang