|15|

74 11 0
                                    

"I ᴄᴀɴ'ᴛ ʟᴏsᴇ ʏᴏᴜ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I ᴄᴀɴ'ᴛ ʟᴏsᴇ ʏᴏᴜ."

|||


Jɪᴋᴀ memutar kembali memori pada kehangatan dan kebahagian yang mampu membuat Hoseok menyunggingkan senyuman begitu mudah, barangkali kondisinya persis dengan apa yang ia lihat sekarang. Rumah terang, ruang makan yang diisi oleh anggota keluarga lengkap, suara perpaduan sendok dan sumpit serta obrolan hangat dari kedua orang tua Seokjin. Bertahun-tahun memori itu tersimpan disudut laci ingatannya tanpa pernah tersentuh dan terjamah.

Melihat suasana sarapan pagi yang begitu tidak asing bagi Hoseok, tiba-tiba saja hatinya sedikit mencelos. Andai saja semuanya bisa dicegah, mungkin dirinya masih bisa sarapan bersama keluarganya sendiri dan bukan keluarga orang lain. Jika dirinya saat itu tidak memaksa seluruh keluarganya pergi berlibur, mungkin kehangatan itu masih terasa hingga kini.

Hoseok tidak perlu merasa kehilangan yang teramat dalam, tidak perlu menumpang tidur dan makan di rumah Seokjin. Tidak perlu merepotkan banyak orang. Nah, barangkali keputusan Hoseok untuk memilih pergi bersama Rounan agar tidak ada yang Hoseok repotkan lagi.

"Nak, jangan merasa merepotkan kami. Kau sudah kami anggap sebagai keluarga bahkan aku senang melihatmu datang dan berkata akan menginap meski hanya semalam."—itulah kalimat ibu Seokjin saat sarapan telah usai.

Suaranya masih terdengar hangat dan lembut serta menyimpan harapan lebih menjadikan alasan kenapa Hoseok merasa diterima di rumah ini. Bersama senyuman yang mampu membuat siapapun luluh, ibu Seokjin melanjutkan, "Kudengar gadis yang kau cari sudah ditemukan."

Hoseok mengangguk pelan. "Namanya Rounan. Dia salah satu anak panti asuhan yang sering Ayah kunjungi dulu."

"Oh benarkah? Lalu bagaimana kabarnya?"

"Dia baik-baik saja," balas Hoseok. "Rounan teman masa kecilku. Kami sering bertemu bila aku ikut bersama ayah mengunjungi panti."

"Pantas saja aku belum pernah melihatnya."

"Ya, Jin Hyung bahkan baru bertemu Rounan ketika kami duduk dibangku SMP dan menjadi teman dekat."

Ibu Seokjin mendesah teringat sesuatu. "Ah ... gadis yang sering datang ke rumahmu membawa bunga matahari itu?"

"Ya, gadis itu Rounan," jawab Hoseok ingatannya terlempar begitu saja membawa perasaan perih dalam hati. Bunga matahari. "Ibu dan Rounan sama-sama menyukai bunga matahari."

"Pantas saja." ibu Seokjin seakan melewatkan fakta penting. "Lalu sekarang dimana Rounan?"

Hoseok tersenyum tipis. "Dia ada di Norwegia."

Eskpresi wajah ibu Seokjin sempat terkejut nyaris tidak menduga bila Hoseok akan menjawab begitu. Lalu sekon berikutnya suara Seokjin menggelegar mengisi ruang tengah disusul sosoknya yang muncul membawa sebuah kotak besar terbungkus rapih. Sebuah kado dan itu sukses membuat ibunya mengernyit penasaran.

Hey, Jung.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang