Aska dan Nantha menuruni tangga dengan tergesa-gesa begitu pun dengan Arkhan yang pagi ini entah kenapa mereka bisa bangun kesiangan, ini pasti efek karena semalaman ketiganya tidur bersama. Alasannya karena Nantha yang merengek minta tidur bersama karena semalam hujan lebat dan takut ada petir dan mati lampu.
Pukul setengah 7 pagi Arkhan baru terbangun dan langsung membangunkan kedua anaknya, dan secepat kilat ia harus menyediakan makanan sehat untuk Nantha. Sungguh pagi yang sangat ribet dan Arkhan hampir saja kewalahan saking paniknya.
"Paa kita ga usah sarapan ya ini dah telat banget jam 7 lebihh padahal masuknya kan jam set 8" ucap Nantha masih dengan kegiatannya yang sedang memasang dasi.
"Mana ada!!, adek harus makan dan minum obat" ucap Arkhan lagi dan menyuruh kedua anaknya untuk duduk.
"Makan Tha lagian kita ga bakal di hukum percaya deh" ucap Aska sambil tersenyum ramah.
"Aku emang ga di hukum tapi kamu yang kena hukuman dobel, kamu baru sembuh loh kemaren" ucap Nantha lagi dan malah membuat Aska gemas dan langsung mengacak rambut Nantha yang sudah tertata rapi.
"Aissshhh, berantakan lagi kaaa heran deh suka banget berantakin rambut" ucap Nantha lagii.
"Dah cepet makan ntar makin telat" ucap Arkhan lagi dan mereka pun bergegas menghabiskan sarapan mereka.
***
Keduanya sudah sampai dihalaman sekolah dan untung saja masih belum di tutup tapi akan di tutup. Aska memilih tetap berjalan bersama Nantha karena tak mau adiknya kenapa-napa. Tapi berbeda dengan Nantha yang sudah gatel ingin berlari tapi sialnya tubuhnya kelewat istimewa buat sekedar berlari.
"Ka buruan sana larii adek bisa jalan sendiri" ucap Nantha sambil mendorong bahu Aska.
"Ga kita bareng aja, males lari masih pagi juga" ucap Aska lagi.
Aska dan Nantha hanya bisa menunduk dalam saat pak vicktor menatap mereka tajam dan siap mengucapkan hukuman pria berkumis itu hanya bisa menggeleng melihat 2 anak teladan yang jarang sekali telat dan hari ini bisa-bisanya telat. Tatapannya terhenti saat tiba-tiba pak vicktor berteriak dan membuat keduanya terkejut, Nantha langsung memejamkan matanya dan mengelus pelan dada kirinya saat sensasi nyeri yang sudah mulai terasa.
"Hei!!! Kamu terlambat masih jalan males-malesan gitu!" bentak pak Vicktor.
"Tha lo oke?" tanya Aska dan Nantha menggeleng.
"Sakit ka.." ucap Nantha pelan sambil terus mengurut dadanya pelan.
"Batukin aja biar ga makin sesek" ucap Aska lagi sambil membantu mengelus pelan dada adiknya.
Uhuk...uhuk...uhuk
Pip pip pip
"Kalian berdua bapak hukum buat bersihin gudang belakang dan Nantha kamu ke ruang kesehatan aja maaf tadi bapak teriak di depan kamu" ucap pak Vicktor dan berlalu dari keduanya.
"Gudang belakang yang mana?" tanya cewe di samping Nantha dan membuat Aska memandang aneh cewe dengan hoddie dengan warna coklat muda itu masa dia ga tau gudang belakang.
"Lo ga tau gudang belakang?" tanya Aska heran.
"Dia murid baru di kelas adek Ka, kemaren wali kelas ngumumin kalau ada murid baru" ucap Nantha lagi kini dadanya sudah cukup baik dan sudah tak begitu sakit walaupun masih sesak alarm di tangannya pun sudah kembali diam.
"Lo ikutin gue aja, tapi tunggu bentar ya adek gue sakit mau anter ke ruang kesehatan dulu" ucap Aska dan langsung mendapat anggukan dari cewe tersebut.
"Aku ikut aja, janji ga ngapa-ngapain cuma liatin kalian doang" ucap Nantha sambil tersenyum hangat.
"CK... buruan anjir gue pegel ni" ucap cewe itu sambil memutar bola matanya malas.
***
Aska menghela nafas kasar saat ia hampir menyelesaikan hukuman pak Vicktor yang killer itu. Ia melirik kearah Nantha yang masih memandang iba kearahnya duduk di sudut ruangan dengan masker yang sengaja Aska beli agar tak terus batuk dan membuat jantungnya kembali berulah.
Tak lama suara pintu tertutup membuat ketiganya langsung melihat ke pintu karena mereka tau kalau pintu gudang itu sedikit rusak dan sulit untuk di buka. Dan lagi-lagi Aska baru sadar kalau misal gudang ini terlihat gelap dengan karena kaca ruangan tersebut berwarna gelap. Ia menoleh kearah adiknya yang sudah memejamkan mata sambil berusaha mengatur nafasnya yang sedikit tersenggal.
"Tenang Tha, jangan panik terus nafas yang bener" ucap Aska dan langsung memeluk tubuh kurus Nantha.
"Ehh adek lo kenapa?" tanya cewe dengan name tag Arentha itu dengan nada panik.
"Phobia gelap" ucap Aska lagi.
"Astagaa nih lo pegang dulu gue mau ngakalin pintu lo punya kartu atau kunci kecil atau semacamnya lahh" ucap Arentha sambil menyerahkan ponselnya dengan flash yang menyala.
"Tenang Tha ini terang ga papa, di saku tas gue ada kartu absen" ucap Aska sambil mengelus punggung adiknya yang sudah bergetar hebat.
Pip pip pip
"Akh.... Ka takut ini gelap" ucap Nantha sambil meremas dadanya lagi sudah 2 kali Nantha kambuh dalam sepagi.
"Gue bantu usap ya, sekarang lo tatap aja mata gue ga usah peduliin yang lain, kita sebentar lagi keluar jangan takut yaa.." ucap Aska lembut sambil menatap adiknya dengan tenang, ia tersenyum tenang seraya meyakinkan adiknya kalau semuanya akan baik-baik saja.
Jegrek
Aska bisa bernafas lega saat pintu itu sudah terbuka tanpa menunggu lama ia langsung menggendong Nantha dan mengabaikan bahunya yang terasa nyeri, ia langsung berlari menuju ruang kesehatan yang tak jauh dari gudang tersebut. Ia membaringkan tubuh Nantha dan tak lama dokter Dian pun datang langsung memeriksa keadaan Nantha.
"Gimana dok?" tanya Aska saat dokter Dian sudah selesai memeriksan adiknya.
"Kamu bawa obat Nantha kalau dia kambuh kan? Kasih obatnya dan waktu pulang mending chek up aja ibu kurang paham sama penyakit jantung" ucap dokter Dian dan berlalu dari ketiganya.
Aska memandang Nantha yang tengah terpejam dengan kening yang berkerut belum lagi dengan keringat yang sudah mengalir di pelipisnya. Ia mendekat dan duduk di sebelahnya sambil menggenggam tangan Nantha yang basah.
"Kaa... sakit" ucap Nantha dengan mata yang masih terpejam.
"Kakak bantu usapin" tanpa sadar Aska mulai menitihkan air mata melihat adiknya yang tengah berjuang melawan rasa sakit.
Tepukan di punggung Aska membuat cowo itu tersentak kaget dan menghapus sisa air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir di pipi mulusnya. Ia bahkan lupa kalau ada Arentha yang kini tengah berdiri dengan tas yang ada di kedua tangannya. Aska melirik kearah cewe itu dan melihat ia menyerahkan kartu Absennya yang sudah patah menjadi 2.
"HP gue di elo maaf kartu absen lo patah" ucapnya dengan nada sedikit bersalah dan membuat Aska teringat dengan ponsel yang ia masukan di saku celananya.
"Oya nih hape lo, maaf ya ngerepotin lo jadi bawa tas banyak gitu lo keren banget sumpah tadi gue aja ga kepikiran dan ya ga papa si gue juga pengen ganti kartu Absen baru foto gue disitu buluk banget hehe" ucap Aska dengan cengiran khasnya tanpa menghilangkan tatapan sendu yang masih jelas terlihat di mata Arentha.
"Santai aja oya cepet sembuh buat adek lo gue mau ke kelas dulu dan ini tasnya gue taro sini" ucap Arentha lagi dan memilih berlalu.
Aska mengambil tasnya dan menemukan kotak obat yang selalu ada di tasnya, ia mulai menyuapkan beberapa obat kemulut adiknya dan menunggu obat itu bereaksi.
"Ka gue cape mau tidur" ucap Nantha pelan saat merasakan efek obat mulai bereaksi.
"Iya istirahat nanti pas papah dateng gue bangunin" ucap Aska lagi dan Nantha hanya mengangguk dan makin mengeratkan genggaman tangannya dengan Aska.
'Inget Tha lo harus bangun gue takut banget kalau lo bilang cape' Batin Aska sambil mengelus surai hitam yang sudah basah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askanantha (HIATUS)
FanfictionAskara Genta Arkanta Nantha itu segalanya buat gue sama papah Anantha Gema Arkantha Kalau Aska itu cowo bawel yang menjelma jadi kakak!