Arkhan menghela nafas kasar dan kemudian duduk di cafetaria kantornya sambil memandang sekelilingnya. Banyak sekali pegawai yang berlalu lalang dan terlihat sangat sibuk. Sudah hampir 7 tahun ia mengelola perusahaannya sendiri. Walaupun banyak sekali aral melintang yang menemani ia membangun perusahaan agar bisa sesukses sekarang.
Kini ia mengerti kenapa papahnya selalu ingin ia berkecimpung di dunia bisnis. Karena membangun bisnis sendirian sungguh melelahkan. Untung saja banyak teman yang membantunya. Lamunan Arkhan buyar saat seorang menepuk pundaknya dan tersenyum ramah. Sena datang dengan segelas kopi dan sepiring kue. Sahabatnya ini selalu menemaninya dari nol karirnya.
"Ga makan siang? Malah ngopi teruss" ucapnya pada Arkhan. Arkhan terkekeh kemudian menenggak kopinya.
"Barusan kelar gue, oya nanti masih ada meeting lagi ga?"
"Udah kelar si tinggal liat perkembangan pembangunan proyek kita yang pembangunan resor" ucap Sena.
"Yang mantau elo aja ga papa kan? Gue ga tenang ninggalin anak-anak kelamaan, sama Raya dehh" ucap Arkhan.
"Oke, nanti gue sama Raya aja yang ke sana, oya gimana sama akuisi saham di perusahaannya Bastian? Gue kira tuh perusahaan udah bangkrut anjrit"
"Gue denger kemaren mereka dapet investor china makanya ga jadi bangkrut, walaupun Bastian di penjara dia kan punya adek yang pastinya bakal pegang perusahaanya kan? lagian kalau kita tarik semua saham kita perusahaan itu bakal hancur kan?" Sena mengangguk setuju. Ia bahkan sampai saat ini tidak mengerti kenapa Arkhan tidak mengambil seluruh sahamnya di perusahaan itu.
"Kenapa ga diambil aja si Ar?"
"Perusahaan itu masih ngehidupin Karel kalo lo lupa, kasian dia masih seumuran anak-anak gue" ucap Arkhan dan kemudian menghela nafas. Sena bahkan sudah hapal dengan sifat tidak tegaan milik sahabatnya. Tapi mau bagaimana lagi semua sudah menjadi keputusan Arkhan.
"Kemaren pengacara perusahaan ke kantor lo tapi kebetulan lo lagi work from home jadi kemaren gue udah ngabarin untuk resschedule"
"Iya kemarin Jovan udah ngabarin gue, terus nanti urusannya sama Revan aja gue tinggal tanda tangan aja deh pokoknya"
"Oke-oke gue kasi tau nanti"
"Oya gimana sama anak-anak lo? Nantha gimana?"
"Aska si sehat banget, dia kan cenderung jarang sakit tapi gue kadang ga ngerti sama anak gue sendiri, dia kadang ga terbuka sama gue" ucap Arkhan dengan raut wajah sendunya.
"Ya sama kaya lo lah, lo juga tertutup anjing... asal lo tau ya sebagai anak tertua dia pasti ngerasa ga pengen nambah beban lo yang at least udah banyak. Coba deh kalian sama sama terbuka nanti Aska juga akan mulai terbuka dengan sendirinya"
"Kalau Nantha..." Arkhan menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya " Yaa masih gitu... gue harus dapet donor jantung dalam tahun ini seengganya biar mencegah kondisi yang lebih parah" ucap Arkhan lagi. Sena mengangguk kemudian mengangguk paham.
"Oya kabar anak lo gimana?"
"Lo tau anak gue se geng sama anak lo, si Reksa bener-bener ya gue kira dia anak baik-baik ternyata ikutan geng motor begituan"
"Heh... dukung aja kali yang penting masih diawasin dan ga ngelakuin yang aneh-aneh kalau kata Aska si komunitas bukan geng...hahha"
"Iya sii yaudah lah yang penting mereka bisa jaga diri aja, mereka udah cukup dewasa kok untuk tau mana yang bener mana yang enggak" Arkhan mengangguk setuju. Diumur anaknya mereka memang harusnya mengeksplore apapun dalam rangka menemukan jati diri mereka asal tetap harus dalam pengawasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askanantha (HIATUS)
FanfictionAskara Genta Arkanta Nantha itu segalanya buat gue sama papah Anantha Gema Arkantha Kalau Aska itu cowo bawel yang menjelma jadi kakak!