Khawatir

826 55 2
                                    

Sudah seminggu lamanya Anantha masih belum menunjukan tanda-tanda sadar. Kondisinya sudah stabil dan 2 hari lalu Anantha juga sudah  dipindahkan ke ruang rawat biasa. Arkhan dan Aska bergantian menjaga Anantha tak jarang juga Tante Dhila yang menjaga Anantha. Tante Dhila adalah adik mendiang mamah mereka yang kebetulan lagi ibu dari Abi, Adhit dan Juna.

Pukul sepuluh pagi tante Dhila datang bersama Abi. Kebetulan hari ini weekend dan Aska yang menjaga Anantha sejak semalam bersama papahnya. Abi mendekat kearah Aska yang tengah tidur di sofa dan sedikit terkejut saat merasakan suhu tubuh Aska yang sedikit tinggi.

"Mah... ini Aska kayaknya demam deh jidatnya panas" ucap Abi, Dhila mendekat dan menyemtuh kening Aska dan benar saja suhu tubuhnya sedikit tinggi.

"Lah iya ini mah Aska sakit ini" ucap Dhila sambil menyelimuti tubuh Aska.

"Loh kalian udah sampai sini" ucap Arkhan yang baru memasuki ruangan dengan kantong kresek di tangannya.

"Mas Arkhan ini Aska  demam"

"Iya Dil, tadi subuh ngeluh pusing jadi saya suruh tidur di sofa, ini saya baru dari minimart beli plester demam" ucapnya sambil meletakkan kantong kresek yang dia bawa.

"Aska bangun dulu yuk... papah udah beliin bubur biar kamu sarapan dan bisa minum obat"

"Enghhh.... Paa pusing"

"Iya makannya bangun dulu yuk..." ucap Arkhan dan kemudian membantu si sulung untuk duduk bersandar padanya.

Aska memakan buburnya dengan malas-malasan karena mulutnya yang terasa pahit, belum lagi pusing di kepalanya belum mereda. Matanya juga terasa perih dan terus berair. Sakit memang sangat tidak cocok untuk Aska. Ia sangat tidak suka saat tubuhnya terasa tidak enak seperti ini.

"Astaga kak... kamu mimisan ini loh..." ucap Arkhan saat melihat hidung Aska yang berdarah.

"Pa pusing ga enak" ucap Aska dengan nada merengek.

"Jangan dongkak, biarin darahnya keluar kak. Abi om minta tolong panggiling dokter Kevin ya" suruhnya pada Abi yang dari tadi ikut ketar- ketir melihat Aska yang tiba-tiba mimisan.

Tak lama dokter Kevin masuk dengan membawa satu brankar lagi dan infus. Ia sudah menduga kalau si sulung akan tumbang karena beberapa hari ini ia melihat presensi si sulung yang selalu berkeliaran dirumah sakit menunggu sang adik. Ia mulai memeriksa dan memasangkan infus, ia juga mengambil sampel darah Aska untuk di cek di lab.

"Om Kevin infus ya... kamu lemes banget" ucap Kevin.

"Pindah ke brankar aja ya... biar tiduran dan ga pusing" ucap Arkhan. Aska hanya mengangguk, matanya masih terpejam saat sang papa memapahnya untuk berbaring di brankar.

"Hasil labnya bisa di liat 1 jam lagi, untuk diagnosa awal si gejala typus sama panas dalam" ucap Kevin.

"Aska kacau banget emang beberapa hari ini" ucap Arkhan.

"Mas yang sabar ya... sekarang biarin Aska istirahat dulu, mas makan dulu ya dari tadi belum makan loh" ucap Dhila dan Arkhan mengangguk.

Arkhan mengelus surai hitam milik Aska sambil tersenyum sendu. Arkhan memang menepatkan keduanya di ruangan yang sama agar lebih mudah memantau kondisi keduanya. Nantha dan Aska yang sedang tidur di brankar dengan infus di tangan kananya. Disaat seperti ini membuatnya kadang ingin menyerah sungguh berat berada di posisi Arkhan.

'Metta berat banget ternyata saat kedua anak kita ngerasain sakit tapi kita ga bisa berbuat apa-apa, doain aku dari sana yaa semoga aku bisa hadapin ini, jangan pernah ngajak siapapun buat ikut sama kamu Met aku masih butuh mereka untuk bisa hidup di dunia ini' batin Arkhan sambil terus mengelus surai hitam milik Aska.

Askanantha (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang