3 - Adik Nazwa

28 3 0
                                    

"Bukan karena dirinya yang buruk rupa, tapi karena semua yang membuatku dilupa."

~ 🦋 ~

"Akhirnya bertemu kasur." Nazwa membaringkan tubuhnya di kasur sembari memejamkan mata- mengingat senyuman manis Arka. Ah, mengingatnya saja sudah membuat hati Nazwa berbunga-bunga, apalagi melihatnya.

"Arka, Arka. Lo tuh kenapa ganteng banget, sih?" gumamnya sendiri lalu terkekeh. Kekehannya berhenti saat mendengar ketukan pintu dari luar.

"Siapa, sih? Ganggu aja deh!"

Ini yang Nazwa benci. Ketika ada seseorang yang menganggunya saat sedang bersama atau hanya memikirkan Arka.

"Ngapain lo?!"

Menyebalkan sekali. Bukan hanya karena orang itu telah merusak lamunannya tentang Arka, tetapi karena Nazwa teramat malas melihat wajah di depannya yang tersenyum sok manis.

"Mau apa? Ganggu tahu, nggak!"

Gadis kecil di depannya tak menjawab. Bukan karena tak ingin, melainkan tak bisa. Alhasil, gadis itu menggerakkan tangannya dan mengarahkannya ke tangga mengisyaratkan 'ayo, turun.'

"Apa?"

Lagi, gadis itu kini memeragakan adegan makan dengan cara membuka mulut dan mengarahkan tangannya di mulut.

Nazwa membuang muka malas kemudian membalikkan badan dan berjalan kembali memasuki kamar.

"Nanti aja deh, gue belum laper. Bilang sama Bunda, gue makannya nanti."

Gadis kecil itu menggeleng dan berteriak tertahan. "Engh ...!"

"Kenapa lagi, sih?! Udah sono pergi! Enek gue liat muka lo!" usir Nazwa sambil menatap tajam adiknya.

Tetap saja, gadis kecil itu enggan pergi. Kepalanya tetap menggeleng. Bahkan kali ini tangannya menarik tangan kakaknya agar ikut makan malam bersama.

"A ... yo ..."

"Gue nggak mau! Pergi, Ra!"

"Ish, pergi!"

Nazwa dengan sengaja mendorong tubuh adiknya sampai cekalan di tangannya terlepas. Tanpa meminta maaf bahkan merasa bersalah, Nazwa malah menutup pintu kamarnya dengan sekali dorongan.

"Gak usah ganggu gue!" teriaknya dari dalam. Dia menatap tak suka pintu kamarnya sebelum kembali membaringkan tubuhnya di kasur.

Azzahra Syakilla, adik satu-satunya yang Nazwa punya. Adik yang ... tidak Nazwa inginkan ada di kehidupannya.

Ah, salah. Dulu, sewaktu kecil, Nazwa senang bukan main saat Bunda memberitahukan kalau sebentar lagi ia memiliki adik perempuan. Nazwa dengan tak sabaran mengajukan berbagai pertanyaan yang hampir sama setiap hari.

"Adik aku lahirnya besok, ya, Bun?"

"Bunda, kapan adik aku lahir? Aku udah nggak sabar pengen gendong!"

"Nanti aku mau main boneka sama adik!"

"Adik, kapan kamu bisa lihat Kakak?"

KanazwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang