"Na, motor lo seriusan disita nyokap?"
Nazwa tak menjawab. Gadis ber-hoodie pink itu menatap jalanan di depannya dengan tatapan kosong. Pikirannya memutar kejadian di meja makan, ketika Sekar memanjakan Zahra. Iri, tentu saja! Anak mana yang tidak iri saat Ibunya lebih menyayangi adiknya?
"Na!"
Seruan dan tepukan Altha sontak membuat Nazwa berkedip kaget.
"Kenapa, Tha?""Ck, lo kenapa, sih? Daritadi ngelamun mulu. Liat tuh muka lo, kusut, njir!" Altha mencibir sembari melirik Nazwa sekilas. "Kalau ada masalah, curhatlah sama gue. Gue amanah kok. Sesekali gapapa kali."
Nazwa menatap Altha yang tengah menyetir dengan serius. Melihat senyuman dari Altha membuat Nazwa ingin menceritakan apa yang selama ini dia sembunyikan. Apa Nazwa harus ...
Nggak! Rahasia itu harus tetap tertutup rapat!
"Kan, kan, ngelamun lagi."
"Amanah palalo!" Gadis berambut sedada itu tertawa hambar setelah menoyor kepala orang di sebelahnya. Tentu saja Altha mengumpatinya.
"Ya, gue kesel aja sama nyokap gue. Seenaknya aja nyita motor orang. Ah, menyebalkan!"
Altha mengangguk paham. "Oh, pantes," ujarnya. Nazwa hanya berdehem singkat.
"Lagian, ya, Na, gue heran. Kenapa setiap lo nebeng gue nggak pernah dari rumah lo? Selalu aja di perempatan itu. Memang ada apa, sih?"
Ya gue nggak mau lo liat anak bisu itulah!
"Jangan bilang rumah lo jelek, kuno dan sempit?" tuduh gadis itu dengan mata memincing. Nazwa spontan mendelik.
"Ya, enggaklah, bego! Ngaco lo!" serunya tidak terima. "Engh ... gue kan dah pernah bilang kalau Bunda gak ngebolehin gue main sama kalian. Baru ketemu waktu pengambilan raport aja, Bunda udah curiga. Taulah seberapa bar-barnya muka kalian."
"Anjir lo!" sungut Altha. Tapi tak lama gadis itu tergelak. "Tapi benar juga, hahaha!"
Nazwa tersenyum penuh arti. Bibirnya segera menghembuskan nafas lega. Sekali lagi, Nazwa harus memuji dirinya yang memiliki kecerdikan yang luar biasa.
Gampang banget dikibulin lo, Tha! Hahaha!
{}{}{}
"Woy, Cupu! Sini lo!"
Seorang cowok berkacamata yang tengah berjalan sambil menenteng sebuah bola basket, spontan menghentikkan langkahnya. Sembari menatap binggung gadis di depannya, tangan kanannya menunjuk dirinya sendiri. "Gue?"
"Iyalah, siapa lagi? Di sini yang cupu kan elo!" sahut Hanna seraya memutar mata.
Menghiraukan tatapan meremehkan dari kakak kelasnya, lelaki itu menghampiri geng Lequenna dan bertanya, "ada apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kanazwa
Teen FictionKehidupan Kanazwa, gadis yang hobi berbuat onar dan membangkang perintah Bundanya, memanglah rumit. Terlebih saat semua orang tahu kalau Zahra adalah adiknya. Semuanya kacau! Ketenaran dan derajatnya di mata dunia menghilang seketika. Manusia-manusi...