4-Menepi

25 9 0
                                    


***

Semenjak kejadian itu,Reina tak lagi ingin bertemu dengan Amara dan Nicole. Bahkan berpapasan  dengannya lagi pun gadis itu tidak mau. Bukan apa apa,Reina hanya tidak ingin terluka melihat Amara dan Nicole yang tampak bahagia. Ia mencoba menjalani apa yang dikatakan Mika kemarin soal ia yang harus belajar menerima kalau Ia bukan Ingin Nicole. Namun rasanya begitu sulit untuk melakukan hal itu semua. Alhasil hal itu mempengaruhi pikirannya,membuatnya selalu tampak murung.

"Woy!." seruan khas itu sama sekali tidak membuat Reina menggubrisnya. Gadis itu hanya bisa melipat kedua tangannya di atas meja dan membenamkan wajahnya diantara tumpukan tangannya itu. Sudah beberapa hari ia seperti ini. Dan tentu saja itu membuat khawatir orang orang yang benar benar peduli padanya.

"Lo kenapa lagi sih Rei? Kenapa akhir akhir ini lo murung banget. Bahkan nilai nilai lu sekarang anjlok. Kenapa sih?." tanya Mika,tentu saja. Gadis manis itu melemparkan tatapan heran pada Reina.

"Gue..berusaha ngikutin saran lo kemarin,Mi. Dan gue sampe sekarang gak bisa." ungkap Reina jujur dengan wajah yang masih terbenam diantara tumpukan tangannya. Nada putus asa terdengar di setiap kalimatnya.

Mendengar hal itu,Mika menghela nafas lelah kemudian berkata," Iyaa tapi gausah sampe kek gitu juga kali. Belajar pelan pelan,gue yakin lama lama lo pasti bisa kok."

"Enggak..gue gabisa gu..gue udah coba." ujar Reina dengan suara serak. Tampaknya sedaritadi ia menahan tangisnya.

Untunglah saat itu keadaan kelas masih sepi. Belum banyak murid yang datang,jadi tidak akan ada yang memperhatikan Reina yang sedang bersedih.

"Lo..emang bener udah cinta mati ya sama kak Nicole?." tanya Mika setelah melihat Reina yang begitu hancur. Gadis itu khawatir dengan Reina yang mendadak menjadi seperti itu.

"I..iya..gue juga mau lupain dia tapi gabisa. Ingatan tentang dia terus berputar di kepala gue."

"Ohh ayolahh baru sebulan semenjak lo memutuskan suka sama dia. Gue yakin seiring  berjalannnya waktu  lo pasti bakalan lupa sama dia kok. Lupain dia okey,sekarang fokus sama apa yang mau lo lakuin."

"Kenapa gue harus lupain dia sih? Kalo nyata nya gue gakbisa lupain dia gimana?." tanya Reina dengan mata yang masih berkaca kaca. Ia menatap Mika dengan tatapan putus asa.

"Reina,kak Nicole itu sudah punya pacar dan mereka saling mencintai. Lo gak boleh egois dengan berusaha masuk ke dalam hubungan mereka. Gue yakin yang lo alami sekarang cuma cinta monyet doang yang suatu saat  nanti bakal hilang. Makanya itu lo harus sibukkin diri lo dengan sesuatu yang bener bener bisa buat lo lupa sama dia." jelas Mika dengan senyum misterius yang dibuatnya.

"Sesuatu yang bikin gue sibuk dan bisa lupain dia? Emang apa?." tanya Reina seakan mendapat pencerahan dari langit. Ia sudah berhenti menangis walau matanya masih berkaca kaca dan hidung mancungnya memerah kontras dengan kulitnya yang kuning langsat.

"Kita ikut eskul ini." Mika mengeluarkan selembar kertas pendaftaran anggota eskul jurnal dari tas nya. Reina terbelalak melihat selembar kertas itu. Sementara Mika tersenyum melihat perubahan ekspresi Reina. Reina menatap Mika dan selembar kertas itu bergantian dengan tatapan yang masih tidak mengerti.

"Kita sibukkin diri di eskul ini. Gue tahu lo orangnya suka menulis dan suka dengan kegiatan jurnal seperti ini. Melihat lo yang suka nulis cerpen dan puisi,Gue jadi kepikiran ajak lu buat ikut eskul ini. Gimana lo mau gak? Tenang aja gue temenin kok." ujar Mika dengan senyum lebar memperlihatkan sederetan gigi putih nya.

"Gue..mau kok." ujar Reina mantap setelah beberapa saat berpikir. Ia pun lalu mengambil bolpoin dri tasnya lalu menuliskan nama nya ke dalam formulir itu.

Aku harap ini cara buat aku  bisa lupain kamu,Nicole

***

Pacar PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang