Pagi ini aku, Elen, dan Shuna sudah bersiap di depan rumah kami. Aku ingin mencoba sihirku untuk pergi ke akademi.
"Gate," perlahan tubuh kami mulai melebur dan akhirnya hilang.
***
Aku sudah membuat titik tujuan di hutan dekat akademi agar tidak dapat dilihat oleh orang lain. Aku masih mempertimbangkan kemungkinan keributan yang akan terjadi jika tiba tiba kami muncul di depan gerbang sekolah.
Baiklah, sepertinya tidak ada masalah dengan penggunaan gate di dunia ini.
"Keren, ajari aku ya nanti,"
Shuna sangat antusias setelah melalui kejadian ajaib tadi. Tetapi itu adalah permintaan yang mustahil untuk sekarang.
"Tidak, tidak. Sekarang belum waktunya. Kamu harus menguasai kestabilan pergerakan mana dalam tubuhmu dulu. Jika tidak tubuhmu akan meledak karena mana yang tidak stabil," wajahnya kesal.
"Hahaha kamu itu masih pemula. Tidak seperti kakak. Butuh satu tahun lebih keterampipan seperti itu bagi manusia normal sepertimu,"
Uwaa kata-kata itu terdengar kejam. Kenapa tiba-tiba adikku mengerikan seperti ini.
"Huh, ya deh. Aku akan minta lagi nanti setelah lulus akademi ini," kami berjalan masuk ke akademi menuju halaman yang luas. Di sana tampak sesak karena banyak calon siswa yang bergerombol dan bercakap dengan temannya masing-masing.
"Semuanya harap tenang, hari ini kita akan melaksanakan tes di sebuah colosseum yang akan dibangun oleh salah satu guru akademi ini. Jadi, harap semua mempersiapkan diri untuk menunjukkan bakat terbaik kalian. Terimakasih,"
Orang itu tampaknya adalah kepala sekolah di akademi ini. Posturnya yang gagah berkumis. Memberikan kesan pemimpin yang disegani.
"Colosseum,"
Seketika terdapat bangunan yang muncul di tanah dan semakin tinggi ke atas.
He... lumayan juga ukuran colosseum ini.
Untuk mantra tingkat tinggi seperti ultimate, earth magic akan bisa membuat bangunan yang di inginkan sesuka hati hanya dengan mengucapkan nama bangunan yang diinginkan.
Sihir bumi ini sepertinya tingkatan 4, tingkat yang lumayan tinggi untuk seorang manusia. Tapi saat kuperhatikan guru yang melakukan sihir itu, lagi-lagi perempuan itu. Aku berusaha mengingatnya tetapi selalu lupa, dia memiliki tanduk yang dilapisi sihir transparan. Tidak salah lagi dia adalah seorang iblis yang menyamar menjadi manusia. Mata iblis punyaku yang langka ini dapat melihat itu.
Kami memasuki colosseum dan menempati tempat duduk yang kosong di pinggiran colosseum. adikku dan Shuna tampaknya sangat antusias menyaksikan pertunjukan sihir ini. Kami satu persatu diminta untuk maju ke tengah dan melancarkan sihir serangan terkuat kami pada target yang telah disiapkan. Terdapat juga tiga guru yang akan menilai dari bagian lain colosseum ini. Dua guru itu adalah sang kepala sekolah tadi dan juga guru iblis itu.
"Elen, gunakan sihir setingkat platinum saja. Jangan melebihi itu. Kita tidak boleh terlalu menarik perhatian untuk sekarang oke?"
"Oke kak. Tenang saja,"
"SISWA DENGAN NAMA ELENA, SILAKAN MAJU!"
Langkahnya sungguh gesit. Dia tampaknya sangat bersemangat melakukannya.
"Fire-ball,"
Elena mengucapkan mantra sambil mengarahkan tangannya pada target. Dia sudah bisa mengendalikan mana dengan sempurna. Tembakan bola api itu berwarna merah menyala bertubi-tubi muncul dan memporak-porandakan target yang di berikan. Murid yang lain tampak terkejut begitu pula dengan guru yang menilai. Elena melancarkan serangan sihir tingkatan platinum dalam skala besar secara bertubi-tubi. Bagi manusia biasa itu sungguh tidak mungkin karena keterbatasan mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shiroi Sekai no Maou
FantasyRaja Iblis, perlahan telah kembali dan mendominasi kekuatan iblis. bagaimana jadinya jika sosok itu merasa bosan dan ingin berinteraksi dengan dunia luar tempat makhluk berbagai ras tinggal. menghadapi musuh yang (mungkin) kuat dan bertemu beberapa...