1. supermarket

21.3K 869 5
                                    


Fanny menyingkirkan beberapa pakaian yang tersampir di sisi tempat tidurnya, mencari barang kedua paling berharga-- setelah handphone, dompet lebih tepatnya. Seingatnya tadi sore setelah pulang dari tempat fotocopy, ia menyimpan dompet itu di nakas samping tempat tidur, tapi sekarang sampai kamarnya amburadul bak kapal pecah ini, benda yang dicarinya belum juga terlihat oleh indra penglihatnya. 

Ia duduk ditepi kasur, merogoh saku celana kulotnya berharap ada uang terselip disana, tapi ia malah menyentuh benda berbentuk persegi dan-- tunggu, begitu ia mengeluarkan benda itu dari saku ia lantas berseru, "Asuww."

Ternyata benda kotak di saku kulotnya memang dompet. Sialnya setelah benda itu ditemukan ia baru ingat jika tadi, selepas ia pulang dari tukang fotocopy ia memasukan dompet pada saku kulotnya, pikun pikun rutuknya.

Ia menghitung jumlah rupiah yang tersisa didalamnya --yang nominal tiap lembarnya terlihat memprihatinkan, seraya memikirkan untuk esok hari segala kebutuhannya baik itu untuk tugasnya ataupun perutnya.

Selesai menghitung dan mengira ngira setidaknya ada lebih-- walaupun sedikit, tetapi tetap saja tak cukup, jangankan lebih, untuk kebutuhan tugas dikeesokan harinya ia tak yakin akan cukup.

Tau jika terus berdiam tak merubah apa-apa, ia akhirnya memilih senjata andalannya, menghampiri adik tingkatnya-- yang merupakan anak dari ibu kos, dengan modus numpang wi-fi.

■■

Fanny memasuki mini market dengan langkah berat, andai kakinya dapat berbicara pasti sudah memakinya dengam kalimat 'lo ngapain kesini? Lo pikun bego atau gimana, lo itu gak punya duit!'

Haduuhh, sebenarnya ia juga tak mau mengeluarkan recehannya walaupun hanya untuk sebungkus mie, tapi perut dan mulutnya sedari tadi minta diisi. Ini gara-gara si Dela, Fanny malah menyalahkan adik tingkatnya itu. Dela tadinya merupakan harapan satu-satunya tapi tadi ketika ia menghubunginya, perempuan itu bilang dia sedang diluar bersama teman-temannya sekaligus hendak menginap.

Karna itulah sekarang ia berada disini, kakinya mengetuk-ngetuk melihat jejeram mie instan didepannya.

Bukk!

Mendengar bunyi benda terjatuh, reflek matanya melihat asal suara. Tapi tak sengaja penglihatannya malah menemukan jodoh orang eh siapa tau jodoh sendiri "masyaallah" gumamnya dalah hati.

Emang ini mata kalo nemu makhluk cakep dikit bawaannya gak bisa napas.

Pria itu mendekat berjalan kearahnya setelah menyimpan benda yang terjatuh tadi, reflek fanny menundukan pandangannya bisa berabe ketauan mandangin sambil bengong begini mah.

Setelah pria itu melewatinya ia pun menghela napas pelan hampir aja.

Setelah makanan yang ia butuhkan sudah terpenuhi--hanya sebungkus mie dan roti, ia berjalan kearah kasir untuk membayarnya.

Selesai dengan pembayarannya, ia berjalan menuju pintu tapi sebelum itu ia sempatkan untuk melihat kembali pria tadi.

*******

Vano berjalan keluar dari mini market yang tak jauh dari rumahnya. Keningnya mengerut saat meliat gadis berhijab instan ukuran besar dengan rok dan cardigan sedang berjalan ia berfikir gadis itu siapa setaunya di daerah kompleknya tidak ada gadis berjilbab syar'i. Pria itu mendengus ngapain juga harus memikirkan yang tak penting seperti itu buang buang waktu.

Ia melajukan motornya walaupun rumahnya deket tetep saja ia malas untuk berjalan kaki.

***

To be continued~

PLANO (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang