6. siapa?

7K 529 4
                                    

Libur kuliah emang sangat cocok bagi manusia penikmat dan pemburu rebahan sepertinya. Selepas salat dan ngaji tadi. Ia sekarang sedang rebahan sambil nonton film di laptop.

Apalagi kemarin ia baru sampai dikampung halamannya ini.

Ting

Terdengar tanda pesan pasuk mengalihkan atensinya dari laptop ke hp ia melihat siapa yang mengirim massage pagi pagi gini.

Ia melihat mama widia di terpampang disana

Ma widia
Ini nomer aldrich
+68237******, kalo kamu butuh apa apa tinggal hubungi aja calon suami kamu. Buat pedekate juga gkpapa.

Kiranya itu pesan yang dikirim Widia.
"Hubungin apanya yakali gue duluan. Minta bantuan lagi emang gue siapa," ia menggerutu heran pada tetangganya itu.

Ia memang calonnya tapikan masa iya dirinya harus SKSD. Iya kalo itunya welcome lah ini, ngomong aja kemarin muka asem gitu.

Tapi, ia tak boleh berputus harapan masa iya dirinya harus berumah tangga dengan orang asing. Apa ia harus .. Ia tertawa dalam hati seperti mulai memiliki ide.

*****

Pria itu menghentikan lari kecilnya mengusap peluh dengan handuk kecil yang melingkar di leher.

Ia memutuskan ke supermarket untuk membeli munuman.

Saat sudah keluar ia melihat perempuan yang tak asing baginya.

"Vin?" Panggilnya

Merasa ada yang memanggil namanya wanita itu berbalik, matanya membola melihat sahabatnya itu.

"Eh aldrich, lo ngapain disini,"

Aldirch tak menjawab ia hanya menunjukan botol yang dibelinya. Wanita itu mengangguk mengerti dilihat dari penampilannya sepertinya cowok jangkung ini sehabis olahraga.

"Lo sama siapa?" Aldrich bertanya.

"Sendiri aja si."

Aldrich hanya mengangguk.
"Eh lo gk buru buru kan?" Ia teringat sesuatu untuk menginformasikan perihal perjodohan yang dialaminya.

"Enggak, emang kenapa?"

"Duduk dulu, disitu."

Ia menunjukan kursi yang di sediakan, kemudian berjalan diikuti Vina dibelakangnya.

"Jadii?" Vina berujar seraya menaikan alisnya karna Aldrich tak kunjung bicara.

"Santai dulu lah," Aldrich mencoba mebuka basa basi. "Gimana kuliah lo?"

"Yaa okee. Bulan depan juga tinggal wisuda."

"Wah, sama dong,"

"Beneran? lo wisuda bulan depan juga dibandung?" Aldrich mengangguk.

"Yah, sayang banget kirain bakal dateng lo diwisuda gue,"

"Yah mau gimana lagi." Aldrich mengidikan bahu.

"Iya gak papa santai aja kali" Vina terkekeh kecil saat melihat raut tak enak yang ditampilkan Aldrich.

Hening.

"Ekhemm" Aldrich menetralkan suaranya untuk memulai berbicara serius, momen ini mungkin pas untuk memberi tahu sahabat ceweknya ini tentang rencana pernikahan dirinya. Vina menoleh dengan raut penasaran ketika raut wajah cowok itu terlihat sedikit gugup.

"Gue, mau nikah,"

Penuturan yang tiba-tiba itu berhasil membuat cewek dengan rambut sebahu itu terkejut setengah mati, Vina bahkan melotot kearahnya kentara kalo ia sangat terkejut.

"Lo..." Vina bahkan tak bisa berkata-kata lagi. Sangking tiba-tibanya dan tak percaya. Karena selama yang ia tahu Aldrich tak memiliki kekasih, jadi bagaimana bisa.

"Ya, gue serius. Gue dijodohin sama nyokap, mau nolak tapi gak bisa."

Vina berusaha menetralkan jantungnya yang tiba-tiba serasa ada benda tak kasat mata yang menghantam jantungnya.

"Sorry,"

Vani menoleh mendengar ucapan maaf itu.

"Gue tau lo suka sama gue. Makanya gue minta maaf," Vina tersenyum tipis. Bener dugaannya, selama ini Aldrich pasti tau kalau ia mencintainya.

"Its okay," Vina mingangkat bahunya acuh. "Gue lega kalo lo tau perasaan gue." ia tersenyum tipis walaupun hati kecilnya merasa sedikit tersentil.

Sekarang Aldrich yang kebingungan harus ngomong apa.

****

+6281*****
Assalamualaikum

Aldrich baru selesai membersihkan diri, ketika pesan dari nomor tak dikenal itu masuk.

Ia menjawab salam dalam hati.
Pesan pertama dikirim pukul 07:00. Dilanjut dengan pesan kedua 15 menit setelah pesan pertama.

Cuma mau tanya, istri idaman mas aldrich seperti apa ya?
Mau memantaskan diri:)

Ia bertanya tanya siapa gerangan wanita gila pagi-pagi seperti ini sudah menanyakan tentang istri idaman. Dan darimana ia mempunyai nomor dirinya.

Aldrich
Siapa?

Tidak ada balasan, baru saja setelah ia memutuskan kembali meletakan benda pipih tersebut benda itu bergetar menandakan ada pesan masuk.

+6281*****
Istri idaman mas aldrich kaya gimana?

Aldrich berdecak kesal siapa si orang gila ini. Tidak ada kerjaan sama sekali. Ia memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut dan memilih untuk mendatangi orang yang menurut ia pelaku penyebaran nomer handphonenya.

Sedangkan dilain tempat wanita itu terkikik geli Setelah dirasa tidak ada balasan lagi ia memutuskan untuk menyimpan hpnya kembali dan duduk di kursi rias.

*****

Aldrich menatap ketiganya dirasa Aldi tak memungkinkan. Ia menatap Gibran dan Raynald intens.

"Eh biasa aja dong tu mata, gue colok juga ya," kata Raynald karna tak enak ditatap seperti itu.

"Ck, jujur deh diantara lo berdua kan yang nyebarin nomer gue?!" Aldrich menuntut pengakuan para sahabatnya. "Ngaku gak lo?!" Lanjutnya. Aldrich mendesak karena kedua sahabatnya terlihat kebingungan.

Sedangkan kedua lawan bicaranya saling tatap dengan mengernyit dahi tak mengerti.

"Dih apaan si lu gak jelas banget, pake nuduh nuduh," ujar Raynald tak terima.

"Kata guru ngaji gue fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Tau gak lo?"

"Ck. Terus siapa lagi kalo bukan kalian. Kalian kan yang suka tuker nomer gue pake kuaci atau permen karet," Aldrich masih inget kelakuan kedua curutnya ini waktu masih duduk dibangku SMA.

"Eh dodol itu dulu, lagian sekarang kita juga udah glow up kali ngapain masih ke elu kalo kita juga masih ada, ya gak," ujar Raynald yang dibalas anggukan oleh Gibran.

Aldrich memutar bola mata malas. Terus kalo bukan mereka siapa coba. Tak banyak orang yang tahu nomor pribadinya.

"Emang kenapa si." ujar Aldi yang sedari tadi menyimak perdebatan kecil sahabatnya.

Aldrich memperlihatkan hpnya yang memperlihatkan  isi chat aneh itu.

Ketiganya terkikik geli membacanya.

"Gitu doang juga, lagian gak sampe ganggu juga kan?" Mereka nampak tak memperdulikan rasa penasaran Aldrich. Menurut mereka Aldrich memang terlalu melebih-lebihkan saja.

"Ya tetep aja gue penasaran."

Sepertinya memang keputusan salah untuknya bercerita pada mereka.

****

To be continued ~~

PLANO (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang