Hidup Zhanzhan yang awalnya sudah sulit kini menjadi kian pelik. Sejak berita soal dirinya menjual diri pada bos bos kaya di pesta tersebar, orang-orang yang sebelumnya menganggap bahwa eksistensinya tak nyata, sekarang bahkan sudah menyadari keberadaanya walau masih dalam jarak seratus meter sekalipun.Beragam reaksi akan mereka tunjukkan, ada yang memandang iba sekaligus penuh rasa ingin tau,ada yang menggunjing, ada juga yang memperlakukan seolah Zhanzhan adalah kuman menjijikkan yang wajib dihindari. Dan dua golongan terakhir inilah yang paling sering dijumpai. Membuat hari-hari Zhanzhan menjadi lebih mengerikan dari pada di neraka. Dia bahkan tidak berani keluar kamar, kecuali malam hari, itupun dengan baju tebal yang nyaris menutupi setiap jengkal kulitnya.
Dan di tengah segala kekacauan ini, Zhanzhan harus menerima satu lagi berita buruk. Dia dipecat dari pekerjaan paruh waktu, karena mangkir dari tugas lebih dari seminggu tanpa kabar. Tentu saja ini adalah salahnya, hanya saja kini Zhanzhan mulai menatap khawatir pada angka yang tertera di rekeningnya.
Dengan uang yang tersisa, pria malang ini yakin bahwa beberapa bulan kedepan perutnya akan benar-benar terancam diisi dengan berbagai varian mie instan dari pagi hingga ke pagi lagi. Walau urusan makan ini masih bisa diabaikan karena ia sudah terbiasa, Zhan masih harus memikirkan bagaimana caranya ia mengirim uang bulanan pada orang tuanya di kampung jika ia tidak punya penghasilan?
Zhanzhan menghembuskan nafas berat, ia memijat pelipisnya berulang kali. Kepalanya mulai sakit karena sejak tadi dipaksa terus menerus memikirkan jalan keluar, walaupun lagi-lagi ia menemui jalan buntu. Tidak ada seorangpun yang bisa ia mintai tolong. Zhanzhan hanya punya Tabi, tapi sejak pertemuan terakhir mereka yang berujung pertengkaran, kekasihnya itu belum menampakkan wujudnya lagi.
Tampaknya, kali ini Rapper Bigban itu benar-benar marah, mengetahui Zhanzhan menghabiskan waktunya seminggu bersama pria asing. Walau rindu, Zhanzhan juga enggan menghubungi duluan, dia masih kecewa dengan sikap Tabi yang seolah menyalahkan keputusannya yang memilih kabur dari si tua bangka Wen Qirong alih-alih bersedia 'menemani' pria tambun itu minum-minum.
Tapi kini tanpa Tabi, Zhanzhan makin putus asa, ia berbaring resah di ranjang tua yang setiap kali ia bergerak akan berderit berisik. Di telinganya terpasang earphone yang sedang memutar lagu milik Skinny Brown feat ASH ISLAND, 'If I Die"yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya.
Ia bergumam lembut, mengikuti lirik sambil memejamkan mata.
If I die tomorrow it'd be a holiday
Lagu sudah berganti beberapa kali, namun Zhanzhan hanya mengulaingi bagian itu. Tatapannya menerawang kosong, walau benaknya meronta riuh.
"Harus kah aku mati saja, agar semua penderitaan ini berakhir?"
"Kalau aku mati besok, apa semua ini selesai?"
"Lalu adakah cara mati yang mudah dan tidak sakit?"
"Tapi jika aku mati, siapa yang akan mengirimi ayah dan ibu uang, mereka sudah tua dan hanya bersandar kepadaku."
Zhanzhan menghela nafas berat, dia bangkit dari posisi berbaringnya, lalu duduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan yang gemetar dingin. Dia ingin menangis, tapi tidak ada air mata yang keluar membuat dadanya sesak , perasaan ingin menghilang ini kian merasuk, membelit, dan menyiksanya.
Andai saja dia bukan satu-satunya anak yang dimiliki kedua orang tuanya!
Tiba-tiba play list yang sedang terputar berhenti, di layar tertera sederet nomor asing sedang memanggil. Membuat Zhanzhan mengerutkan kening, gusar. Ia tertegun sejenak, membiarkan benda pipih persegi itu bergetar. Dia takut bahwa ini adalah orang yang sama dengan orang-orang yang kerap menerrornya. Karena sejak peristiwa itu, kata-kata kasar penuh hinaan dan ancaman, serta panggilan di tengah malam buta tidak pernah absen wara wiri menghiasi layar ponselnya.
Panggilan usai dan playlist kembali berputar. Zhanzhan menghembuskan nafas lega. Tapi tak lama, nomer yang sama kembali memanggil.
Kali ini Zhanzhan memberanikan diri menjawab, perasaannya mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Dan benar saja, itu adalah panggilan dari orang kepercayaan CEO Long Dhani. Sepertinya petinggi Wajijiwa itu memutuskan bahwa masa tenang yang ia beri untuk Zhanzhan telah selesai, dan sekarang gilirannya menuntut balas.
Dan di sini Zhanzhan sekarang, berdiri kaku menghadap wanita setengah baya yang menatapnya bengis. Suhu pendingin ruangan di kantor CEO ini membuatnya makin membeku, ia bahkan merasa tak sanggup walau hanya untuk memutar bola mata.
"Kau tau untuk apa aku memanggil mu kemari?" Suara tenang penuh aura mengintimidasi itu menembus gendang telinga Zhanzhan, membuatnya mengangguk takut.
Long Dhani menyeringai jijik, "Kau jelas tau apa yang telah kau perbuat. Kau juga jelas tau betapa tidak berbakatnya dirimu, dan aku sudah berbaik hati memberi mu kesempatan untuk sukses, tapi kau malah dengan bodohnya menyianyiakan itu. Kau pikir berapa kerugian yang harus aku tanggung, karena sikap kurang ajar mu pada Wen Qirong?!"
"..."
"3 Milyar! Itu bukan jumlah yang sedikit, bahkan jika ditukar dengan nyawa busukmu, tetap tidak mampu untuk membayar setengah dari kerugian ku!" Pekiknya sembari menggebrak meja.
"..."
Zhanzhan masih membisu, lidahnya kelu, ia tidak tau harus menjawab apa. Karena sejujurnya, tanpa harus Long Dhani ingatkan, Zhanzhan juga tau kalau seluruh yang ada dirinya tidak berguna.
"Aku tidak ingin banyak kata, melihatmu di sini membuat mataku sakit, sekarang, tanda tangani ini!" Titah Long Dhani angkuh sembari mengayunkan selembar kertas berisi perjanjian pembatalan kontrak dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Zhanzhan mendekat, membaca dengan seksama. "6 Milyar?! Nyonya, bukan kah kau bilang kerugian mu hanya 3 Milyar?" Tanya Zhan setelah susah payah memeras tenggorokan, begitu melihat perjanjian dalam kertas putih di genggamannya.
"Menurutmu selama bertahun-tahun kau tinggal di sini, makan tidur dengan nyaman, memakai fasilitas mewah sesuka hati, itu semua diberi secara cuma-cuma?Kau kira, aku sedang membuka badan amal? Kau pikir agensi ini milik nenek moyang mu?!" Sembur Long Dhani dengan bola mata nyaris melompat keluar dari rongganya.
Zhanzhan menelan ludah getir, 6 Milyar! di mana ia harus mencari uang sebanyak itu. Walau di sini tertulis dia diberi jangka waktu enam bulan untuk melunasi, Zhanzhan tetap gusar. Karena jangankan enam bulan, bahkan jika ia menghabiskan waktu seumur hidup untuk bekerja keras, Zhanzhan yakin dia tetap tidak akan bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.
Namun, di bawah pelototan Long Dhani mau tak mau jari kurus yang memegang pena dengan gemetar itu bergerak menorehkan tanda sepakat atas perjanjian timpang, yang menguntungkan Wajijiwa.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionKalau aku menghilang apakah semua akan usai? ⚠️Triger Warning⚠️ Self harm Bullying Suicide 21+