Sesungguhnya, Zhanzhan sudah menduga bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi jika dia berani menolak perintah para petinggi. Apalagi ia sampai mempecundangi orang seperti Wen Qirong, direktur utama dari Wen Group yang memiliki banyak anak usaha yang menggurita.
Mereka tentu tidak akan duduk diam dan membiarkan Zhanzhan melenggang lolos begitu saja.
Meski begitu, Zhanzhan masih sedikit bersyukur, tuntutan 6 Miliyar dari Wajijiwa ini bukanlah apa-apa dibanding dengan segala kemungkinan mengerikan yang bisa saja terjadi. Seperti, dia tiba-tiba dibuat lenyap lalu dijual ke pasar gelap untuk dijadikan budak seks, atau dipaksa untuk menjadi porn star, seperti yang biasa dia lihat di berita.
Zhanzhan tentu saja bisa melaporkan percobaan pemerkosaan dan pemerasan yang menimpa dirinya ini ke kantor polisi. Tapi, dia bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan Wen Qirong atau Long Dhani. Dia hanya anak yang baru akan menginjak usia sembilan belas tahun, dari keluarga miskin yang merantau ke kota untuk menggapai impian, walau akhirnya mimpi itu harus kandas bahkan sebelum dimulai.
Jika dia nekat melapor, alih-alih meringkus si bejat Wen Qirong keadaan justru bisa berbalik menjadi Zhanzhan yang dijebloskan ke penjara, bahkan hingga membusuk di sana. Dengan tuduhan menyerang sang direktur dan mangkir dari pekerjaan padahal sudah menerima setengah dari pembayaran yang disepakati.
Walau faktanya tidak seperti itu, tapi dengan uang dan kekuasaan yang dimilikinya, pria tambun jelek itu lebih dari mampu untuk merubah yang putih menjadi hitam begitu juga sebaliknya. Belum lagi, hukum timpang di Negara ini yang hanya akan berpihak pada orang-orang yang berdompet tebal seperti Wen Qiren.
Jadi, walau dengan berat hati Zhanzhan terpaksa menyanggupi untuk membayar kerugian dua kali lipat. Meski dia sendiri tidak tau, kapan uang sebanyak itu akan terkumpul. Pasalnya, tinggal dua minggu lagi dari waktu yang diberikan, tapi uang yang Zhanzhan dapat bahkan masih jauh dari angka seratus juta.
Ya mau bagaimana lagi, walau nyaris 20 jam dalam sehari ia gunakan untuk berkeliling mengerjakan segala pekerjaan paruh waktu. Tapi, penghasilan yang dia dapat tidaklah banyak. Itupun, masih harus dibagi untuk makan, untuk orang tua di kampung dan untuk membayar sewa kamar sederhana.
Karena setelah Zhanzhan menandatangani surat pembatalan kontrak beberapa waktu lalu, secara teknis dia bukan lagi traine Wajijiwa, yang itu sama artinya dia kehilangan tempat tinggal. Dia tidak boleh lagi menempati asrama yang selama ini menjadi saksi bisu tentang betapa berat perjuangannya.
Kini Zhanzhan tinggal di pusat kota Beijing, di tengah-tengah kota yang nyaris tidak pernah tidur itu, dia menempati sepetak kecil kamar kumuh yang hanya muat untuk menampung satu kasur usang dan sedikit ruang untuk menaruh baju-bajunya. Tidak ada kamar mandi di dalam, jika ia ingin buang air dia harus berjalan lurus, di ujung koridor ada beberapa kamar mandi yang kondisinya mengenaskan. Gelap, suram, berlumut dan kualitas airnya buruk, begitupun jika ingin memasak, tak jauh dari wc umum itu ada juga dapur yang bisa digunakan bersama oleh penyewa. Kompor-kompor berkarat terlihat berjejer, sisa-sisa minyak menempel mengotori dinding, sementara di sudut tikus besar tengah sibuk mengais kotak sampah. Zhanzhan selalu menahan mual setiap menginjakkan kaki di sana.
Walau dulu asrama wajijiwa hanya punya satu tempat tidur tua yang sering berderit berisik, namun masih memilik kamar mandi layak di dalam dan dapur yang bagus. Tapi tentu saja, dia tidak bisa mengharapkan fasilitas bagus dari tempat kumuh di ujung gang dengan harga sewa paling murah seperti ini.
Zhanzhan harus puas dan bersabar, yang penting ia masih memiliki tempat bernaung dari panas dan hujan saat ia pulang bekerja. Meski kadang tidur nyenyaknya sering terganggu dengan kawanan tikus, yang berlarian melintas di bawah kakinya.
Seperti malam ini, tapi bedanya kali ini bukan tikus.
Zhanzhan yang baru saja menghempaskan tubuh di kasur, setelah seharian lelah bekerja di bawah terik matahari, menjadi tenaga serabutan yang bertugas mengangkat material bahkan mengaduk semen untuk pembangunan gedung pencakar langit milik Yeuhua ent, yang katanya akan dijadikan hotel. Tiba-tiba dia dibangunkan dengan gedoran yang hampir membuat pintu tripleks usang itu terlepas dari engselnya. Dengan susah payah Zhan menyeret langkah, sambil mengutuk tamu tak diundang yang datang mengganggu di malam buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
FanfictionKalau aku menghilang apakah semua akan usai? ⚠️Triger Warning⚠️ Self harm Bullying Suicide 21+