p

2.4K 384 32
                                    

SILAHKAN SKIP, KARENA SEBAGIAN BESAR ISINYA CUMA MANTAF MANTAF

Rencana bersantai di atas ketinggian sepertinya terancam batal, karena hingga sore menjelang cuaca tidak kunjung membaik. Zhanzhan melipat bibirnya kesal, dia sudah membayangkan akan bersenang-senang melihat keindahan tempat ini sambil melayang bagai burung di udara. Tapi mendung yang menggelayut sejak tadi menggagalkan segalanya.

Dia sungguh kecewa!

"Kalau cuaca membaik satu jam dari sekarang, kita tetap bisa bermain ge. Ini belum terlalu sore." Yibo yang melihat Zhanzhan begitu berduka, mencoba menghibur.

Zhanzhan mengangguk sembari menengadah menatap ke atas. "Semoga saja, langit segera cerah." Ujarnya penuh harap.

Baru saja kalimat itu lolos dari bibir Zhanzhan, guntur menggelar keras seolah menjawab. Awan hitam menumpahkan bulir-bulir airnya, semakin lama semakin banyak. Hingga membentuk genangan dimana-mana.

Bahu Zhanzhan melorot, pupus sudah harapannya. Dia kesal sekali! Sebelum kemudian matanya menangkap Yibo yang berlari riang di bawah air hujan. Kaus putih yang ia gunakan basah, memperlihatkan otot perut yang terlihat seperti roti dengan delapan kotak.

Zhanzhan terpukau, kelereng indahnya sedikit menyipit. Dia mengamati dari kejauhan sembari bergumam dengan jari telunjuk dan ibu jari menopang dagu."Kenapa selama ini dia menyembunyikan tubuhnya? Sayang sekali, itu bahkan lebih bagus dari milik Tabi." Namun, seolah sadar pria tampan itu segera menggeleng sambil menepuk-nepuk pipinya, hingga meninggalkan jejak merah samar. "Oh... apa yang aku pikirkan. Kenapa aku harus membandingkan Tabi dengan bocah itu. Aku pasti sudah gila." Rutuknya. Meski bibirnya sibuk mengomel, tapi matanya sesekali masih mencuri pandang.

Seksi sekali! Seru batinnya.

"Gege kemari!"

" ..."

Zhanzhan tak bergeming, ia melengos salah tingkah, berharap Yibo tidak memergoki matanya yang menatap 'lapar'.

"Gege jangan hanya melihat, ayo kemari." Panggil Yibo sambil memercikkan air ke arah Zhanzhan yang menghindar.

"Aku takut air, Yibo-"

Yibo menulikan pendengaran, dia tidak menerima penolakan. Sambil tertawa dia menarik tangan Zhanzhan, mengajaknya menikmati hujan menari,melompat, berlari dengan gembira.

Satu jam kemudian.

"Gege, kau bisa sakit kalau terlalu lama bermain air hujan." Kalimat itu, sudah Yibo ucapkan berulang kali dan sebagai jawaban Zhanzhan akan berputar bagai penari balet profesional.

"lima menit lagi." kalimat itu juga sudah Zhanzhan ucapkan lebih dari sepuluh kali.

Yibo menggertakan gigi gemas, ia sedikit menyesal sekarang telah memulai permainan konyol ini. Tadinya, ia hanya ingin menghibur Zhanzhan yang tampak begitu kecewa karena gagal terbang seperti burung. Tapi, siapa sangka Zhanzhan ternyata begitu mencintai air. Ia tidak mau berhenti meski bibirnya kini mulai membiru. Kedinginan.

Yibo takut, jika bertahan di bawah guyuran air hujan lebih lama si cantik berwajah sendu ini akan jatuh sakit. Jadi kali ini, alih-alih memanggil dengan sabar Yibo segera menarik nyaris menyeret Zhanzhan. "Gege ayo masuk." Ujarnya. Tapi, karena tarikan yang sedikit kencang membuat Zhanzhan terpeleset, tanah yang berlumpur membuat pijakannya goyah. Yibo yang tak siap juga ikut terjerambab jatuh menimpa tubuh ringkih Zhanzhan.

Untitled Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang