w

2.6K 382 157
                                    

Sinar lampu tiba-tiba menyala, membuat Zhanzhan refleks mengangkat jemari dan menutupi wajah. 

"Ugh.." Keluhnya dengan mata yang menyipit nyaris tertutup. 

"Apa yang kau lakukan dengan tidur di sini?! Kau tidak suka kamar barumu?" Tanya suara bariton yang segera membuat Zhanzhan sepenuhnya terjaga. 

Dia menoleh ke sekitar dan mendapati ruang tamu yang lengang, hanya ada mereka berdua di sini. Dia termangu sesaat dengan pikiran linglung, kemana? Kemana gadis cantik yang menunggangi Yibo tadi? Apakah itu hanya mimpi? Tapi rasa sakit yang sekarang meremat dadanya ini terlalu nyata. 

"Zhan Ge, ada apa?" Yibo lagi-lagi menginterupsi suara-suara kacau yang bersahutan di dalam pikiran Zhanzhan. "Ada apa? Kau sakit? wajahmu pucat sekali."

Zhanzhan menggeleng, sambil tanpa sadar menghindari tangan besar Yibo yang sudah terulur  meraba kening nya, untuk memeriksa suhu. "Aku… Baik-baik saja." Jawabnya pelan nyaris seperti bisikkan. 

Sementara tangan Yibo kini mengapung di udara, sebelum kemudian ditarik kembali dengan canggung. Hal ini membuat suasana di antara mereka menjadi semakin aneh. Zhanzhan tidak lagi berani mengangkat kepalanya,diam-diam dia merasakan aura kemarahan yang menguar. Hingga akhirnya Yibo memutuskan berlalu sambil mendengus dan dari ekor matanya Zhanzhan bisa melihat bahwa kerah pada setelan mahal yang Yibo pakai tampak kotor bernoda merah, seperti lipstik yang sedikit luntur terkena air hujan. 

Di luar badai masih mengamuk, ranting pohon melambai mengetuk jendela menghasilkan irama menjemukan yang mengganggu. Sementara di dalam, dua insan itu juga tampak serupa dengan dahan yang terombang ambing diterbangkan angin, pikiran mereka berkecamuk dengan batin bergemuruh bingung penuh tanya. 

🐣 🐣 🐣 

Kicau burung membangunkan Zhanzhan dari tidurnya yang singkat di keesokan hari. Dengan langkah tertatih dia berjalan menuju jendela besar yang masih tertutup tirai abu-abu gelap. Dari luar, cahaya suram dari pagi yang mendung segera menyusup masuk begitu kain lembut itu tersingkap. 

Zhanzhan tidak membuka semua, hanya menyibak sedikit lalu  mengintip dari ketinggian lantai dua rumah mewah itu, bagai seorang pesakitan yang menanti hukuman di dalam penjara.

Dia tertegun sejenak, begitu melihat pantulan wajahnya yang membayang di kaca jendela yang berembun. Rambut hitamnya tampak lebih panjang dari yang terakhir kali ia ingat, begitu juga lingkar matanya yang  semakin gelap dan lebar. Tantu saja hal itu karena semalam dia nyaris tidak bisa memicingkan mata, bayangan adegan percintaan intim Yibo dengan sang tunangan terus menari di benaknya setiap kali netra indahnya terpejam. 

Membawa perasaan sakit menusuk hati, memberi ilusi bahwa jantungnya telah remuk di remas tangan-tangan besar tak kasat mata. 

Zhanzhan baru bisa tertidur setelah dengan sengaja membenturkan tempurung lututnya, ke pinggiran ranjang yang terbuat dari besi kokoh kualitas terbaik. 

Suara retakkan disertai sakit dan ngilu dari tulangnya yang terkilir, pelan-pelan memulihkan kewarasannya dari kebingungan yang sebelumnya mendera. Meski karena hal itu, sekarang dia tidak bisa berjalan dengan benar. 

"Tuan, waktunya sarapan. Tuan muda Wang, sudah menunggu di meja." Kata pelayan dari luar kamar, setelah sebelumnya ia mengetuk pintu dengan pelan. 

Zhanzhan menoleh, lalu menjawab, "Baiklah."

Setengah jam kemudian, Zhanzhan melangkah menuruni tangga. Wajah yang sebelumnya tampak kuyu itu kini terlihat bersinar. Rambutnya yang memanjang hingga ke pangkal leher terlihat lembab dan menempel di kulitnya yang seputih giok, membuat hati Yibo yang tengah duduk dengan mata menatap tajam nyaris tak berkedip terasa gatal. Dia ingin mengulurkan tangan dan menyingkirkan helaian laknat yang sudah berani menempel erat di kulit Zhanzhan. 

Untitled Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang