3

1.1K 161 3
                                    

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

U T U H

.

.

mereka adalah dua yang separuh

berharap dengan bersatu

mampu menjadi utuh

.

.

.

happy reading!

.

Hinata tengah berupaya menata keluar seluruh barang sisa pindahan dari dus-dus berlabel di hari Sabtu yang cerah ketika tiba-tiba Hanabi datang. Adiknya itu muncul dari balik pintu apartemen dengan wajah ceria, berkata bahwa ia sengaja datang tanpa peringatan untuk memberinya kejutan dengan sekotak cinnamon rolls kesukaan Hinata di tangan.

Mereka berbincang seraya melangkah memasuki kediaman baru si sulung Hyuga. Dan ketika Hanabi melihat masih ada tumpukan kardus yang tersebar di ruang tengah apartemen Hinata, gadis itu mencebik sambil melihat kakaknya. Ia melontarkan omelan singkat, berkata bahwa seharusnya Hinata meneleponnya untuk membantu membereskan segala kekacauan ini bila memang butuh tambahan tangan guna merapikan tempat tinggal yang hampir seminggu penuh sudah ia tinggali.

Mendengar celoteh Hanabi, Hinata cuma bisa menyunggingkan senyum simpul. Ia lalu berkeras menyatakan bahwa sesungguhnya bisa mengatasi segalanya sendiri jika diberi waktu lebih, hal yang kemudian dibalas Hanabi dengan tatapan tajam sambil berkacak pinggang. Si bungsu meletakkan kotak cinnamon rolls yang ia bawa di atas meja makan Hinata dan menggulung lengan bajunya sebatas siku. Tanpa banyak pertimbangan, ia kemudian membongkar perabot Hinata dari dalam dus dan turut serta menyusunnya tanpa diminta. Dan jadilah mereka bekerja sama untuk memberantas pernak-pernik sisa pindahan itu dari apartemen Hinata.

Keduanya masih berupaya menyusun segala perabotan Hinata hingga beberapa jam setelahnya. Dan mengingat tabiat Hanabi yang tak bisa membiarkan tangan bekerja tanpa iringan kata, tentu saja upaya tersebut tak diliputi sepi. Si bungsu Hyuga kerap melontarkan komentar disana dan sini, kadang bahkan turut menuturkan gosip-gosip yang didengarnya dengan mata berkilat geli. Hal yang seringkali Hinata sahuti dengan tawa ringan serta gelengan kecil.

Ketika Hanabi membuka dus terakhir yang tersisa, ia baru saja menyelesaikan satu gosip dan hendak berpaling menuturkan gosip lain, namun suaranya hilang dengan tiba-tiba. Gadis itu bungkam dan ekspresinya yang semula tampak jenaka langsung mengeras, membuat Hinata yang awalnya mendengar ocehan Hanabi dengan seksama turut serta mengangkat kepala untuk memandangnya.

Mata Hanabi terpaku pada barang di dalam dus, melemparkan sorot yang tak terbaca. Selang beberapa saat, meski jelas ada keraguan yang menyambangi air mukanya, gadis itu kemudian bersuara dalam kekikukan yang berusaha keras disembunyikan, "Apakah barang-barang ini masih ingin disimpan?"

Hinata mengerutkan dahi ketika mendengar pertanyaan Hanabi, separuh bingung. Ia meletakkan dus kosong dalam genggaman di tumpukkan sampah daur ulang sebelum kemudian bangkit dari posisinya di seberang ruangan dan mengambil langkah ke sisi adiknya. Barulah ia paham alasan perubahan atmosfir yang mengelilingi Hanabi ketika mampu melihat yang dimaksud oleh sang adik.

Adalah pigura dalam berbagai macam ukuran yang memuat dirinya bersama sang mantan suami yang bersarang di dalam dus itu. Pigura yang berada paling atas, dan satu yang paling mungkin mencuri perhatian Hanabi sendiri adalah pigura yang memuat momen istimewa Hinata empat tahun silam. Momen itu diambil di hari pernikahannya, dimuat dalam bingkai cantik berwarna silver dengan ukiran rumit nan estetik. Disana baik dirinya maupun Naruto tampak begitu bahagia, terpancar jelas dari wajah keduanya yang berseri. Dan dalam sekali pandang, Hinata segera tahu mengapa Hanabi bungkam. Karena bila dengan melihat pigura itu saja mampu membuatnya berjengit dan samar bertanya dalam retoris tentang bagaimana mereka sampai ke titik ini, maka pastilah Hanabi juga tak jauh beda.

U T U H [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang