7

812 146 7
                                    

U T U H

.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

.

mereka adalah dua yang separuh

berharap dengan bersatu

mampu menjadi utuh

.

.

happy reading!

.

Hinata tidak tahu persis bagaimana kini ia bisa terduduk di salah satu ayunan kecil yang terletak di halaman belakang Home of Hope. Lebih-lebih dengan Sasuke yang berdiri dalam radius kurang dari satu meter di sebelahnya, bersandar pada salah satu tiang ayunan dengan kasual sementara matanya melempar pandang kepada para penghuni remaja panti yang tengah berlarian dalam alur permainan sepak bola.

Satu yang wanita itu pahami hanyalah bahwa lepas pertemuan mereka di koridor tadi, Sasuke tiba-tiba menjulurkan sebelah lengan ke arahnya dengan senyum jenaka yang menggoda dan kontan membuatnya merona. Lalu tanpa sempat mencerna, serta salah tingkah bak remaja akibat pertanyaan menyudutkan yang sempat ia lontarkan sebelumnya, dengan polos akhirnya ia mengamit lengan pria itu dan mengikuti langkahnya tanpa bertanya.

Mereka menyusuri koridor panti tanpa suara, dan bahkan berputar menuruni tangga dalam diam. Sebatas berjalan bersisian dalam ritme seirama meski pikiran jelas larut entah kemana, sama seperti biasanya. Namun seperti biasa juga, kesunyian selalu terasa tepat bagi keduanya, seolah warna transisi yang lembut menyatukan dua penyendiri dalam kombinasi yang mumpuni. Tidak menjemukan apalagi menakutkan.

Maka ketika entah bagaimana Sasuke tiba-tiba membawanya ke halaman belakang bahkan tanpa sepatah kata sempat diutarakan, ia tidak keberatan. Pria itu berjalan ke tepian, memilih bersandar pada tiang ayunan dalam sepi yang agaknya tak akan dipatahkan dalam waktu singkat. Sementara ia memilih untuk menghempaskan tubuh di kursi ayunan, bergoyang seiring embus angin yang samar menghantarkan panas mentari serta aroma embun pagi yang menguar lamat.

Dalam diam yang menyelimuti keduanya, Hinata melempar pandang ke arah para remaja dan gelombang nostalgia serta merta menderanya. Pemandangan ini tak begitu asing sebab sudah puluhan kali ia menyaksikannya. Para remaja berlarian di bawah cerahnya mentari pagi dengan peluh yang membanjir serta tawa yang tak kunjung henti. Hanya saja kini tanpa kehadiran Naruto di antara mereka rasanya ada sesuatu yang kurang dalam momen yang tereka. Dan memikirkan itu samar membuat perutnya melilit akibat sengat arus memori yang tak seharusnya ia ingat-ingat lagi.

Dengan gusar, ia mengalihkan pandangan pada tanah di kakinya, berusaha memfokuskan pikiran pada segala hal yang terlintas selain sosok pria pirang dengan kulit tan serta mata sebiru lautan. Bola matanya bergulir dari satu hal ke hal lain, hingga kemudian mencuri pandang melalui ekornya pada Sasuke. Pria itu masih bergeming di tempatnya dengan kedua tangan yang entah sejak kapan menyusup dalam saku celana. Pandangannya lurus ke depan, tampak seolah tengah memperhatikan laju permainan meski bila ditelisik secara berkelenjutan sebenarnya tidak demikian.

Sang Uchiha tunggal tengah larut dalam apapun itu yang ada dalam kepalanya. Seolah sedang melakukan perjalanan spiritual entah kemana meski tubuhnya jelas berada disana. Dan untuk pertama kali, setelah beragam momen yang tanpa sengaja dihabiskan Hinata bersama pria itu lepas berita perceraiannya mengudara, kini ia bisa melihat Sasuke sebagaimana ia melihat pria itu sebelumnya. Seorang lelaki muda dengan perangai tak tertebak, lebih menyerupai jelmaan balok es ketimbang manusia pada umumnya dalam segala gestur dingin yang tak terjamah serta upayanya untuk bertahan dalam kesendirian. Dan mau tak mau Hinata tersenyum kemudian. Sebab nyatanya, lepas beberapa temu yang kebetulan dilaku serta konversasi yang digugu tanpa membiarkan prasangka mengganggu, Sasuke tidak begitu.

U T U H [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang