4.5

942 167 7
                                    

U T U H

.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

.

mereka adalah dua yang separuh

berharap dengan bersatu

mampu menjadi utuh

.

.

happy reading!

.

Usai dua manusia yang menjadi wajah dari H-Pharmacy mengayunkan kaki turun dari pusat acara lalu memutuskan untuk berpisah di salah satu meja, Sasuke mendapati sepasang oniksnya tak bisa beralih dari sosok Hinata. Observasi lain yang tak diinisiasi dengan sengaja namun tak serta merta luput dari matanya.

Masih dalam posisi yang tak berubah, enyah sudah segala konversasi membosankan yang mengudara di sekelilingnya, berganti fokus pada sosok Hinata yang baru saja berlalu. Dengan hati-hati, Sasuke membiarkan bola matanya bergulir tanpa harus kentara. Ia mengamati bagaimana jemari Hinata mencengkeram erat tas tangan yang dibawanya sepanjang langkah, lalu memperhatikan tubuh sang jelita berjinjit ketika mengatakan satu kalimat singkat kepada kakak sepupunya sebelum memisahkan diri. Observasinya begitu menyeluruh, sampai-sampai ia bisa menyadari bahwa sekalipun air muka wanita itu kelihatan tenang, tetapi sorot matanya jelas tak berkata demikian.

Permata ametis itu menampakkan sorot lelah yang nyata, jelas terlukis entah karena memang ingin ditunjukkan pada dunia atau justru lolos tanpa sengaja, Sasuke tidak mengetahuinya. Ia tidak bisa membawa deduksinya sejauh itu, mengingat belakangan ini, agaknya ia sendiri kesulitan untuk memisahkan antara sebatas mengetahui atau justru memahami.

Misalnya saja, ia tahu bahwa sepasang tungkainya kini tiba-tiba bangkit usai menuturkan kata permisi, ia juga tahu kemana tungkainya akan menjejak, yang mana adalah mengikuti derap langkah Hinata. Namun sebagaimana tahu dan paham adalah dua hal yang berbeda, ia perlu mendeklarasikan bahwa ia sama sekali tak memahami alasannya berlaku demikian.

Bisa jadi karena rasa simpati yang tanpa sadar ia sembunyikan. Atau bisa jadi juga sesederhana hal primal berupa keingintahuan. Sekali lagi, Sasuke tidak benar-benar paham. Semenjak percakapan singkat yang mereka bagi, agaknya sang wanita berhasil menanamkan intrik pelik, sesuatu yang membuat kepalanya kerap berputar dan kembali pada sosok Hinata karena rasa penasaran tak berkesudahan. Dan cuma ada satu hal yang bisa Sasuke yakini lepas berhari-hari membiarkan bayangan Hinata pulang-pergi di kepalanya, yaitu bila percakapan awal mereka dibuka karena kekhawatiran, tetapi percakapan lain yang menanti di depan adalah bukan.

Ia memandangi tubuh kecil Hinata yang bergerak keluar ruangan, mengikuti jejaknya sambil tetap menjaga jarak. Wanita itu membawanya ke balkon, area kosong yang seringkali digunakan para pria untuk merokok kala penat acara mulai merajalela, lalu berdiri di tepi pagar pembatas seraya melempar pandang jauh entah kemana. Untuk sesaat Sasuke menghentikan langkahnya, berdiam diri dengan tangan yang tenggelam di saku celana sambil memperhatikan dengan saksama.

Tidak ada sesuatu yang drastis. Hinata hanya membisu disana, membiarkan semilir angin menerpa wajah serta helai-helai rambutnya, sementara ia sendiri berkutat dengan isi kepala yang tak bisa Sasuke terka. Namun meski tak bisa mengamati ekspresi sang jelita karena matanya membentur punggung Hinata, ia bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Satu yang terasa mencekik dan menyesakkan. Hal yang membuat sepasang kakinya mengayun lagi.

U T U H [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang