9

864 141 11
                                    

U T U H

.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

.

mereka adalah dua yang separuh

berharap dengan bersatu

mampu menjadi utuh

.

.

happy reading!

.

Hinata baru saja menyelesaikan ritual mandinya ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Masih dengan handuk yang tersampir di bahu dan tangan yang bergerak pelan mengeringkan surai-surai indigonya, ia mendekati ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Mulanya, ia pikir adalah Tenten yang berusaha menghubunginya, mengingat wanita itu berkata akan datang bermalam di apartemennya bersama si kecil Reiji karena Neji sedang pergi melihat keadaan perusahaan cabang H-Pharmacy di luar negeri. Namun dugaannya salah. Alih-alih nama kakak iparnya, yang tertera disana malah nama Sasuke Uchiha, berkedip lambat dan membuatnya mematung sesaat. Butuh lima detik bagi Hinata untuk benar meyakinkan diri dan menerima panggilan pria itu pada akhirnya.

"Halo?" Buka Hinata pelan, alisnya bertaut menanti jawaban dari seberang sambungan, sementara sebelah tangannya masih asyik berusaha mengeringkan rambut dengan handuk yang setia tersampir di bahu.

Sasuke sendiri, dari seberang sambungan, tak langsung menjawab. Dan bila saja pria itu menyahut sedetik lebih lambat, sudah bisa dipastikan Hinata akan jadi satu-satunya yang kembali bersuara. Melontarkan tanya dalam gamam lalu menarik kesimpulan bahwa bisa saja si tunggal Uchiha itu hanya tanpa sengaja menekan kontaknya. Namun kenyataannya tidak demikian, sebab meski ada kegamangan dalam suara baritonnya yang berasal dari seberang sana, Sasuke berujar menyahutinya. Pria itu melemparkan tanya yang langsung ke inti dan tanpa basa-basi, "Apakah kau sedang senggang?"

Alis Hinata bertaut kian tinggi, tidak benar-benar mengerti dengan pertanyaan Sasuke yang menyergapnya. Lantas, separuh linglung, ia menjawab pelan, "Kau bisa bilang begitu, kurasa." Kini kerut-kerut perlahan tercipta di dahinya. "Apakah ada yang bisa kubantu?"

Lagi, Sasuke tak segera menjawab. Ia seolah ragu akan sesuatu, hal yang kontan membuat Hinata menghentikan aktivitasnya untuk memusatkan perhatian penuh terhadap gumaman-gumaman samar yang pria itu timbulkan dari ujung sambungan telepon. Meski tidak bisa menangkap apapun itu yang Sasuke perdebatkan dalam gumamannya, Hinata tak berkomentar. Ia hanya menunggu dengan sabar, sampai lepas detik demi detik berlalu, pada akhirnya Sasuke kembali mematahkan bisu yang membelenggu dengan kalimat yang sepenuhnya audibel, "Aku ada di lobi apartemenmu."

"Eh?" Hinata mengerjapkan mata beberapa kali, kaget. Meski bukan dalam tanya, tetapi Sasuke berhasil menyergapnya lagi. Handuk yang semula ia pegang bahkan kini jatuh dan kembali lunglai melingkari bahunya lantaran ia benar terkejut. Lambat, Hinata masih berusaha mencerna ucapan Sasuke. Kalau-kalau ia salah mengartikan kalimat pria itu dan barangkali ada maksud lain di baliknya. Namun sekalipun otak kecilnya berputar dengan kekuatan penuh, rasanya tak ada makna ganda dalam kalimat sederhana yang pria itu lontarkan. Sasuke memang bermaksud sebagaimana adanya, tetapi karena memang dasarnya Hinata keras kepala, ia tetap memastikan, dalam kalimat Sasuke yang ia ulang dengan perlahan-lahan, "Kau... ada di lobi apartemenku?"

"Bukankah itu yang baru saja kukatakan padamu?" Sasuke terkekeh pelan, dan entah bagaimana Hinata bisa membayangkan kegelian dalam sirat ekspresi pria itu di seberang sambungan.

U T U H [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang