03 | Hari Pertama

77 28 30
                                    

"Ciri-ciri ya? Oh ... Dia memakai jaket kulit warna coklat. Dan badannya kecil. " jawab Lail.

"Kepalanya botak. " tambahku.

"Hmm ... Benar juga. Kepalanya botak licin. " Lail memperjelas ucapanku.
Saat menghina orang, lentur sekali lidah si Lail. Pencuri sampai kena hujatannya juga. Tapi pantas juga sih kalo kena hujatan perih ala Lail, karena memang benar-benar menyusahkan kami berdua.

Si Kesatria laknat tersenyum.

"Wah...kalau orang-orang seperti itu aku tahu keberadaannya saat ini. "

"Beneran?" Tanya Lail dengan wajahnya yang kembali bangkit berseri lagi.

"Kalian berdua ikut aku. " ajak si kesatria laknat dengan melangkahkan kaki meninggalkan tempat ini.

Dia membawaku dan Lail ke daerah pemukiman paling padat di kota kerajaan.

Di sini sangat kumuh.
Sampah-sampah banyak berserakan. Namun hanya jalan utamanya yang banyak orangnya.

Saat kami di ajak si kesatria masuk ke gang sempit dan sesak. Di sini terlihat semakin kumuh dan sepi. Hampir tidak ada yang sedang melewati gang kecil ini kecuali kami bertiga.

Kami bertiga berhenti di depan salah satu bagunan terbuat penuh dari kayu yang berlantai dua.

"Kalian berdua tunggu di luar sini. Biar aku saja yang mengambil tasnya. " perintah si kesatria laknat.

"Oke-oke. " balas Lail.

Si kesatria laknat mendekati pintu rumah ini. Dan dengan keras dia menendang pintunya hingga terbuka lebar. Wow ... Ada tiga orang yang berpenampilan sama persis dengan pencuri tas Lail. Berjaket, dan kepala mereka botak licin. Apa mereka lagi buat grup idol.

"Woee! Tikus-tikus botak. Kemarin sudah ku peringatkan jangan mencuri lagi dan kalian mau menurutinya. Berani sekali kalian kali ini membohongiku. " teriak si kesatria laknat ke para pencuri.

Orang-orang botak itu terkejut dan kalut.
Mereka terlihat sedang membuka tas-tas
hasil curian mereka. Dan aku melihatnya tas yang kami cari diantara tas-tas itu.

"E eh. Kenapa kau bisa ada di sini kesatria elang?" tanya salah seorang pencurinya.

"Cepat kembalikan tas milik gadis manis itu!" suruh si kesatria laknat sambil menunjuk ke arah si Lail.

"Tidak. Tidak ada di antara kami yang mencuri tasnya. " jawab salah seorang pencuri. Padahal sudah jelas-jelas penampilan mencolok mereka itu yang menjadi ciri-ciri pencuri tas Lail.

"Kalian ini ya, mau membohongiku lagi. Oke, akan kubuat kalian babak belur lagi kali ini. Colour calling, brown eangle. Dua cakar elang. " Si kesatria laknat kelihatan marah dan merapal kemampuannya.

Di kedua tangannya kukunya membesar dan memanjang tajam seperti kuku burung elang.

Kali ini aku bisa melihat dengan cukup jelas jika kemampuan si kesatria laknat itu adalah mengubah bagian tubuhnya menjadi bagian tubuh dari burung elang. Seperti sayap, dan tangannya yang berubah menjadi cakar elang.

Para pencuri tersentak dan lari ke arah tangga untuk kabur naik ke lantai atas.

Salah satu dari mereka merapal kemampuan.

"Colour calling, blue speed. Lariii! " ucap salah satu pencuri yang ketakutan dengan si kesatria laknat dan dengan cepat lari menaiki tangga.

Itu dia orangnya-kemampuannya dan aura biru tua di sekeliling tubuhnya sama persis. Itulah si pencuri tas Lail.

"Hey kalian! Jika besok aku masih mendengar kalian bertiga mencuri lagi. Aku tadak segan-segan menghancurkan tempat ini dan kalian juga, " Si kesatria laknat meneriakan ancaman ke arah tangga yang dilalui para pencuri tadi.

Colour Call : Memanggil WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang