07 | Seleksi Pertama

40 14 5
                                    

Wow ... 99% batinku tertawa terpingkal-pingkal. Salah satu pangeran yang kesombongannya tinggi, dalam sekejap jatuh terpuruk pada rasa malu yang menggelikan.

Laki-laki misterius itu dengan cepat menapakkan kakinya di tanah.

Siapa dia? Aku tidak tahu. Laki-laki itu sangat aneh. Baru pertama kali ini aku melihat seseorang yang mengaktifkan kemampuan warna, sedangkan di sekeliling tubuhnya tidak terdapat aura berwarna sama sekali. Dan kenapa sejak tadi dia selalu menutup matanya. Ini aneh ... Tapi sudahlah, dia sudah membantu memuaskan batinku yang gatal dengan mulut besar para pangeran itu.

"Siapa kau?! Lancang sekali dengan kami para bangsawan. " ucap keras Ozone memelototi si laki-laki misterius yang telah memukul saudaranya yang sesama pangeran.

Laki-laki itu tidak merespon pertanyaan Ozone. Diam dan dingin.

Powdusky bangkit dari jatuhnya, dia berdiri dengan berat. Sedikit erangan kesakitan menyertainya.

"Berengsek, dasar rakyat rendahan tak beradab. Akan kubalas perbuatanmu ini bekali-kali lipat, agh ... " Powdusky dengan muka lebamnya akibat pukulan tadi, berteriak marah. "Colour calling, brown sand. Pukulan raksasa. " di atas Powdusky sekumpulan pasir membentuk kepalan tangan dengan ukuran yang besar.

"Menyesalah kau berengsek!" teriak Powdusky sambil mengarahkan kemampuannya itu ke arah lelaki misterius.

Pasir besar berbentuk kepalan tangan itu dengan cepat mengarah ke laki-laki misterius.

Laki-laki itu diam. Tidak menghindar.

Saat serangannya akan tiba. Laki-laki itu merapal, "Colour calling. " dengan mengepalkan tangan ke arah datangnya serangan Kepalan pasir yang besar itu.

Lagi-lagi hal mengejutkan terjadi. Serangan Powdusky itu terhenti saat kedua serangan kemampuan yang berlawanan itu bertemu.

Selanjutnya tidak hanya itu. Gumpalan pasir yang besar itu mendadak pecah berhamburan karena pukulan si laki-laki misterius.

"Apa!?" Powdusky terkejut karena kemampuan kuatnya dengan mudah berhasil dihancurkan.

"Kau ... ! " Ozone menggeram, " Pow! tidak salah lagi. Dia itu seperti orang yang sangat dibenci kakakku. "

"Heh. Kalau begitu aku sependapat dengan kakakmu. Orang-orang seperti dia yang sok dengan kekuatannya, memang harus kita benci. Tidak ada kepantasan untuk menyombongkan kekuatannya di depan kita. " sambut Powdusky atas pernyataan Ozone. Tangannya mengepal keras.

"Tidak Pow! Kebencian tidak akan cukup untuk merendahkannya. Kita harus memuaskan kebencian kita ini dengan menghabisnya. " rasa geram sudah memenuhi diri Ozone. Aura warna di sekeliling tubuhnya juga semakin tebal dan jelas.

"Ya ... Aku juga gatal ingin segera membalas pukulan sombong itu tadi. " ucap Powdusky.
Dasar bukannya kau yang sombong, batinku menyela ucapan bodoh dari si pangeran Powdusky itu.

Suasana di sini sedang panas-panasnya. Entah apa yang meningkatkan konflik di antara mereka, sepertinya ada hal lain yang membuat para pangeran itu semakin marah ke si laki-laki misterius. Yang pasti keaadaan di sini lebih mengerikan dari sebelumnya.

Orang-orang di sekitar tidak fokus dan melanjutkan pertempuran seleksi mereka sendiri. Kurasa karena pertarungan berkemampuan besar antara para pangeran dengan laki-laki misterius lebih menarik disaksikan dari pada melanjutkan seleksi ini-sementara.

Tentu saja masih ada yang melanjutkan seleksi ini, mereka adalah orang-orang yang di sisi lain dari halaman ini. Aku tidak tahu, apakah mereka yang masih melanjutkan seleksi itu juga akan berhenti bertarung jika melihat konflik seperti ini. Karena sepertinya di tempat lain dari lapangan ini, masih ada orang-orang yang sangat kuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Colour Call : Memanggil WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang