Maaf telat, lagi sibuk-sibuknya ;(
Happy Reading
Daniel menatap anaknya yang kini meringkuk tertidur dipelukannya. Hampir satu jam utuh, Guanlin menangis karena Seongwu yang tiba-tiba demam tinggi. Ia masih ingat, saat anaknya itu menyeretnya untuk mengecek keadaan Seongwu yang terus menggigil memanggil 'Appa' yang Guanlin artikan memanggilnya. Dia senang bisa melihat wajah mempesona Seongwu lagi, tapi bukan dalam keadaan pucat dan setengah sadar begitu.
Khawatir kini justru mendominasinya.
"Bagaimana keadaan Seongwu dok?" Tanya Daniel saat melihat dokter yang menangani si manis keluar, ia mengusap pelan punggung anaknya yang terganggu karena gerakan tiba-tibanya
"Hyungiee... Hiks.." igau Guanlin lirih, sayangnya Daniel bisa jelas mendengarnya karena posisi kepala anaknya yg menyandar persis dipundaknya.
Padahal waktu anaknya demam tinggi, Guanlin tidak pernah menangis. Padahal waktu dia sakit, paling-paling Guanlin hanya akan memasang wajah sedihnya, tapi tetap tidak cukup untuk bocah itu mengeluarkan air matanya. Bahkan saat Guanlin terdorong oleh temannya dan memiliki memar dibeberapa bagian, dia tidak menangis. Tapi Seongwu benar-benar mengembalikan sisi anak kecil Guanlin yang tak pernah bisa ia lakukan.
"Dia memiliki sistem imun yang lemah, jadi dia demam karena luka dikakinya itu. Harusnya tidak masalah, kami akan menyuntikkan antibiotik padanya lalu biarkan dia istirahat beberapa hari. Dan sebaiknya jangan biarkan dia tertekan, atau itu akan memperburuk psikisnya yg berakibat pada daya tahan tubuhnya"
Penjelasan dokter itu membuatnya mematung, ia mengabaikan sepenuhnya dokter yang mengatakan permisi dan menghilang dari hadapannya.
'Apa perlakuanku membuatmu tertekan, Seongwu?'
"Hyungie, hyungieee lapar tidak? Mau bubur? Mau susu? Atau mau buah?" Tanya Guanlin heboh. Dia senang sekali, saat Seongwu membuka matanya, dan semenjak itu si bocah kecil itu merengek selalu disisi Seongwu.
"Kau tidak sekolah bocah?" Tanya Seongwu pelan, ia menyentil jidat Guanlin pelan.
"Uuuhhh... Kenapa Anlin disentil, emang Anlin nakal. Anlin tidak sekolah karena tidak mau meninggalkan Seongwu-hyungie sendirian, nanti kalau mau makam gimana? Mau minum siapa yang ngambilin?' terang Guanlin, tangan kecilnya ia gunakan untuk memasukkan buah jeruk yang telah ia kupas dan pisah satu-persatu, ke mulut Seongwu sambil bilang 'Aaaa'
"Disinikan ada suster bocah, mereka bisa menjagaku. Sana sekolah!"
Yang dinasehati mengerucutkan bibirnya, "Tapi suster itu milik bersama. Anlin kan milik Hyungie, jadi lebih baik!"
Seongwu tidak mengerti apa yang dimaksudkan Guanlin, jadi dia hanya menggelengkan kepalanya pelan. Lalu ia mencubit pipi anak asuhnya itu dengan gemas, "Heh bocah, kau itu milik Appa dan Eommamu bukan milikku!"
Deg
Menyadari ada yang salah dari perkataannya, Seongwu merutuk. Apalagi melihat ekspresi Guanlin yang menyendu, 'Mukut sialan!'
"Heh, bocah-"
"Tapi Hyungie manis milik Anlin, jadi Anlin harus menjaganya. Sudah berhenti ptotess, lagian Ssaem juga mengizinkannya kok!" Dengan gemas Guanlin menyuapkan kembali jeruk yang ada ditangannya.
"Uuuh, cepet sembut Hyungie nya Anlin, Anlin pingin main hihihi" jika biasanya Seongwu akan mengoceh panjang lebar dan memarahi Guanlin, kali ini dia biasa saja dan membiarkan Guanlin mengecup bibirnya.
Ia merasa memiliki keluarga ketika Guanlin disisinya dan juga sebenarnya merasa demikian pada Daniel.
Sayangnya ia tahu diri, dari awal dia memulai menjadi pengasuh, mau bagaimanapun ia harus mengakhirinya sebagai pengasuh juga. Daniel terlalu tinggi untuk ia gapai, realistis saja, tidak ada orang sesempurna Kang Daniel patut bersanding dengan Ong Seongwu- dirinya yang banyak kurangnya.
Jadi meskipun merasa kehampaan saat ia tidak melihat Daniel dari sejak ia membuka mata, tapi ia enggan bertanya. Setidaknya, bukankah ini seharusnya.
Bukannya ia tidak sadar akan ketertarikan Daniel padanya, tapi bisa saja itu hanya rasa sesaat, dan kini Daniel menyadarinya dan menjauhinya?
Atau Daniel menginginkannya karena ia dekat dengan Guanlin, dan kini pria itu menyadari jika dia menjadi pengasuh Guanlin saja itu sudah cukup untuk Guanlin, tidak perlu lebih?
"Hyungie kenapa nangis, masih sakit? Mana-mana yang sakit Guanlin tiupin!!" Bocah tampan itu berseru heboh saat ia melihat setitik air mata jatuh dari mata kanan Seongwu.
Bukannya menjawab, ia malah menuntut Guanlin untuk berbaring disebelahnya dan mendekapnya erat, "Aku menyayangimu, bocah nakal!"
"Anlin juga sayang Seongwu hyungie banyak banyak!!!" Seru Guanlin dengan semangat dalam pelukan Seongwu.
Dipintu kamar perawatan Seongwu, Daniel memandang keduanya sendu. Ia belum berani menampakkan wajahnya dihadapan Seongwu karena perkataan Dokter.
Mungkin saja dia terlalu banyak menuntut untuk mendekati pemuda manis itu hingga tanpa sadar menekannya.
Jadi untuk saat ini, ia lebih memilih mengalah, ia hanya akan melihat wajah Seongwu tanpa membuat Seongwu melihatnya.
Ia tidak boleh egois, asal Guanlin bahagia bisa bersama dengan hyung manisnya, asal Seongwu masih bersedia menjadi pengasuh anaknya, ia mungkin akan menuruti kemauan pemuda itu.
Menjauh terdengar lebih baik,
Meski ia tahu berakhir buruk untuknya.
'Kenapa sekalinya jatuh, harus sesulit ini?'
Tbc
Kita mulai galau-galaunya, karena Aries juga lagi galau
Bye-bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby sitter?
FanfictionThe Story of Ongniel! with Dom DanielK and Sub SeongwuO and the little prince, Guanlin