31; beginning of the end

3.8K 566 269
                                    

—author's note

huhu aku lama banget ya apdetnya :') sorry guys

anyways, warning! panjang banget sekitaran 7.5k words gitu hehe aku bingung misahinnya dimana jadi aku sambungin hehe.

happy reading! 💓

Mata Seonghwa mengerjap ketika cahaya matahari masuk kedua bola matanya, ia seperti bangun dari tidur yang panjang tapi dengan badan yang sakit semua.

Ia terbelalak ketika ia sadar ia bangun entah di kasur siapa, langit-langit kamar yang tidak ia kenal, kasur yang berbeda. Tubuhnya menegang ketika mengingat rentetan kejadian yang terjadi sebelum ia berakhir di kasur ini.

Dengan segera ia menyingkap selimut itu, memeriksa tubuhnya siapa tahu ia mengalami peristiwa tidak mengenakkan. Dahinya menyerngit ketika sadar tidak ada yang berubah darinya.

"Seonghwa-hyung, sudah bangun?"

Jantung Seonghwa berdegup kencang ketika namanya dipanggil. Ia kenal suara itu, seorang pemuda yang mempunyai wajah yang polos tapi menjebak dirinya dan yang lain, San.

Seonghwa beringsut mundur dari kasurnya ketika San mendekatinya "Pergi kau" desis Seonghwa, San diam tak bergeming ketika mendengar kalimat itu dari mulut Seonghwa.

Tadinya ia ingin meminta maaf pada pemuda itu, tapi ia sadar dengan apa yang telah ia lakukan.

"Maaf" ucap San, ia menurunkan pandangannya lalu keluar meninggalkan Seonghwa di dalam ruangan itu.

CKLEK

San menutup kedua matanya dan menghela nafas berat. Ia melirik Mingi yang baru bangun dan memainkan ponselnya.

"Seonghwa-hyung membenciku" ucap San pelan, Mingi mengalihkan pandangannya sekilas pada San lalu kembali fokus pada ponselnya

"Itu wajar, siapa yang suka pada orang yang dikira berkhianat lalu menyerahkan temannya pada musuh" sahut Mingi.

San mendengus lalu tersenyum miris "Benar juga" gumamnya pelan, ia mendudukkan dirinya di depan Mingi.

"Kau tidak memberi tahunya?" tanya Mingi, San menggeleng "Tidak, buat apa?"

Mingi mengerutkan alisnya, ia pun meletakkan ponselnya sembarang diatas sofa "Kau ini terlampau baik atau bagaimana, sih?" hardik Mingi. "Kenapa tidak kau luruskan apa yang terjadi padamu?"

San membuang wajahnya "Aku.. aku takut" jawabnya.

Mingi menghela nafas, San sangat naif ia takut menyakiti perasaan pria didepannya bila ia salah berbicara -yah, walaupun sejak semalam ia mengatakan apapun yang ada diotaknya tanpa menyaringnya terlebih dahulu.

"Kau harus memberitahunya San, dia akan mendengarkanmu, yah mungkin" jawaban Mingi tidak terlalu membantu kalau San boleh protes, ia tetap menggeleng "Bagaimana kalau tidak?"

Mingi menatap pintu itu, "kau belum mencoba, kita tidak akan pernah tahu jawabannya" tukas Mingi sebelum bangkit dari sofa itu.

"Kau mau kemana?" tanya San, "Tentu saja pulang, aku masih punya rumah untuk ku tinggali dan di urus" jawab Mingi.

"Lalu aku?" San menunjuk dirinya, "Jiho bilang kau akan menjaga Seonghwa disini, makanan akan diantarkan dan toilet ada di dalam sini" jelas Mingi.

San mengepalkan tangannya, rasanya sangat salah menuruti perintah Jiho.

Mingi memperhatikan reaksi tubuh San, menunjukkan penolakan. Ia menghela nafas lalu melembutkan tatapannya.

"San, tidak apa, kau hanya perlu menuruti perintahnya sampai kita bisa melawan" hibur Mingi, "kita akan berhasil keluar bila mengikuti permainannya"

[✔️] la costra nova ; ateez ; bxbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang