Dokter muda tampan nan rupawan, terkenal dengan sifat ramahnya kepada pasien namun akan bersifat terbalik dengan orang-orang yang sudah dikenalnya namun tidak terlalu dekat dengannya.
Riyan Ahmad Mahendra ya siapa yang tidak mengenalnya dokter yang di agung-agungkan oleh para kaum remaja.
Pagi sebelum Riyan berangkat kerja ayahnya memanggilnya untuk berbicara hal penting.
Mereka duduk di ruang tamu dengan ditemani secangkir teh.
"Gimana Yan? Kamu udah ada jawaban untuk pertanyaan ayah kemarin?" Tanya ayah menunggu jawaban dari putranya itu.
Begitu pula dengan bunda Abang dan adiknya yang senantiasa Menanti jawaban dari Riyan.
"Yah, nggak bisa ini dibahas nanti? Riyan udah mau telat," tanya Riyan mencoba menghindari pertanyaan ayahnya.
"Jangan menghindar Riyan ayah sudah kasih kesempatan untuk kamu memikirkan hal ini!" Ucap ayah mulai tegas kepada putranya itu.
Dia tau bahwa Riyan pasti akan menghindar jika sudah membahas hal ini.
"Dan sesuai kesepakatan kita hari ini adalah hari terakhir untuk kamu kasih jawaban kamu," lanjut ayah lagi.
Bunda mengelus Legan ayah, mencoba menenangkan sang suami agar tidak terlalu terbawa oleh suasana.
"Riyan, maaf bunda tau ini terlalu terburu-buru untuk kamu, tapi sesuai perjanjian kamu harus kasih jawaban kamu hari ini," ucap bunda yang juga megiginkan putranya itu segera memberi jawaban.
"Yan, bunda nggak pernah minta apa-apa sama kamu selama ini. bunda sama ayah udah tua, bunda mau melihat kamu menikah, bunda pengen gendong anak-anak dari kalian nanti, jadi bunda mohon kamu mau ya?" Tanya bunda dengan wajah penuh harap.
Riyan paling tidak bisa mendengar nada memohon dari sang bunda itu adalah salah satu kelemahannya.
Namun biar bagaimanapun juga Riyan harus memikirkan hal ini matang-matang. Ini bukanlah hal sepeleh, pernikahan bukanlah hal main-main pernikahan yang akan menjadi pernikahan sekali seumur hidupnya.
Banyak hal yang harus dia pertimbangkan. Apakah dia siap untuk menjadi seorang suami, apakah ia bisa bertanggung jawab untuk keluarga kecilnya kelak, apakah ia bisa membahagiakan istri sekaligus ibu untuk anak-anaknya kelak.
Mungkin jika mereka saling mencintai semuanya akan terasa lebih mudah. Namun jangankan mencintai bertatap muka pun Riyan belum pernah.
Bagaimana caranya ia meyakinkan dirinya bahwa wanita yang akan menjadi pendampingnya kelak adalah wanita yang baik.
Namun kembali lagi kepada ayah dan bundanya, mereka pasti akan melakukan yang terbaik untuk anaknya. Mungkin wanita pilihan ayah dan bunda adalah terbaik untuknya.
Lama berkecamuk dengan pemikirannya, Riyan menarik nafas dalam lalu berucap,
"Baiklah Riyan akan menikah dengan wanita pilihan ayah dan bunda, Riyan berharap wanita yang akan menjadi pendamping Riyan adalah jodoh Riyan," dengan sekali tarikan nafas.
"Alhamdulillah" jawab mereka yang ada di ruangan itu serempak
Bunda berpindah duduk di sebelah Riyan dan memeluknya
"Terimakasih sayang, bunda senang dengar keputusan kamu, sekali lagi terimakasih," tangis bunda di pelukan sang putra.
***
Riyan tiba di rumah sakit, setelah memarkirkan mobilnya dia menatap jam tangannya pukul 09:15.
Telat sejam gue
Riyan POV
Nampak di depan ruangan ku sudah banyak orang yang duduk mengantri menanti ku.
Aku berjalan cepat menuju ruangan ku, setelah tiba suster Ria yang memang bertugas menemaniku memeriksa pasien hari ini menghampiriku.
"Pagi dok" sapa suster Ria setelah tiba di hadapanku
"Iya pagi, maaf telat ada urusan keluarga," ucapku menjelaskan keterlambantanku.
"Kalau gitu langsung saja di mulai" lanjut ku lalu berlalu masuk ke ruangan ku.
Lalu aku bekerja seperti hari biasanya melupakan sejenak masalah yang terjadi di rumah dan mulai fokus dengan pekerjaanku.
Pukul 12:15 jam istirahat aku meregangkan sedikit otot-ototku yang terasa begitu pegal akibat aktivitasku yang begitu padat jari ini.
Aku megambil ponsel yang berada di saku celanaku nampak tertera nama bunda 27 panggilan tak terjawab, ada hal apa bunda menelfonku sampai sebanyak ini.
Aku memang menghidupkan mode silent pada ponselku karena kegiatanku yang memang padat hari ini apalagi ditambah keterlambatan tadi.
Tanpa fikir panjang aku segera menghubungi bunda kembali.
"Assalamualaikum bunda kenapa?
"Waalaikumsalam kamu di mana sekarang, bunda telfonin dari tadi nggak di angkat,?"
"Iya maaf bun hpnya tadi di silent,"
"Bunda sekarang udah di Bandung, kamu kapan nyusulnya?"
"Maaf bun Riyan kayanya nggak ke Bandung, pasien Riyan banyak,"
"Nggak bisa datang gimana, nggak ada pokonya bunda nggak mau tau kamu harus ada di sini sebelum jam makan malam.
"Tap...."
Tut...Tut...Tut
Riyan POV and
Tidak memusingkan hal itu, Riyan segera menuju kantin rumah sakit untuk makan siang.
Karena ia harus mengisi staminanya kembali sebelum berhadapan dengan pasiennya.
Setelah beberapa menit mengisi perutnya, Riyan kembali ke ruangannya untuk Segera kembali bekerja.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 06:30 dan Riyan baru saja meyelesaikan sedikit pekerjaannya setelah istirahat sholat magrib.
Dan sebentar lagi iya akan melanjutkan dengan operasi pasien yang dia tangani.
Ponsel Rian bergetar menampilkan nama mas Bayu
Tumben gumam Riyan.
"Assalamualaikum bang kenapa?" Tanya Riyan to the point.
"Waalaikumsalam Lo di mana sekarang, kita udah di rumah calon istri lo. Dan Lo nggak ada di sini."
Riyan benar-benar melupakannya. Malam ini adalah hari di mana dia semestinya datang dan melamar gadis yang akan menjadi pendampingnya.
"Maaf mas gue benar-benar nggak bisa, sekarang masih di Jakarta,dan sebentar lagi gue ada operasi. Sampaikan maaf gue ke ayah dan bunda juga keluarga perempuan itu."
Ucap Riyan dengan penuh rasa bersalah."Nggak jelas Lo..!!" Bayu membalas perkataan ku dengan emosi tertahan.
Riyan
Mah sekali lagi Riyan minta maaf
Riyan minta tolong pinangkan
Perempuan itu untuk Riyan.
Besok Riyan ke Bandung.Riyan mengirim pesan kepada abangnya karena tidak ingin mengecewakan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.R Couple
General FictionPernikahan tidak selancar air mengalir, tidak pula semulus jalan tol. Dalam pernikahan pasti ada hambatan dan rintangan, tinggal bagiman setiap pasangan menghadapinya. Begitu pula dengan Riyan dan Raniya, mulai dari pertengkarang kecil, hingga masal...