Nia POV
Setelah aku memberikan keputusanku semalam, mama langsung mengabari Tante Mia dan katanya tante Mia dan keluarga akan datang untuk menentukan tanggal pernikahan.
Dan disinilah aku duduk diantara Tante Mia dan juga mama.
"Terimakasih ya sayang bunda senang bangat Karana kamu udah mau Nerima lamaran Riyan," ucap Tante Mia sambil mengelus rambutku.
"Iya Tante,"balasku.
"Panggilnya bunda dong,biar sama kaya Riyan kan bentar lagi kamu juga akan jadi menantu bunda,"
Aku tersenyum canggung
"iya tan....ehh maksudnya bunda,"Mereka semua malah tertawa.
"Jadi kita semua sudah menentukan tanggalnya, dan pernikahan kalian akan dilakukan 2 Minggu ke depan," ucap ayah Tama.
Aku kaget lalu melirik mas Riyan yang nampak biasa saja.
"Apakah itu nggak terlalu cepat?"tanyaku.
"Lebih cepat lebih baik nak,"sambung mama.
Aku pasrah saja, toh menolak pun aku akan tetap kalah sama mereka semua.
"Karena ini pernikahan kalian, jadi kami semua sepakat agar Riyan dan Nia ikut andil dalam persiapan pernikahan," ucap bunda Mia.
Aku sedikit tersenyum, meskipun ini pernikahan dadakan menurutku. Tapi aku juga ingin merasakan bagaimana sibuknya pasangan dalam mempersiapkan pernikahannya.
"Karena Nia juga lagi libur semester jadi bunda rasa Nia bisa lebih fokus untuk persiapannya,"ujar bunda Mia.
"Iya bunda,"ucap Nia sembari tersenyum.
***
Riyan dan Nia sekarang tengah berada di butik untuk memilih gaun yang akan dipakainya nanti.
Katanya mereka sudah memesankan pakaian untuk Riyan dan Rania jadi tinggal mencobanya.seakan akan Nia pasti menerima pernikahan ini, walaupun kenyataannya memang iya.
"Mas bagaimana dengan yang ini?" Tanya Nia menunduk memperhatikan penampilannya.
Riyan mengalihkan pandanganya dari ponsel,
"Terlalu rame," ucap Riyan lalu kembali menatap ponselnya.
Hufftttt
Nia menghembuskan nafas lelah, ini adalah baju ke-tiga yang di cobanya dan jawaban yang dikeluarkan oleh Riyan bermacam alasan.
Mulai dari " terlalu terbuka", "potongan dadanya terlalu rendah","tidak cocok ditubuhnya lah". Benar-benar melelahkan pikir Nia.
Nia kembali masuk untuk mengganti pakainya.
Riyan melirik Nia, siapa yang mau membiarkan calon istrinya menjadi pemandangan banyak orang, meskipun itu di hari pernikahan tetap saja.
Meskipun ini adalah pernikahan yang tidak didasari oleh cinta, namun tetap saja Riyan tidak mau berbagi.
Nia keluar dengan gaun pengantin pilihannya, raut wajah Nia sudah tidak bisa dikatakan baik lagi.
"Ini yang terakhir yah mas," ucap Nia dengan nada kesal dan raut memohon.
Mengemaskan pikir Riyan,Riyan segera menggelengkan kepalanya saat sadar dengan pemikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R.R Couple
Fiksi UmumPernikahan tidak selancar air mengalir, tidak pula semulus jalan tol. Dalam pernikahan pasti ada hambatan dan rintangan, tinggal bagiman setiap pasangan menghadapinya. Begitu pula dengan Riyan dan Raniya, mulai dari pertengkarang kecil, hingga masal...